Apa pertimbangannya?Â
Merujuk apa yang dianalisis oleh Hanta Yuda dan Burhanuddin Muhtadi bahwa terpilihnya Ma'ruf Amin sebagai cawapres Joko Widodo karena adanya desakan kuat dari kubu PKB. Selain itu kelima Parpol pengusung lainnya seperti Golkar, PDIP, PPP, NASDEM dan Hanura lebih ajeg menerima Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi ketimbang Mahfud MD jika menghitung peluang di Pilpres 2024.Â
Di saat itu Pak Jokowi tak mungkin lagi maju sebagai capres karena terbentur UU Pilpres. Artinya kelima ketua umum koalisi Jokowi memiliki kesempatan yang sama untuk maju sebagai calon presiden.
Bagi PKB, jika Mahfud MD maju sebagai calon wakil presiden Jokowi dan apabila seandainya Jokowi terpilih, disinyalir bisa mengancam singgasana ketua umum PKB, Muhaimin Iskandar. Bisa saja ketika menduduki kursi wakil presiden, Mahfud MD berpeluang besar menduduki jabatan ketua umum PKB. Selain itu, Mahfud MD adalah loyalisnya Gusdur, bahkan beliau sendiri dijuluki gusdurian tulen. Kita juga tahu bagaimana dualisme masa lalu antara PKB-nya Yeni Wahid dan Muhaimin Iskandar, kan?
Terpilihnya Ma'ruf Amin tidak terlepas derasnya permintaan dari ormas Islam terbesar, Nahdahtul Ulama (NU). Bahkan PBNU sendiri, Â terang-terangan menolak bahwa Mahfud MD bukan kader tulen NU.
Posisi KH Ma'ruf Amin sebagai ulama, Ketua MUI, rais aam PBNU, dan berbagai jabatan lainnya ditengarai mampu meredam isu SARA yang selama ini menyerang Jokowi. Prof KH. Ma'ruf Amin merupakan kader tulen NU sehingga dianggap mampu menyatukan  pengikut ormas ini di Pilpres 2019.
Kemudian soal Sandiaga Uno sebagai cawapresnya Prabowo tentu menarik untuk dibahas. Terpilihnya Sandi sebagai cawapres artinya Gerindra sudah memperhitungkan berbagai hal. Sandi tentu dianggap mampu menutupi problem bangsa terkait masalah ekonomi yang dianggap titik lemah Jokowi.Â
Sandi adalah sosok yang sudah kaya raya di usia muda. Selain itu dia adalah Wakil Gubernur DKI Jakarta yang baru setahun diembannya. Walau singkat sebagai Wagub DKI, setidaknnya publik sudah mengenal Sandi.
Kemudian soal logistik. Soal logistik pemilu ini dianggap masalah bagi calon pendamping Prabowo yang selama ini sudah mengemuka. Pertimbangannya jangan sampai cost Pemilu semua bersumber dari kantong Prabowo. Oleh karena itu, Sandiaga Uno dianggap mampu menempati posisi cawapres sekaligus menyiapkan "mobil dan bensin" politik pada saat suksesi Pilpres di 2019 nanti.
Faktor muda ditambah wajah tampan juga dianggap sebagai modal  utama untuk menggaet kelompok pemilih milenial. Disinyalir pemilih milenial di atas 50 persen saat ini. Ke-muda-an Sandi dibandingkan dengan calon lain (yang rata-rata sudah sepuh kecuali Jokowi), akan menjadi daya tarik bagi pemilih milenial.
Kenekatan Gerindra memajukan Sandiaga Uno sebagai cawapres-nya Prabowo di Pilpres 2019 "mungkin" untuk menyiapkan calon Presiden dari Gerindra di tahun 2024. Pada saat itu usia Prabowo sudah semakin sepuh. Posisi Sandi sebagai calon presiden di 2024 nanti jika Prabowo - Sandi gagal memenangkan persaingan di Pilpres 2019. Yang jelas, pada saat itu Sandiaga Uno sudah memiliki modal politik yang kuat karena publik sudah lebih mengenal Sandi ketimbang calon lain. Begitulah kira-kira analisa singkatnya.