Mohon tunggu...
Amar Ma'ruf
Amar Ma'ruf Mohon Tunggu... -

tidak ada yang tidak mungking

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kritikanku Untukmu

9 Mei 2012   02:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:31 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“TEMAN akan mengajarimu apa yang ingin kau ketahui, tetapi MUSUH akan mengajarimu apa yang harus kau ketahui”

Dalam tulisan ini saya akan memposisikan diri sebagai musuh IPPM Pangkep Koord. UNM dan mencoba memberi pengetahuan tentang apa yang seharusnya diketahui olehnya (baca: IPPM Pangkep Koord, UNM).

Dua tahun lebih sudah saya bergelut di organisasi daerah yang menamakan dirinya dengan Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Pangkep Koordinator Universitas Negeri Makassar atau yang biasa disingkat dengan IPPM Pangkep Koord. UNM. Banyak suka dan duka yang telah saya alami bersama kakak-kakak senior dan adik-adik disini. Semua kebiasaan-kebiasan teman-teman disini yang telah menjadi budaya pun banyak yang telah saya ketahui. Namun, diantara sekian banyak kebiasaan-kebiasaan yang telah terbangun dan jadi budaya di IPPM Pangkep Koord. UNM, ada segelintir kebiasaan yang menurut saya agak sedikit keliru. Beberapa kebiasaan tersebut adalah sebagai berikut.

Budaya Sipakasiri’

Sebuah falsafah kedaerahan yang cukup popular dikalangan masyarakat Pangkep adalah “Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge”. Namun di IPPM Pangkep Koord. UNM falsafah tersebut mendapatkan tambahan satu kata lagi yaitu Sipakasiri’ (Saling mempermalukan). Kebiasaan sipakasiri’ ini sangat terlihat dari tingkah laku teman-teman yang memberi respon yang sangat berlebihan terhadap kesalahan dalam berbicara ataupun yang sering disebut dengan istilah “Okkot’s” yang dilakukan oleh teman yang lainnya ketika sedang berbicara dalam forum. Respon berlebihan itu berupa tertawa terbahak-bahak sehingga membuat pelaku kesalahan berbicara tersebut menjadi malu. Selain itu kebiasaan seipakasiri’ ini juga sering terlihat dari tingkah teman-teman yang suka menjodohkan orang, seperti yang terjadi pada kasus Hermin dengan Nurmi yang baru-baru ini terjadi pada saat MUSKO XV IPPM Pangkpe Koord. UNM. Tingkah teman-teman tersebut akan membuat si korban akan menjadi malu. Meski maksudnya hanya sekedar bercandaan belaka, tapi jika membuat orang lain menjadi malu, itu menurut saya sungguh terlalu.

Penaggunaan Sistem Kasta

Sistem kasta yang banyak digunakan pada masa kerajaan-kerajaan masa lalu ternyata juga berlaku pada IPPM Pangkep Koord. UNM. Senior tertinggi menganggap dirinya sebagai kasta Brahmana dan menganggap junior terendah (MaBa) sebagai kasta Sudra. Sistem kasta ini sangat terlihat ketika ada kerja bakti yang dilakukan terutama pada kerja membersihkan. Semua kerja-kerja ekstra seperti cuci piring dan membersihkan WC biasanya diserahkan pada junior, para senior tertinggi seperti “mengharamkan” tangan mereka menyentuh piring kotor ataupun sikat WC. Begitupun jika ada sesuatu yang ingin di buat seperti membuat teh atau membeli makanan dan minuman. Pekerjaan ini akan dibebankan kepada junior terendah. Kata-kata andalan mereka adalah “Kau lagi, karena kau  tongseng junior sekarang, saya juga dulu begituji”.

Kurangnya Penghargaan Terhadap Forum Organisasi

Bercanda memang merupakan hal yang baik, namun bagaimana ketika candaan itu bisa merusak jalannya suatu forum organisasi. Hal seperti ini lah yang banyak dilakukan oleh teman-teman IPPM Pangkep Koord. UNM termasuk saya. Berteriak-teriak dalam forum, bicara tanpa dipersilahkan, sampai tertawa terbahak-bahak sehingga menggangu jalannya forum sering kita lakukan. Ini tak hanya terjadi pada forum biasa saja, tapi juga pada forum pengambilan keputusan tertinggi yang biasa disebut MUSKO (Musyawarah Koordinator). Parahnya lagi, ketika ditegur, teman-teman malah semakin menjadi-jadi.

Demikianlah tulisan ini saya buat, semoga bermanfaat bagi kita semua. Seperti kata Konfusius “lebih baik kita menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan”. Pencarian solusi atas kebiasaan keliru (menurut hemat saya) yang tersebutkan diatas lebih penting dari pada kita mencari siapa yang salah dan bertanggung jawab atas kebiasaan keliru tersebut itulah yang saya inginkan.

Saya mohon maaf jika ada pihak-pihak yang tersinggung dalam tulisan ini. Kritik dan saran selalu saya tunggu dari para pemerhati IPPM Pangkep Koord. UNM. Mohon maaf juga jika tulisan saya ini tidak ilmiah. Atas semua perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun