Dea sungguh menyadari keberagaman dalam masyarakat. Dengan penuh kesadaran dirinya menjelma menjadi pengusaha yang memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas untuk mengaktualisasikan diri. Mayoritas dari karyawan di Batik Kultur by Dea Valencia adalah penyandang disabilitas.
Karyawan penyandang disabilitas yang bekerja di Batik Kultur berasal dari warga sekitar maupun jebolan LPATR (Lembaga Pendidikan Anak Tuna Rungu) kejuruan jahit dan lulusan RC Jebres, Solo (Kompas, 2015). Mempekerjakan penyandang disabilitas, khususnya tunarungu bagai dua sisi koin bagi perjalanan usahanya. Memperbincangkan kesuksesan usahanya akan membahas pula tentang para karyawan yang berada di balik kesuksesan usaha tersebut. Karyawan tunarungu di perusahaan Dea bekerja di bagian jahit dan potong. Cara berkomunikasi dengan mereka, ia memperbanyak komunikasi melalui media tulisan.
Pengaruh Positif untuk PerusahaanÂ
Dunia usaha adalah dunia yang identik dengan mengeruk laba sebesar-besarnya. Ragam cara ditempuh suatu perusahaan demi mencapai target laba. Salah satunya dengan penyeleksian dan mempekerjakan karyawan yang mumpuni di masing-masing divisi/ bagian perusahaan.
Perusahaan Dea, Batik Kultur merupakan contoh menarik. Perusahaannya lebih memilih penyandang disabilitas untuk menjadi karyawan. Mempekerjakan penyandang disabilitas ternyata dapat memberikan dampak positif bagi suatu perusahaan.
Berikut ragam dampak positif mempekerjakan penyandang disabilitas dalam perusahaan berdasarkan riset ILO:
- Penyandang disabilitas merupakan karyawan yang baik dan dapat diandalkan. Pengusaha yang mempekerjakan penyandang disabilitas selalu melaporkan bahwa sebagai kelompok, para penyandang disabilitas menunjukkan kinerja yang sama atau lebih baik daripada rekan mereka yang bukan penyandang disabilitas dalam hal produktivitas, keselamatan dan kehadiran.
- Penyandang disabilitas lebih mungkin setia dengan perusahaan. Karyawan yang bagai kutu loncat menimbulkan harga yang harus dibayar karena adanya pergantian pegawai, misalnya hilangnya produktivitas dan pengeluaran untuk perekrutan dan pelatihan karyawan pengganti adalah biaya-biaya yang sudah dipahami oleh sebagian besar pengusaha.
- Mempekerjakan penyandang disabilitas meningkatkan moralitas pekerja. Banyak pengusaha yang mengatakan bahwa kerja tim dan moralitas pekerja meningkat ketika penyandang disabilitas menjadi bagian dari perusahaan.
- Penyandang disabilitas adalah sumber daya keterampilan dan bakat yang belum dieksplor. Di banyak negara, penyandang disabilitas yang memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia usaha, baik keterampilan teknis maupun kemampuan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diajarkan ke orang lain.
- Penyandang disabilitas mewakili segmen pasar yang belum tersentuh dan bernilai miliaran Dolar. Segmen pasar itu adalah para penyandang disabilitas, keluarga, dan teman-teman mereka.
Belajar dari Penyandang DisabilitasÂ
Pengalaman Dea secara pribadi dengan para karyawan penyandang disabilitas meninggalkan banyak kesan dan inspirasi. Mereka tak suka menunda pekerjaan, tekun dalam bidang pekerjaan, berusaha mandiri dalam hidup, dan sayang terhadap keluarga. Interaksi yang hangat (jalan-jalan atau "nongkrong" bersama) antara Dea dan para karyawan berhasil membesarkan Batik Kultur.
Setiap bulan perusahaannya mampu memproduksi sekira 800 potong pakaian batik. Dengan rentang harga mulai dari 250.000 hingga 1 juta Rupiah konsumen merespons dengan baik koleksi Batik Dea. Perpaduan penjualan daring, pameran dagang, baik dalam maupun luar negeri, baik pribadi maupun dukungan pemerintah, seperti dari Kementerian Perdagangan dan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) membuat Batik Kultur by Dea Valencia menjangkau dan memanjakan pelanggannya yang tersebar di seluruh Indonesia maupun luar negeri. Untuk luar negeri, jangkauannya sudah sampai Benua Australia, Benua Amerika dan Benua Eropa (Kompas, 2015).
"Mengangkat" Kisah Angkie dan Dea di Kelas
Sang pencipta tak pernah keliru menciptakan manusia terlahir ke muka bumi. Keterbatasan mendengar membuat Angkie mencari alternatif agar suara-suaranya terdengar luas. Ia menuliskan kisah perjuangan hidupnya ke dalam buku berjudul, Perempuan Tunarungu Menembus Batas.