Sebanyak 28 rumah warga dan dua tempat suci di Kampung Tarung, Kelurahan Sobawawi Kecamatan Loli, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, terbakar, Sabtu (7/10/2017) (Sumber : Kompas.com).
Dari foto-foto yang tersebar di dunia maya, Kampung Tarung ludes terbakar dilalap si jago merah. Perkampungan itu terlihat hanya puing-puing saja yang tersisa. Hanya segelintir warga kampung tersebut yang sempat menyelamatkan harta benda mereka. Kejadiannya cukup singkat. Sampai hari ini polisi masih melakukan penyidikan terkait penyebab kebakaran. Â Â
Menurut salah satu saksi mata, Tasya, dia menduga asal muasal titik api muncul dari dapur milik salah satu warga kampung Tarung, namun dia tidak tahu persis apa penyebab munculnya titik apai tersebut.
"Kebetulan rumah saya bersebelahan dengan rumah yang saya duga api muncul dari situ, tapi saya tidak tahu persis apa penyebab munculnya titik api tersebut," katanya kepada merahputih.com Minggu (8/10/2017).
Kenapa Kebakaran di Kampung Tarung jadi Viral?
Kebakaran yang melanda Kampung Tarung cukup heboh bagi pengguna akun sosial media seperti facebook dan WhatsApps. Â Tidak hanya di sosial media portal berita nasional pun seperti kompas.com, misalnya, meliput peristiwa itu. Teman-teman banyak yang kaget dan merasa sedih. Karena bagi kami Kampung Tarung memiliki nilai budaya yang tak ternilai.
Di tengah kampung tersebut terdapat tempat suci  atau kubur batu megalitik. Deretan rumah adat dan kubur batu ini menjadi simbol kosmologi lokal adat Sumba yang terus bertahan dari zaman ke zaman seperti yang diceritakan oleh Pos Kupang (7/10). Warga di sana menganut kepercayaan Marapu. Dengan berkunjung ke Kampung Tarung anda bisa belajar banyak hal tentang budaya suku Sumba.
 Lantas Apa Sikap Kita?
Dari informasi yang didapatkan Penulis sampai hari ini sebanyak 30 rumah penduduk terbakar. Kebakaran ini meninggalkan luka yang dalam dan beban psikis yang cukup berat bagi korban. Banyak warga kehilangan rumah, pakaian, makanan, dan harta benda lainnya. Â Anak-anak kehilangan buku dan alat tulis serta pakaian seragam. Â Saat ini mereka bingung apa yang mesti mereka lakukan?
Dalam konteks kemanusiaan tanggungjawab ini bukan saja dibebankan kepada pemerintah daerah setempat. Melainkan menjadi beban kita bersama.
Jika kita berbicara dalam kerangka NKRI maka warga Kampung Tarung adalah bagian dari anak bangsa. Kita tak boleh membiarkan mereka sendiri dalam penderitaan dan terus meratapi nasibnya. Jangan biarkan anak-anak sekolah harus meninggalkan bangku sekolah terlalu lama karena ketiadaan alat tulis dan kehilangan pakaian seragam. Sebagai salah satu anak bangsa  yang merajut hidup melalui pendidikan bagaimana rasanya sekolah dalam keterbatasan. Tentu sulit rasanya.
Teman-teman dan saudara sebangsa mari kita bantu anak sekolah di Kampung Tarung. Ini dilakukan bukan karena pemerintah setempat tidak sanggup memberikan bantuan kepada korban kebakaran melainkan "dengan bantuan kita" adanya akselerasi bantuan bagi anak sekolah. Terserah Anda mau memberi bantuan apa? entah buku, pena, atau alat belajar lainnya itu semua kembali kepada Anda. Jika Anda membantu dalam bentuk uang saya dan teman-teman akan mengkonversinya dalam wujud barang sesuai kebutuhan anak sekolah di Kampung Tarung.
Mari kita rajut jalinan persaudaraan anak bangsa! Dan saya meyakini jejak digital akan mencatat solideritas kita. Salam Damai*
Jika Anda ingin membantu silahkan hubungi saya melalui email : bonza08@gmail.com atau bbm : 5FBE7C21
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H