Hujan sore ini seperti tak mau redah. Gelegar guntur pertanda hujan akan terus berlanjut hingga malam. Tampak dari kejauhan seseorang berlindung di depan teras di salah satu rumah penduduk.Â
Rumah itu kosong. Orang itu masih mengenakan mantel hujan setelan. Sepertinya ia masih mau melanjutkan perjalanan. Di depannya berdiri dengan gagah sebuah motor untuk tunggangan laki-laki. Kalau dilihat sih jenis motor itu keluaran terbaru. Warnanya hitam legam dan modelnya kekinian. Bisa jadi orang itu bukan orang biasa.
Dari balik mantel ia mengeluarkan sebungkus rokok. Di ambillah sebatang rokok itu iapun menyulutnya. Terlihat ia begitu menikmati. Bayangkan saja jika ada segelas kopi disitu ia pasti menghabiskan waktu yang membosankan di teras dimana ia berlindung.
Perlahan-lahan hujan hanya menyisakan gerimis. Orang itu membenahi mantelnya. Tasnya dipunggungkan. Gerakan yang lincah menandakan ia masih muda. Tapi dalam keadaan bermantel agak sulit menebak berapa usia orang itu.
Ia menyusuri jalan pedesaan yang berlumpur, memacu motornya menerobos malam yang begitu pekat. Mungkin karena hari hujan sehingga jarak pandang hanya sekitar lima meteran. Â Dia begitu hati hati, sesekali ia menurunkan salah satu kaki untuk menjaga keseimbangan motornya.
Hujan yang sebelumnya rintik, tiba-tiba berubah lebat sehingga sangat mengganggu penglihatan orang itu. Dan iapun memutuskan mencari rumah penduduk untuk berlindung kalau bisa menginap untuk semalam saja.
Kebetulan disitu ada sebuah gubuk tua. Ia nekat mampir ke gubuk itu walau hatinya ragu-ragu.
"Shalom, selamat malam. Selamat malam," ucapnya memberi salam.
Dari dalam kedengaran langkah kaki menuju ke arah pintu. "Selamat malam," balas penghuni gubuk itu. Eh ternyata yang membuka pintu itu hanya seorang gadis cilik. Gadis kecil ini sedikit kebingungan dan takut. Apalagi melihat orang baru dan datangnya di tengah malam pula.
"Boleh Om, masuk?" ia bertanya kepada gadis kecil itu. Melihat anggukan kepala gadis kecil itu, si pemuda itu memberanikan diri masuk ke dalam gubuk. Gubuk itu hanya berlantai tatakan batang-batang kayu. Di pojok ruang ada tatakan kayu yang berisi tanah yang dipakai sebagai tempat memasak. Kondisinya sungguh apa adanya.
"Perkenalkan nama om, Gabriel. Boleh kok dipanggil Gaby."