Dari buku harian para siswa penulis mendapati ada potensi tersembunyi dari mereka dalam menulis. Pengakuan mereka bahwa cukup banyak yang baru pertama kali menulis buku harian tak menyurutkan langkah mereka untuk menggoreskan kisah harian ke dalam lembar-lembar kertas.
Setelah hasil penilaian buku harian dibagikan, ada beberapa siswa yang bertanya lebih lanjut untuk membuat blog pribadi. Dari hasil akhir yang dikumpulkan rerata nilai kelas kurang lebih 90. Mereka sudah menemukan bahwa hal yang seru dan asyik menuangkan beragam kisah harian ke dalam buku harian manual ataupun buku harian digital (blog). Misi menyebarkan "virus" menulis kepada siswa pun tercapai.
Ketrampilan menulis buku harian pun mengasah kemampuan siswa untuk lebih berani mengekspresikan pemikirannya tentang suatu fenomena dalam kehidupan.Â
Dari ketekunan menulis buku harian siswa pun semakin percaya diri untuk berani berkompetisi dalam beragam lomba menulis. Margantoro dalam Satrya, mengungkapkan bahwa sebelum berani menulis di media massa, berlatihlah menulis di buku agenda, kemudian menulis di media sekolah/ komunitas, menulis di lomba karya tulis, sampai akhirnya menulis di koran umum (Satrya,2011).
Daftar Pustaka
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Curahkan Gairah Menulis. Jakarta: Elex Media.
Satrya, Dewa Gde. 2011. Creative Writing. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Schmoker, Mike. 2012. Menjadi Guru yang Efektif: Bagaimana MencapaiÂ
      Pengembangan Baru melalui Membaca dan Menulis. Terj. Devri Barnadi Putra.
      Jakarta: Penerbit Erlangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H