Manusia adalah makhluk pencerita. Beragam peristiwa hidup dapat menginspirasi manusia mengangkat kembali ragam peristiwa kehidupan beralih rupa dalam sebuah cerita/ lakon/ pertunjukan, dan beragam karya kesenian. Pandemi yang datang pada tahun 2020 cukup menyentak beragam segi kehidupan manusia. Mendadak semua aktivitas dilakukan dari rumah. Berkesenian yang sering melibatkan banyak orang dan mengundang banyak penonton mendadak perlu melakukan penyesuaian.
Tak berbeda dengan yang dilakukan oleh Agus Noor, sang penulis serbabisa pada masa pandemi. Sebelum pandemi melanda, publik banyak mengetahui beberapa pertunjukan yang dipentaskan oleh Indonesia Kita. Komunitas ini ia gagas bersama Butet Kartaredjasa dan mendiang Djaduk Ferianto. Melalui Indonesia Kita, mereka mementaskan ragam pertunjukan tentang pluralisme dalam bingkai keindonesiaan.
Pada masa pandemi, semua kegiatan manusia menepi. Beraktivitas semakin banyak dari rumah. Dilakukan dengan medium daring. Berkesenian pun menyesuaikan diri pada masa pandemi. Novel, Kisah-kisah Kecil dan Ganjil: Malam 1001 Pandemi berawal dari ide kreatif Agus Noor untuk tetap berkarya, meskipun dilakukan secara daring. Melalui Instagram ia mengajak siapa pun untuk berpartisipasi menulis "Cerita Instagram".
Tiap kali usai satu cerita diunggah, kemudian warganet menanggapi. Dari ragam tanggapan cerita warganet muncullah berbagai kemungkinan alur cerita. Dari sana, Agus Noor menyusun, menata ulang, dan memilih cerita yang dapat dimasukkan dalam plot besar (hlm.10).
Tenunan Kisah
Kecil itu indah. Kisah-kisah yang tersaji dalam novel awalnya berformat flash fiction. Tenunan ragam kisah tersebut, kemudian dipilih, dikembangkan, dan disunting lagi agar bisa terjalin dalam satu kesatuan kisah. Sesuai dengan judulnya, maka para pembaca menemui sensasi keganjilan dalam kisah-kisah dalam novel.
Para pembaca akan bertemu cangkir sang nasib yang bisa mengubah airmata menjadi permata, peta yang hanya bisa sekali dibuka, masuk ke dubur mayat orang suci, bertemu dengan Pemancing Kesedihan, Orang Gila Penjaja Surga, Peramal Agung, Bunda yang Selalu Perawan, Para Penjaja Kalung, Sunan yang bersujud di kening seekor cacing, Tarekat Cacing Penunggu Hari Kiamat, kelompok-kelompok rahasia sebelum manusia ada sampai rahasia Tuhan yang belum tertuliskan (blurb novel).
Misteri Pandemi
Semua kisah kecil dan ganjil tersaji dalam novel dengan latar suasana pandemi (hlm.14). Kekelaman, kemiskinan, kesedihan melatari perjalanan tokoh-tokoh dalam buku. Novel terbagi dalam delapan bagian. Per bagian paling sedikit memuat sebelas kisah. Terbanyak memuat 18 kisah. Meskipun membaca novel ini secara berurutan dari bagian satu hingga bagian delapan, penulis perlu berulang kali mencerna jalinan kisahnya.
Dalam format pendek masing-masing kisah dari tiap bagian dalam novel memang terkadang menyisakan lubang misteri bagi pembaca. Seolah-olah masing-masing kisah bagai kepingan berserakan. Ambyar. Satu benang merah dari banyak kisah dalam novel mengajak pembaca menyelami beragam petualangan.
Petualangan-petualangan yang membersitkan beragam kesan. Keajaiban nan magis. Kekonyolan nan komikal. Sindiran dengan mengambil inspirasi peristiwa kiwari sebagai berikut: lagi pula buat apa bercerita? Bila ceritanya tersebar, bisa-bisa malah dihujat karena dianggap mengada-ada: masa perempuan bisa hamil hanya karena berenang (hlm.253).