Mohon tunggu...
Aditya Waranggana
Aditya Waranggana Mohon Tunggu... lainnya -

Masa depannya sedikit lebih jelas

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Transjakarta: Angkutan Umum yang Tidak Diperuntukan bagi Penumpang yang Membayar Tunai Menggunakan Uang Rupiah

29 Agustus 2014   20:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:10 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai masyarakat pengguna angkutan umum tentunya biasa membayar angkutan umum menggunakan uang tunai, dimana transaksi dilakukan secara langsung menggunakan Rupiah. Hal tersebut merupakan hal yang wajar dan berlaku di seluruh indonesia. Transportasi umum yang bersifat masal seharusnya mempermudah penggunanya dalam menggunakan layanannya, karena esensi anggkutan umum adalah memfasilitasi masyarakat untuk berpergian secara mudah dan nyaman.

Berbagai terobosan banyak dilakukan oleh penyedia/operator transportasi umum masal dalam melayani konsumennya, hal itu di lakukan untuk meningkatkan pelayanan agar dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mempermudah akses masyarakat untuk melakukan pembayaran dengan menyediakan berbagai macam pilihan metode pembayaran. Beragam metode pembayaran ditawarkan mulai dari pembayaran secara langsung tunai hingga menggunakan kartu debit dan kartu kredit baik secara online maupun langsung. Pilihan-pilihan tersebut dibuat untuk membebaskan konsumen transportasi umum memilih metode pembayaran yang sesuai dengan kehendak dan kemampuannya.

Sekarang ini masyarakat, khususnya yang berada di Jabodetabek banyak menyoroti 2 penyedia transportasi umum masal, yaitu kereta api jabodetabek yang terkenal dengan nama Communter Line dan Busway yang terkenal dengan nama Transjakarta. Kedua operator transportasi ini seakan berlomba-lomba untuk memberikan pelayanan yang terbaik pada konsumennya dengan terobosan-terobosan yang sangat mendapat apresiasi masyarakat penggunanya. Dengan semakin baik pelayanan dan kemudahan yang diberikan secara tidak langsung mendorong masyarakat untuk memilih menggunakan transportasi umum dibandingkan dengan menggunakan kendaraan pribadi. Pelayanan yang diberikan Commuter Line yang sangat mendapat apresiasi penggunanya adalah semua gerbong menggunakan AC, konektifitas cukup baik, jadwal perjalanan yang semakin banyak dalam sehari, metode pembayaran yang beragam mulai dari pembayaran tunai sampai menggunakan kartu langganan (multitrip) atau kartu yang di keluarkan oleh bank. Sedangkan pelayanan yang diberikan Transjakarta yang mendapat apresiasi adalah penambahan jumlah koridor dan bus, jam operasional yang panjang di beberapa koridor, sedangkan yang menjadi cacat Transjakarta ialah dalan hal metode pembayaran. Transjakarta melakukan langkah mundur dengan memaksa penggunanya melakukan pembayaran yang hanya bisa dilakukan dengan 1 cara, yaitu dengan memaksa konsumen untuk membeli kartu pembayaran tunai yang yang merupakan produk bank atau Transjakarta sendiri untuk bisa menggunakan bus Transjakarta.

Saya sebagai orang daerah yang sering melakukan kunjungan singkat ke jakarta dan suka menggunakan Transjakarta dan transportasi umum lainnya tentu saja keberatan apabila diharuskan membeli kartu tersebut apabila ingin menggunakan bus Transjakarta, karena kartu tersebut tidak bisa diuangkan kembali setelah saya selesai menggunakannya. Ini berbeda apabila saya menggunakan Commuter Line, dimana saya bisa menguangkan kembali kartu yang telah dibeli setelah selesai atau keluar stasiun. Peningkatan pelayanan Transjakarta seharusnya tidak harus memaksa penggunanya untuk membeli/menggunakan dan harus beralih menggunakan kartu tersebut untuk pembayaran seluruh penggunaan layanan bus Transjakarta dan menghilangkan semua pembayaran tunai yang menggunakan Uang Rupiah yang merupakan alat pembayaran yang sah di negeri ini, tetapi memberikan banyak pilihan metode pembayaran kepada penggunanya.

Ada hal yang cukup aneh dan tidak masuk akal bagi saya dengan pilihan yang diambil oleh Transjakarta dalam meningkatkan pelayanannya melalui metode pembayaran seperti ini, yang sangat membatasi pengguna transportasi umum masal ini. Seperti kita tahu pemerintah DKI ingin sekali mendorong agar masyarakat lebih memilih menggunakan transportasi umum masal ini dengan kemudahan-kemudahan yang diberikan, tetapi cara yang dilakukan pengelola Transjakarta seakan mengeksploitasi dan mengklomersilkan ketergantungan penggunanya transjakarta untuk membeli produk pembayaran sistem kartu yang bekerja sama dengan bank. Coba bayangkan berapa keuntungan dari penjualan kartu tersebut, belum lagi berapa fee yang didapat dari penggunaan kartu tersebut. Dengan alasan agar semakin mudah dan praktis sekaligus memperkecil kebocoran yang terjadi ini memperlihatkan manajemen pengelolaan yang buruk dan tidak terkonsep dari Transjakarta.

Pengguna bus Transjakarta seakan terkekang oleh aturan yang ditetapkan secara sepihak oleh pengelola Transjakarta, terutama masyarakat menengah kebawah yang sangat bergantung pada transportasi masal umum ini. Lantas yang jadi permasalahannya menurut saya adalah, bagaimana masyarakat mau menggunakan trasportasi umum masal seperti Transjakarta apabila tidak memiliki kartu tersebut? Bagaimana dengan orang-orang dari luar jakarta yang ingin menggunakan Transjakarta? Jawabannya mudahnya, ya belilah kartu meskipun tidak menginginkannya untuk naik Transjakarta karena UANG TUNAI TIDAK BERLAKU LAGI DISINI!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun