Mohon tunggu...
Bonefasius Sambo
Bonefasius Sambo Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang gemar menulis

Penulis Jalanan ~Wartakan Kebaikan~

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok-Djarot, Pertemanan Sejati Lahir dari Derita

28 Mei 2017   03:44 Diperbarui: 28 Mei 2017   03:59 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kekompakan Ahok-Djarot Selama Masa Kampanye Sumber: Seword.com"][/caption]

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sampai hari belum lepas dari bayang-bayang politik Joko Widodo, Presiden RI ke-7 kita saat ini. "Perkawinan" politik mereka terjadi jelang Pilgub DKI tahun 2012. Saat itu Ahok diusung oleh Gerindra dan Jokowi diusung oleh PDIP-P. Harus melalui dua putaran, akhirnya Jokowi-Ahok menang sebagai gubernur DKI periode 2012-2017.

Belum genap lima tahun Jokowi maju sebagai calon presiden pada tahun 2014 dan keluar sebagai pemenang Pilpres dan dilantik sebagai presiden RI ke-7 periode 2014-2019.

Untuk mengisi kekosongan jabatan gubernur DKI, maka Ahok dilantik sebagai gubernur pada tanggal,19 November 2014. Ahok akhirnya memilih Djarot Saiful Hidayat untuk mendampinginya sampai menyelesaikan masa bakti mereka pada bulan Oktober 2017.

Nama besar Jokowi dikait kaitkan ketika dugaan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok, September 2016, di Kepulauan Seribu. Beragam Aksi Damai dilakukan untuk menuntut keadilan dengan tuntutan agar Ahok dijebloskan ke penjara.

Dalam proses hukum yang menguras energi dan pikiran, lagi lagi nama Jokowi dikaitkan dengan Ahok. Joko Widodo dituduh membekingi proses hukum Ahok. Dan tuduhan itu tidak terbukti. Ahok akhirnya divonis dua tahun penjara pada tanggal, 9 Mei 2017 lalu.

Kisah Ahok-Djarot

Sebelum menjabat wakil Ahok di DKI (17 Desember 2014), mereka sudah saling kenal ketika Ahok masih menjabat Bupati Bangka Belitung sedangkan Djarot sebagai Walikota Blitar dua periode.

Ketertarikan Ahok pada Djarot Saiful Hidayat yang merupakan kader PDI-P ini karena kemampuan Djarot dalam urusan bedah rumah. Jakarta memiliki masalah pelik terkait urusan pemukiman kumuh padat penduduk. Atas dasar inilah Ahok memilih Djarot sebagai wakilnya.

Sebagai pemimpin politik, hubungan Ahok-Djarot juga mengalami pasang surut terkait kebijakan publik. Ahok yang ceplas ceplos dan Djarot yang kalam kadang dipolitisasi oleh lawan politik mereka. Namun sikap profesional mereka tetap terjaga. Sehingga tampuk kepemimpinan tetap mereka laksanakan walau Ahok harus mendekam di penjara.

Setelah Ahok diusung oleh PDI-P pada tanggal 20 September 2016, sudah pasti Djarot akan menjadi wakilnya. Perjalanan mereka yang sesungguhnya dimulai saat itu. Berbagai masalah datang ketika kasus video "Al Maidah 51" mengemuka.

Langkah perjuangan mereka semakin sulit ketika berbagai intimidasi dilakukan sampai tempat ibadah dipakai sebagai sarana politik. Intimidasi bukan saja secara psikis tapi juga secara fisik. Beberapa relawan ada yang mendapat kekerasan fisik. Ahok dan Djarot juga diusir di beberapa tempat pada saat masa kampanye.

Masa-masa sulit itu Ahok - Djarot dituntut sabar dan terus menjaga tutur kata.

Kebersamaannya dengan Djarot telah mengubah perangai Ahok yang ceplas ceplos, "atraktif" dan mudah marah, selama masa kampanye saat itu, Ahok mulai kelihatan tenang dan sudah mampu menjaga tutur katanya.

Ahok bilang, ia sudah menjadi Basuki, walau disampaikan dalam candaan.

Teman Sejati

Setelah kalah dalam Pilgub DKI Putaran Kedua mereka harus terus melanjutkan sisa masa bhakti sambil menunggu pelantikan gubernur terpilih periode 2017-2021 pada bulan Oktober 2017 nanti.

Tapi perjalanan Ahok harus berakhir dan mendekam di penjara sebagai terpidana kasus penistaan agama. Ahok secara mengejutkan mencabut banding. Artinya Ahok ikhlas dan siap menjalani masa tahanan selama dua tahun penjara.

Keputusan itu tidak sembarangan diambil, tentu mendengar berbagai masukan. Tak terkecuali Djarot yang menjadi orang terdekat beliau dalam urusan politik.

Selama masa awal tahanan Djarot lah orang yang selalu berkomunikasi dengan massa pendukung Ahok. Ia yang memberi semangat baik kepada Ahok maupun kepada massa yang memadati LP Cipinang, Mako Brimob Kelapa Dua - Depok, dan di Balai Kota.

Djarot juga berperan dalam menjaga agar aksi solidaritas pendukung Ahok tetap kondusif dan tetap damai.

Keputusan Ahok mengundurkan dirinya dari jabatan gubernur karena beliau percaya Djarot amanah dalam menyelesaikan sisa masa tugas mereka. Atau melanjutkan program yang sudah dicanangkan oleh Ahok.

Pernyataan Ahok disampaikan sendiri oleh Pak Djarot.

"Saya sudah ketemu sama beliau (Ahok) dan beliau sudah menyatakan, 'Sudahlah, untuk menjaga situasi bulan puasa, supaya tidak ada pro-kontra, sudah saya mundur saja, nanti Mas Djarot yang nerusin'," kata Djarot seraya menirukan ucapan Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (26/5/2017) - (Sumber : detikcom)

Perjalanan panjang Ahok-Djarot akan menjadi perjalanan yang indah karena berjalannya nurani ditengah arus politik. Politik tanpa nurani itu seperti pisau belati yang siap dihujamkan kepada siapa saja.

Biasa orang itu akrab ketika temannya memiliki segalanya, ketika temannya tak berdaya dan tak punya apa apa semuanya yang selama ini mendekat akan meninggalkannya dalam kesendirian - itu biasa terjadi di dalam dunia politik.

Tapi tidak untuk kisah Ahok-Djarot, pertemanan mereka semakin intim kala "musibah" itu datang.

(Salam Damai)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun