Kemampuan menulis kini makin mendapat tempat di hati tiap individu. Hampir terdapat pelatihan menulis tiap bulan yang diselenggarakan oleh seorang penulis, kumpulan penulis, penerbit buku ataupun penerbit majalah. Berdasarkan pengamatan penulis, pelatihan penulisan senantiasa dibanjiri peserta, meskipun berbayar.Â
Pelatihan penulisan yang diadakan oleh suatu penerbit terkadang dijadikan pula sebagai ajang pemantauan terhadap calon-calon penulis baru berbakat. Kehadiran penulis-penulis baru dibutuhkan oleh industri penerbitan. Salah satu cara menemukan bakat para penulis baru adalah melalui pelatihan penulisan.
Permulaan seorang menulis bersumber dari beragam alasan. Ada individu yang hendak menumpahkan apa yang dirasakan dengan menulis, menulis karena pesanan, menulis untuk menginspirasi, menulis untuk diterbitkan, dan menulis untuk mengikuti perlombaan.Â
Terlepas dari alasan apapun seseorang menulis, langkah pertama ia memulai untuk menulis adalah keputusan yang besar. Untuk menjadi menekuni dunia kepenulisan diperlukan ketahanan fisik dan ketegaran hati, karena aktivitas menulis adalah unik dan langka, perbandingannya 1: 1000 (Pudiastuti, 2011).
Kegiatan menulis adalah kegiatan yang membutuhkan pengendapan terhadap suatu ide atau informasi yang telah diserap seorang individu. Proses pengendapan yang lalu berlanjut kepada eksekusi ide tersebut dalam bentuk tulisan. Menulis membutuhkan keheningan batin. Menulis perlu terlebih dahulu mengendapkan hal-hal yang akan diangkat dalam tulisan.Â
Menulis membantu seseorang untuk berpikir dan berbicara dengan runtut pada akhirnya. Merangkai kata menjadi kalimat, merangkai kalimat menjadi paragraf, dan merangkai paragraf menjadi satu tulisan utuh memerlukan ketekunan, ketelitian dan stamina. Penulis Robert Pinckert mengungkapkan bahwa if you cannot think, you cannot write. Learning to write is learning to think (Pinckert dalam Pudiastuti, 2011).
Pembelajaran Kreatif MenulisÂ
Mengajarkan menulis bagi para siswa diperlukan kejelian agar mereka tak langsung menolak. Pengalaman penulis mengajarkan menulis dalam kelas adalah melalui kegunaan menulis untuk hidup sehari-hari. Menulis dapat dijadikan sebagai media terapi. Di beberapa rumah sakit di Amerika Serikat dan Eropa sudah lazim para psikiater menggunakan menulis sebagai media terapi.Â
Pasien-pasien yang sulit tidur, stress, gangguan kejiwaan, kelabilan emosi, kebencian terhadap hal/ orang, dan kegalauan terhadap masa depan selain disyaratkan meminum obat yang sudah diresepkan, turut pula dianjurkan rutin menuliskan keseharian mereka dalam jurnal harian. Tiap seminggu sekali psikiater bersama pasien membahas hal-hal yang dituliskan dalam jurnal harian tersebut. Â
Pembahasan bersama tersebut membuat pasien menjadi lebih dapat menerima terhadap realitas diri dan realitas sosial. Pembahasan jurnal harian tersebut menyadarkan mereka bahwa ada hal yang tak dapat diubah dalam hidup, ada hal yang dapat diubah, dan ada hal yang terjadi di luar perkiraan.
Ketrampilan menulis sudah menjadi salah satu alternatif bentuk praktik kewirausahaan. Dalam mengajarkan materi membuat slogan para siswa dilatih untuk menghasilkan kata-kata yang padat dan singkat serta mampu menyampaikan pesan. Kemampuan membuat slogan dihargai mahal di biro-biro iklan. Keahlian membuat slogan biasa dilakukan oleh copy writer.
Penulis pernah diceritakan langsung oleh pembuat slogan apapun makanannya, minumnya teh botol Sosro. Berkat slogan kreasinya tersebut ia mendapat 10 juta Rupiah. Kisah berbeda penulis dapatkan dari seorang profesor wanita dari Universitas Pasundan, Bandung.Â
Sebagai panitia lustrum kampus tersebut, ia ditugasi untuk menjadi ketua panitia pembaharuan slogan kampus. Lomba slogan pun diadakan. Seorang mahasiswi menjadi juara, lalu kreativitasnya tersebut diganjar hadiah sebesar lima juta Rupiah dengan slogan, meraih kesuksesan di kampus terdepan.
Andrie Wongso kini dikenal sebagai motivator. Meskipun hanya lulusan SD, keahliannya dalam memotivasi khalayak dengan kalimat-kalimat puitisnya mampu mendapat respon positif. Tiap rabu ia rutin mengisi renungan di Radio Sonora. Selain itu, ia pun mendirikan AW Shop. Toko yang menjual kata-kata motivasi atau slogan dalam bentuk poster, kartu, dan kaos oblong.
Kisah sukses dalam mengolah kata-kata pun diukir oleh Pabrik Kata-kata Joger, Bali. Joger merupakan usaha kreatif yang menjual ragam produk (kaos, sandal, tas, pin, dan topi). Ragam produk Joger dihiasi oleh kata-kata yang unik dan kreatif, misal: Joger Jelek, Bali Bagus; Ini Tembok Joger, bukan Tembok Berlin. Ketrampilan Joger mengolah kata-kata dalam Bahasa Indonesia mampu menjadikan Joger sebagai oleh-oleh kreatif khas dari Bali.
Penutup
Pembelajaran bahasa yang berjarak dari realitas dan didominasi dengan teori semakin menumpulkan antusiasme siswa dalam belajar. Kreativitas dalam pembelajaran bahasa dan mengakar pada realitas diperlukan oleh siswa dalam sukses menantang zaman. Ketrampilan berbahasa yang mampu mengisi pundi-pundi kecakapan hidup siswa dapat menjadi penekanan dalam proses pembelajaran. Semoga.
Daftar Pustaka
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Curahkan Gairah Menulis. Jakarta: Elex Media.
Satrya, Dewa Gde. 2011. Creative Writing. Jakarta: Prestasi Pustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H