Hadiah yang Bermakna
Sore muncul dengan warna senjanya yang menghalau rasa lelah. Luqman sibuk dengan persiapannya memasak makanan terbaik untuk Ibunya yang akan sampai malam hari. Tania dengan rasa penasarannya melihat ke berbagai resep dan mencuci setiap sayuran di meja. Bu Ijah tergopoh-gopoh mengambil bahan yang diterima dari kurir supermarket. Beberapa bahan seperti ayam lalu bumbu masak sudah tersebar di penjuru meja.
"Kak kita mau masak apa? Kok kakak belum ngasih tahu Tania dari kemarin." Omel Tania.
"Tenang saja, kakak lagi mau siapin resep terbaru kakak. Bu Ijah nanti bantu kita siapin bumbunya." Kata Luqman sambil menyiapkan sepanci ayam.
"Ih, tapi kok pakai ayam segala ini kan lama. Yakin kita bisa siap waktu Mama sampai?" omelnya.
Luqman yang mendengar itu hanya tertawa dan memanggil Bu Ijah. Luqman sangat percaya diri dengan masakannya karena dia sempat mencobanya ketika Tania pergi keluar rumah. Hanya membutuhkan waktu dua jam saja agar semua selesai. Luqman pun dengan cekatan mempersiapkan beberapa penggorengan dan panggangan. Bu Ijah lalu membantu sesuai arahan Luqman selama proses memasak berlangsung.
Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Terdengar bunyi bel pintu depan. Terbukalah pintu dan tampak seorang Ibu membawa tas suvenir sangat banyak. Tas suvenir di mana-mana hingga menutupi seluruh meja di ruang tamu. Â "Nak Mama sudah sampai sedang apa kalian?"
Tampaklah Luqman dan Tania serta Bu Ijah mempersiapkan hidangan di meja makan. Sang Ibu lalu tersenyum terharu melihat pemandangan di hadapannya. Dalam benak sang Ibu, seluruh hadiah yang dibawanya tidak sebanding dengan ini semua.
-fin- #episode selanjutnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H