Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Literasi di Era Pandemi

14 April 2020   22:57 Diperbarui: 14 April 2020   23:30 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Program Literasi LalaLit GPU di Perpustakaan SMP Pahoa - Foto Kolpri

Menggiatkan partisipasi siswa atau masyarakat untuk aktif rajin membaca diperlukan sinergi antara beberapa pihak. Pemerintah dapat menetapkan regulasi pengurangan pajak untuk para penulis, pengurangan harga bahan baku kertas, penyediaan prasarana hingga ke pelosok negeri agar penyebaran buku elektronik dapat diakses beragam kalangan masyarakat. 

Perlu juga diperhatikan sosialisasi bagi para penulis untuk lebih menyadari tentang HAKI. Pun, pertukaran penulis senusantara agar terjadi pertukaran budaya melalui karya sastra wajib terus dilakukan.

Dalam lingkup sekolah pustakawan perlu melakukan diskusi dengan beberapa guru mata pelajaran yang sering menggunakan perpustakaan sebagai sumber pendukung pembelajaran. 

Mereka dapat merancang bersama program yang sejalan. Perpustakaan yang baik bukan hanya dapat meningkatkan jumlah pengunjung semata, melainkan dari perpustakaan dapat menyemai benih-benih pemimpin masa depan yang gemar membaca dan pandai membaca tanda-tanda zaman.

Para pendiri bangsa Indonesia seperti Soekarno dan Hatta terkenal gemar membaca. Koleksi buku-bukunya berjumlah ribuan. Bung Hatta pernah berujar, "Silakan penjarakanku di mana saja, tapi jangan pernah jauhkanku dari buku."

Selain itu, ada contoh menarik dari Profesor Nelson Tansu, orang Indonesia yang menjadi profesor di Lehigh University, Amerika Serikat sejak umur 25 tahun. 

Dia merupakan ahli fisika terapan dalam bidang semikonduktor, teknologi nano, dan fotonika yang telah menulis lebih dari 105 jurnal internasional dan memegang lebih dari 14 hak paten di Amerika Serikat.

Nelson kecil yang selalu ingin tahu dan menjadikan buku sebagai teman terbaiknya dalam meraih impian. Walaupun memiliki banyak kekurangan, Nelson yang sejak kecil telah menetapkan impian menjadi profesor tidak pernah menyerah. Ia terus mengejar impiannya dengan tekad besar sampai akhirnya ia berhasil.

Teladan hidup dari Soekarno, Hatta, dan Nelson Tansu lewat buku anak-anak dapat memetik banyak pelajaran berharga, antara lain bahwa melalui buku dan membaca dapat menjadi "guru" yang sangat baik. Anak-anak juga dididik untuk cinta membaca, memiliki impian besar, dan membangun tekad besar dalam hidup. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun