Ada yang aneh dan janggal dari LSM Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK). Kelompok yang getol beraksi menolak kehadiran PT Semen Indonesia (SI) di Rembang, Jawa Tengah, ini tiba-tiba sudah berada di Jerman.
Alasan Gunarti (adik Gunretno, gembongnya JMPPK) dan Dandhy Laksono ke Jerman untuk mengusung aksi solidaritas dan mendulang dana melalui penayangan film Samin vs Semen di 10 kota di sana.
Pertanyaannya, kalau ke Jerman niatnya cari dana, lalu biaya ke sana darimana?
Atau malah JMPPK ke Jerman ingin merayakan "kebahagiaan" meninggalnya Yu Patmi yang dikorbankan mereka karena menyemen kaki saat demo di depan Istana Negara?
Asal tau saja, orang-orang JMPPK mengaku "petani yang menolak hadirnya SI karena dianggap merusak pertanian". Bukannya petani tak boleh ke Jerman, namun tidak salah juga mengira biaya perjalanan ke Jerman, apalagi keliling 10 kota.
Hitung saja biaya pengurusan paspor, visa, transportasi dari Indonesia ke Jerman dan sebaliknya, biaya penginapan plus makan supaya perut tetap kenyang. Kalau berpikir ala petani; bukankah dana itu semua lebih efektif dipakai membeli pupuk supaya panen meningkat atau memperluas lahan pertanian sehingga menambah penghasilan.
Apalagi menggalang dukungan di depan orang asing dan negara lain demi menolak SI. Lho, industri milik negara malah di jelek-jelekan di negara asing?
Pertanyaan berikutnya, siapa yang urus lahan pertaniannya selama "petani" keliling 10 kota di Jerman? Ingat Yu Gunarti, nanti padinya kering & panennya gagal lho.
Kalau di pikir, Jerman adalah negara pemilik saham mayoritas Heidelberg Cement yang menguasai industri semen nomor empat di dunia. Heidelberg memasuki industri semen ke sekitar 60 negara di dunia, termasuk Indonesia. Heidelberg punya 14 pabrik yang tersebar di Tanah Air.
Berdalih bersuara lantang dalam rapat di hadapan pemegang saham Heidelberg di Jerman, apa iya? Semudah itu "petani" bisa sesukanya protes dan meminta penghentian pabrik semen Heidelberg di Jawa Tengah? Masuk Dufan saja perlu pemeriksaan ketat dan cap stempel, apalagi di depan penggede pemilik pabrik semen, kemudian di markasnya pula. Memang Heidelberg tidak punya jasa penjaga keamanan?
Selama ini Gunretno juga akrab dengan bos Indocement yang pabriknya di Pati. Foto-foto "persahabatan" keduanya banyak tersebar di medsos. Indocement adalah afiliasi perusahaan semen Heidelberg. Ada 51 persen saham Indocement dimiliki Heidelberg Jerman.
Kalau dulu Sri Bintang Pamungkas lari ke Jerman karena dikejar penguasa Orde Baru, namun bukan menjelekkan citra Indonesia di hadapan masyarakat asing. Justru Sri Bintang bergerak dalam senyap  Dia menggalang kekuatan mahasiswa Indonesia di Jerman untuk meruntuhkan rezim Soeharto. Nama baik Tanah Airnya tetap di jaga di muka negara asing.
Beda kan dengan "petani" JMPPK? Jual dan rusak citra negaranya di muka orang asing.
Perlu mengingatkan Kedubes RI untuk Jerman agar meminta keterangan tujuan JMPPK. Jika agenda mereka terbukti kampanye menolak industri semen punya negara di hadapan bangsa asing berarti JMPPK pengkhianat bangsa!*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H