Konsumsi minyak bumi secara global semakin signifikan dengan  1,6 juta barel dari tahun-tahun sebelumnya. Di sisi lain, harga minyak bumi pada 2008 mengalami kenaikan dengan rekor tertinggi yakni 147 dolar/barel. Angka ini diperkiran akan mengalami kenaikan pada rentang waktu 2008 hingga 2030 sebesar 1,4% per tahun. Transportasi dan Industri merupakan penyumbang terbesar kebutuhan minyak global dengan rata-rata pertumbuhan 1,2% per tahun hingga 2030.Â
Kebutuhan minyak dunia secara garis besar didominasi kawasan Asia-Pasifik dengan peningkatan kebutuhan minyak mencapai angka 58%. Situasi ini dapat dimungkinkan sebagai implikasi atas populasi penduduk yang sangat besar dengan trasportasi massal yang belum memadai. Selain itu, konsumsi kendaraan pribadi di negara-negara berkembang pada kawasan Asia-Pasifik semakin meningkat setiap tahun yang tentu saja memberi pengaruh besar pada kebutuhan minyak bumi (Dadang, Juli 2009. dalam https://www.its.ac.id/news/2009/07/22/menakar-ketersediaan-minyak-bumi-dunia-dua-dekade-ke-depan/). Â
Pada dasarnya, cadangan minyak bumi secara global masih sangat cukup untuk waktu yang masih panjang terutama pada negara-negara yang tergabung dalam OPEC. Ketersediaan minyak bumi per 2008 lalu mencapai 1.195.318 juta barel atau 77,6% dari total cadangan minyak mentah. Indonesia yang menjadi anggota OPEC berada pada posisi kedua terbawah dari 25 negara yang terdaftar memiliki cadangan minyak bumi. Bangsa kita tercatat memiliki cadangan minyak bumi sebesar 283,90 MMSTB pada 2017 (Dirjen Migas, Juli 2021, dalam https://migas.esdm.go.id).
Tingginya angka kebutuhan minyak bumi membawa dampak negatif bagi kualitas lingkungan yang asri dan memberi kehidupan bagi keberlangsungan hidup baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Beberapa dampak negatif yang muncul sebagai implikasi atas tingginya angka pemakaian minyak bumi:Â
Pertama, pemanasan global. Perusahaan industri yang menggurita dan produksi kendaraan dalam jumlah yang sangat besar memaksimalkan kinerjanya dengan menggunakan bahan bakar fosil (minyak bumi). Dengan tingginya angka pemakaian minyak bumi pada industri dan kendaraan akan melahirkan gas Karbon Dioksida (CO2) yang dapat erusak lapisan ozon.Â
Kedua, hilangnya kualitas tanah. Untuk dapat menghasilkan minyak bumi, diperlukan lahan yang luas untuk menempatkan properti bagi kinerja penggalian minyak bumi. Proses ekstrasi minyak bumi dapat merusak kualitas tanah dan berimplikasi pada ekosistem makhluk hidup (Kumparan, Januari 2024, dalam Https:// kumparan.com). Pemakaian bahan bakar fosil (minyak bumi) juga dapat menyebabkan penceraman air dan udara. Tumpahan-tumpahan dan bahkan ledakan minyak yang seringkali terjadi membawa dampak buruk pada kontaminasi air limbah dan menghabiskan sumber daya air yang semakin langka. Pemakaian bahan bakar fosil juga menciptakan polutan yang memberi pengaruh buruk terhadap kualitas udara bersih. Zat polutan lebih banyak memberi resiko untuk penyakit kanker, paru-paru, stroke dan jantung karena kualitas udara yang sudah tercemar (Lulu Lukyani,2022, dalam Kompas.com).
Pada dasarnya, dampak negatif penggunaan bahan bakar fosil telah dipahami lebih kompleks oleh semua lapisan masyarakat. Persoalan paling mendasar adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengelola  dan menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) secara bijak dan bertanggung jawab. Kesadaran penuh dalam penggunaan BBM yang bijak dan bertanggung jawab dapat membantu mengurangi dampak negatif pemakaian BBM.oleh karena itu sangat penting bagi bangsa ini untuk maksimalisasi penggunaan energi terbarukan. Kekayaan alam Bangsa Indonesia terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Di samping itu, kualitas manusia Indonesia sudah matang untuk dapat menciptakan energi alternatif pengganti minyak bumi.
Beberapa energi terbarukan yang dapat menjadi energi alternatif penggunaan minyak bumi seperti penggunaan energi angin, energi air, energi surya, atau energi biomassa. Semua bentuk energi ini lahir dari alam dan tentunya lebih ramah lingkungan. Selain itu, energi terbarukan ini memiliki beberapa keunggulan seperti: meminimalisasi pencemaran udara dan kerusakan lingkungan, nilai perawatan yang lebih ekonomis, membentuk manusia Indonesia yang mandiri energi dengan tidak menggantungkan diri pada ketersediaan BBM serta mendorong laju pertumbuhan ekonomi masyarakat (CNN Indonesia, 2023).Â
Energi terbarukan memiliki potensi besar untuk dapat dihidupkan di Indonesia. Kekuatan alam bangsa Indonesia dalam menyediakan energi-energi besar membutuhkan daya juang dan kerja sama yang solid atas seluruh lapisan baik pemerintah maupun masyarakat hingga tingkat lokal untuk dialihfungsikan menjadi energi terbarukan yang memberi manfaat praktis bagi kebutuhan hidup manusia Indonesia. Â Dengan memaksimalkan ketersediaan energi alam, membuka kemungkinan yang lebih positif bagi upaya menjaga dan merawat alam. Hal ini berdampak pada pemanfaatan energi yang berkelanjutan bagi pemenuhan kebutuhan baik personal maupun kelompok publik yang lebih luas. Pemanfaatan energi terbaruka yang disediakan alam akan membentuk sikap ekologis yang tinggi dalam diri manusia Indonesia. Upaya untuk merawat alam dan lingkungan menjadi satu keharusan demi terbentuknya solidaritas ekosistem yang simbiosis menuju Indonesia emas 2045.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H