Senja Kenangan
Senja muncul membawa deru hangatnya angin siang hari. Tania dan kakanya menikmati indahnya suasana dengan warna jingga yang hangat. Duduk di teras taman. Teras kayu yang dilengkapi dengan meja dan tempat duduk kayu. Tania dengan senang sambil menelpon teman -- temannya membicarakan hal -- hal seru. Melihat itu sang Ibu memanggil bu Ijah untuk membawa beberapa makanan. Luqman yang berdiri di pagar kayu kemudian menunjukkan ibunya beberapa tanaman baru yang dia pesan untuk memperindah taman.
"Wah Mama engga tau kalau kamu sekarang belajar dekorasi taman. Sejak kapan Nak?"
"Baru aja Ma. Ini juga karena kemarin teman -- temanku ngajak untuk buka tempat makan."
"Loh, sekarang lagi kondisi pandemi lho Nak. Gimana nanti kamu kalau kena sangsi?"
"Tenang Ma, kita jual online kok. Masakannya kayak yang semalam Mama coba."
Mendengar itu sang Ibu kemudian paham bahwa ini merupakan usaha besar anaknya. Sang Ibu lalu mengangguk dan memuji masakan Luqman. Sang Ibu lalu berpesan berbisnis bukanlah hal yang mudah. Membuka usaha memnbutuhkan banyak keberanian dan pengalaman. Sebagai sebuah permulaan bagi Luqman untuk memiliki pengalaman membuka usaha, maka sang Ibunda mengiyakan niat anaknya.
"Ma, lihat ini. Teman-teman Tania ada rencana mau bikin video nyanyi bareng. Tapi bikinnya di rumah Ma. Nanti di taman."
"Iya Nak. Boleh, biar kamu ga bosen ya. Tapi temanmu yang rumahnya sekitar saja ya. Kasian kalau jauh- jauh." Jawab sang Ibu sambil mendengar penjelasan Tania
Senjapun terlewati dengan kenangan bagi Luqman dan Tania menikmati waktu mereka.
-fin- #episode selanjutnya                                                         Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H