[caption id="attachment_348197" align="aligncenter" width="640" caption="Pusat Kota Charleroi Belgia"][/caption]
Awal musim panas tahun 2014 yang baru berlalu cuacanya kurang mendukung saat saya tinggal di Berlin untuk menyelesaikan beberapa urusan yang mesti dilakukan segera mulai dari kontrak, perbankan hingga urusan kecil lainnya yang lumayan mendesak untuk dilakukan setelah beberapa kali saya membatalkan kedatangan saya ke ibukota negara Jerman ini.
Mulai dari hujan, cuaca dingin yang membuat saya lumayan menggigil karena tidak bersiap diri dengan baju hangat, untunglah di lemari kloset saya ada beberapa baju lama yang lumayan membantu memberikan rasa hangat saat saya berada diluar rumah.
2 Minggu sudah saya berada di Berlin walau sesekali melakukan kunjungan singkat ke daerah tetangga seperti Dresden dan juga ke Praha saya masih merasa kurang puas karena tidak ada sinar matahari yang menghangatkan saya, apalagi sebagai anak kampung yang terbiasa bertelanjang dada dan menghabiskan waktu sehari-hari di pantai cuaca dingin disaat musim panas tentulah bukan sesuatu yang diimpikan para pelancong.
[caption id="attachment_348064" align="aligncenter" width="416" caption="Day 1"]
Akhirnya saya putuskan ke Bruges dan Amsterdam terlebih dahulu dan tinggal disana beberapa hari sekedar bertemu dengan sanak keluarga dan seorang teman yang baru saja mempunyai anak pertama di Amsterdam, Sebelum akhirnya balik kembali ke Belgia dengan tujuan Charleroi, salah satu kota bekas areal industri di Belgia untuk naik pesawat murah Ryan Air menuju Figari Korsika.
Menginap semalam di Charleroi terus terang bukan kota favorit karena sepinya, berhubung saat itu pesawat tujuan ke Figari harus datang subuh maka mau tidak mau sayapun tinggal disana kalau tidak mau ketinggalan pesawat jika harus tinggal di Brussel.
Goncangan hebat karena angin yang menyambar laju pesawat sungguhlah terasa saat pesawat yang membawa saya dan penumpang lainnya hendak mendarat, terus terang sempat membuat saya berfikir buruk karena tidak terbiasa dengan pesawat kecil serta goncangan yang baru pertama kali saya rasakan. Wajah-wajah penumpang lainnyapun tidak luput dari rasa cemas. Kamipun mendarat setelah hampur 5 menit pilot harus menghindari laju angin dan 5 menit tersebut lumayan mendebarkan buat saya.
Berhubung tidak membawa bagasi, selain komputer dan kamera serta beberapa pakaian sayapun melenggang ke seberang jalur keluar bandara dimana saya hendak mengambil mobil yang sudah saya sewa beberapa hari sebelumnya. Setelah menandatangani beberapa lembar persetujuan menyewa sayapun bersiap untuk mengarungi Korsika.
Sebelum pergi ke Korsika, saya membaca beberapa artikel mengenai Korsika termasuk untuk berkendaraan sendiri karena dengan berkendaraan sendirilah seluruh Korsika bisa dijangkau dengan gampang serta apa yang ahrus diharapkan saat mengendarai mobil mengingat kondisi Korsika yang boleh dibilang terjal dan berbukit-bukit serta dibeberapa spot ada jurang yang mengarah ke laut sayapun mengambil asuransi penuh untuk kenyamanan saya.
[caption id="attachment_348196" align="aligncenter" width="640" caption="Sudut Sartene-Korsika"]