Mohon tunggu...
Bonefasius Sambo
Bonefasius Sambo Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang gemar menulis

Penulis Jalanan ~Wartakan Kebaikan~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wacana Full Day School dan Peninjauan Ulang Pendidikan Gratis: Bagaimana Komentarnya?

9 Agustus 2016   16:37 Diperbarui: 9 Agustus 2016   16:54 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENDIKBUD baru Muhadjir Effendy mulai menggebrak dunia pendidikan Indonesia dengan salah satu programnya Full Day School (07.00 - 17.00). Dimana pada hari Sabtu peserta didik akan mendapatkan jatah libur atau dengan kata lain dalam seminggu siswa hanya beraktivitas di sekolah lima hari.

Selain program Full Day School, Mendikbud Muhadjir Effendy juga berwacana meninjau kembali tentang pendidikan gratis. Wacana atau gagasan ini sudah menuai pro dan kontra. Mayoritas keberatan dan menolak serta mencibir program ini. Ada juga yang sangat reaktif bahwa pilihan Joko Widodo yang jatuh pada Muhadjir Effendy untuk menggantikan menteri Anies Baswedan adalah blunder karena si menteri memulai programnya dengan gagasan-gagasan yang kontroversial.

Ada beberapa alasan yang dinilai kontroversi karena: Pertama, untuk siswa setingkat SD dan SMP dengan durasi waktu seperti itu dianggap menguras energi dan memaksa kemampuan peserta didik dalam menerima materi pembelajaran. Kedua, waktu yang dipakai bermain atau berinteraksi dengan orang tua atau teman-temannya disunat oleh program Full Day School itu.

Ketiga, keluhan yang dilontarkan dari pihak guru. Guru sudah pasti orang yang paling berpengaruh dan berperan di sekolah. Dengan waktu seperti yang diwacanakan seperti itu (10 jam di sekolah) guru akan mengalami kejenuhan dan lelah. Jika guru bersangkutan adalah guru honorer sudah dipastikan ia akan "mati" karena pengabdiannya. Karena ia tidak memiliki kesempatan untuk mencari nafkah sampingan. Perlu diingat juga, misi pendidikan kita selain mencerdaskan juga harus mensejahterakan sesama anak bangsa.

Keempat, program pendidikan gratis sudah dijalankan selama beberapa tahun terakhir ini. Tujuan program pendidikan gratis adalah untuk memberi kesempatan kepada masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Tak terkecuali, semua warga negara karena hak mendapatkan pendidikan bagi warga negara sudah diamanatkan oleh UUD 1945.

Lantas program Full Day School dan rencana peninjauan ulang pendidikan gratis sebuah gagasan yang kontroversi atau mengada-ada? Saya mencoba membahasnya.

Pertama, gagasan Full Day School atau sekolah sepanjang hari memiliki tujuan untuk mengoptimalkan waktu dan potensi peserta didik. Dengan waktu sebanyak itu, bukan berarti akan didominasi dengan KBM akan tetapi waktu luang yang dimiliki peserta didik akan diisi dengan berbagai aktivitas pembelajaran yang menyenangkan, atau permainan yang membangkitkan daya kreasi dengan tujuan pembentukan karakter dari peserta didik.

Kedua, waktu bermain normal yang selama ini dirasakan oleh anak didik SD dan SMP tidak akan disunat, atau diambil secara paksa karena program Full Day School itu. Justru waktu yang ada akan dipakai untuk kegiatan-kegiatan yang lebih produktif. Malah menghindari anak dari permainan yang beresiko karena kesibukan orang tua mereka.

Ketiga, apakah tenaga guru akan diperas? Saya pikir jika program ini dilaksanakan pemerintah akan mengambil langkah antisipatif. Guru akan diberi waktu sesuai kemampuannya. Pastinya, nanti akan ada aturan-aturan turunan untuk implementasi program ini. Selain itu, program ini akan merekrut tenaga guru baru untuk kebutuhan program ini. Secara kasar bisa dikatakan untuk membuka lapangan kerja baru.

Keempat, program pendidikan gratis, memang sudah saatnya dievaluasi. Saya mengutip pernyataan menteri Muhadjir Effendy, bahwa pendidikan itu susah atau keras. Pendidikan yang diberikan secara cuma cuma hanya akan melahirkan generasi yang menganggap pendidikan itu hanya rutinitas dan kewajiban tanpa nilai dan makna. Jika pendidikan itu dianggap sebagai kebutuhan jelas apapun sulitnya orang itu akan berjuang dan bertanggung jawab dengan apa yang dimilikinya. Tak terkecuali, mahalnya dana pendidikan tak akan menjadi masalah demi sebuah cita-cita yang ingin diraihnya. Dan saya yakin percaya pendidikan dapat mewujudkan impian seseorang.

Kita harus menyadari, bahwa gagasan Mendikbud Muhadjir Effendy masih dalam tataran wacana. Jika sampai ke level implementasi jelas dan pasti sudah melalui kajian-kajian yang pas dengan kultur Keindonesiaan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun