TMII atau Taman Mini Indonesia Indah, hadir sebagai sarana rekreasi yang memperkenalkan beragam budaya melalui miniatur bangunan tradisional yang mewakili setiap daerah atau provinsi di Indonesia. Taman yang merupakan taman budaya ini didirikan pada tahun 1975 dan identik dengan berbagai anjungan - anjungan yang beragam di penjuru Indonesia.
Selain anjungan, didalamnya terdapat wahana hiburan seperti kereta gantung dan bangunan terkenal seperti teater keong mas, museum, danau, dan taman. Namun, seiring berjalannya waktu beberapa fasilitas di TMII mulai terlihat kuno dan kurang terawat yang membuat kesan TMII kurang menarik untuk generasi muda.
Landmark TMII mencolok yang berada tepat di pintu masuk utama merupakan identitas dari taman budaya, landmark ini merupakan representasi kuat dari keberagaman budaya yang ada di indonesia.
Simbol dari landmark ini seolah menyambut para pengunjung yang datang dan mengajak mereka untuk menjelajahi keindahan dan keunikan indonesia. TMII menghadirkan wajah baru yang telah melakukan revitalisasi pada 1 september 2023 dengan bertemakan go green yang lebih mengusung konsep yang lebih ramah lingkungan dan modern, yang terlihat dengan tidak adanya kendaraan beremisi dan berbagai macam penanda untuk kendaraan listrik yang tersedia.
Berbagai macam sarana yang mendukung konsep ramah lingkungan ini juga mudah untuk ditemui di TMII, seperti jalur khusus scooter dan sepeda, halte shuttle bus dan golf cart listrik yang akan mengantar pengunjung untuk mengelilingi TMII.
Disamping itu, peta kawasan TMII yang memperlihatkan seluruh denah dalam TMII juga menarik dari sisi visual para pengunjung. Dengan kombinasi warna merah dan ungu ditambah dengan animasi pada setiap anjungan yang terkesan tidak monoton dan tidak membosankan atau eye catching, rambu penanda yang ada sangat membantu untuk mengetahui lokasi terkini para pengunjung dan juga nyaman untuk dipandang mata.
Selain peta kawasan TMII, public signage untuk menjelaskan setiap anjungan dan museum yang ada juga cukup menjelaskan mengarah kemana kita berada sekarang. Berbagai macam anjungan juga merupakan daya tarik utama TMII.
Anjungan daerah yang mewakili 33 provinsi di Indonesia ini didesain dengan keunikan arsitektur tradisional, menampilkan rumah adat, pakaian adat, dan berbagai pernak-pernik khas daerah. Pengunjung dapat menjelajahi anjungan-anjungan ini untuk merasakan kekayaan budaya Indonesia yang beragam.
Namun, walau TMII sudah dihiasi dengan berbagai macam public signage yang informatif dan desain visual yang menarik, masih ada kekurangan dalam menjelaskan maksud dari signage tersebut.
Seperti, penunjuk jalur untuk scooter yang ditandai dengan lambang yang menyerupai suatu arti lain, dimana hal tersebut dapat membuat rancu bagi para pengunjung untuk memahami.
Selain itu guiding block untuk para tunanetra terlihat tidak memadai karena kurang jelasnya arah dan rusaknya beberapa jalur pejalan kaki menjadi salah satu dari beberapa kekurangan public signage dalam TMII.
Selain kurangnya konteks akan public signage, masih ada beberapa spot anjungan yang terlihat masih kuno dan kurang menarik untuk mencuri perhatian pengunjung. Dengan ini diharapkan agar TMII bisa lebih melihat detail-detail kecil pada setiap sudut di wilayah TMII.
Beberapa anjungan dengan ukuran yang kecil dan hampir terkesan tersembunyi membuat pengunjung kerap melewati anjungan karena kurangnya informasi terkait anjungan yang dipamerkan. Karena beberapa anjungan seperti, Daerah Istimewa Yogyakarta terlihat seperti bangunan biasa yang tersembunyi yang membuat pengunjung berpikir bahwa bangunan tersebut bukanlah salah satu miniatur anjungan TMII.
Untungnya, dengan tersedianya shuttle bus dengan rute perjalanan yang mengelilingi tiap anjungan, setidaknya permasalahan tersebut dapat diatasi dengan anjungan DIY yang dilewati oleh pengunjung menggunakan shuttle bus sehingga pengunjung menyadari bahwa masih terdapat beberapa anjungan yang terkesan tersembunyi atau tidak terlihat.
Di luar itu, TMII ternyata tidak hanya menawarkan pengunjung dengan anjungan atau bangunan tradisional di setiap cluternya. TMII juga memiliki bangunan besar dan modern yang disebut sebagai gedung Contemporary Art Gallery yang disediakan TMII untuk pengunjung dapat membeli merchandise TMII dan barang-barang buatan tangan atau handmade yang dijual oleh TMII.
Barang yang dijual seperti makanan atau cemilan ringan tradisional, hasil karya pahatan, tas berbentuk binatang seperti gajah, dompet dengan balutan motif batik dan kain khas Indonesia, hiasan rambut seperti jepitan bunga Bali, sampai buku kertas lipat untuk kanak-kanak. Selain menjual merchandise khas Indonesia, Contemporary Art Gallery juga menyediakan beberapa tenant makanan dan kopi untuk dinikmati pengunjung saat beristirahat.
Tidak hanya anjungan yang mewakili setiap daerah atau provinsi, TMII juga ternyata menyediakan museum dengan gaya modern di dalam bangunan anjungan tradisional Bali yang disebut sebagai “Museum Indonesia” Siapa sangka jika terdapat ruangan berisi pameran dengan berbagai macam peninggalan budaya Indonesia dimulai dari baju adat Indonesia, kain-kain khas Indonesia, kendaraaan pada jaman dahulu seperti perahu, bangku dan meja dengan sentuhan vintage atau klasik ala Indonesia, sampai communal space untuk pengunjung menyalurkan kreatifitas mereka melalui lukisan di dalam miniatur anjungan Bali?
Di dalam museum tersebut, pengunjung akan dimanjakan dengan visual museum yang sudah dibilang modern dan minimalis dengan beberapa fasilitas yang memanjakan fisik pengunjung seperti pendingin ruangan, lift menuju lantai satu sampai dengan lantai tiga, juga terdapat mesin pengangkut kursi roda untuk pengunjung disabilitas, ditambah juga fasilitas toilet yang bersih dan juga nyaman untuk pengunjung.
Selain kenyamanan fisik yang akan didapat, indera penglihatan pengunjung juga akan ikut dijamu oleh tata letak pameran yang tersusun rapi dengan kaca kotak yang melindungi properti museum.
Di luar itu, museum Indonesia juga memberikan informasi yang informatif terkait setiap properti yang dipamerkan dengan desain visual petunjuk yang dapat memancing perhatian pengunjung.
Tidak semua properti dipamerkan di dalam kotak kaca yang besar. Beberapa dari properti, seperti kain tenun, diperkenalkan oleh museum Indonesia secara terbuka bersama gedogan atau alat pembuat kain tenun yang ikut mendampingi kain yang menunjukan visualisasi bagaimana proses pembuatan kain tenun dilakukan.
Papan informasi terkait properti disuguhkan dengan gaya tipografi minimalis dengan bahasa narasi yang mudah dimengerti juga tambahan visual seperti topeng tiga dimensi atau 3D yang menonjol di papan informasi yang dapat melakukan interaksi fisik dengan pengunjung.
Papan informasi terlihat lebih anggun dengan adanya lampu sorot kecil yang sengaja membuat pengunjung setidaknya mengalihkan perhatian mereka untuk sekedar melihat dan membaca informasi yang telah disuguhkan.
Di luar informasi visual yang disalurkan melalui tulisan di banner atau papan informasi, museum Indonesia juga menawarkan video informatif dengan narasi audio yang menjelaskan tentang budaya Indonesia pada televisi on demand yang terdapat di setiap lantai dan sudut museum.
Setelah pengunjung merasa puas mengunjungi museum Indonesia, mereka akan disambut dengan jalan keluar yang sangat amat lekat dengan nuansa daerah Bali. berbagai bangunan candi Bali seperti Candi Bentar, sampai patung khas Bali yang berdiri dengan pose tarian tradisional Bali yaitu tari kecak di pinggir lingkungan anjungan Bali. Hal ini yang menambah kesan realistis untuk pengunjung akan representasi daerah Bali yang ditunjukan oleh anjungan Bali TMII.
Secara keseluruhan Taman Mini Indonesia Indah merupakan taman budaya dan rekreasi yang wajib dan pas untuk dikunjungi bagi siapa saja yang ingin mengenal lebih dekat tentang budaya Indonesia. Dengan beragam anjungan daerah, museum, dan wahana hiburan lainnya, TMII menawarkan pengalaman mengenal budaya Indonesia dengan lebih menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H