Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kekuatan Cinta

15 Desember 2016   14:55 Diperbarui: 15 Desember 2016   15:06 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel Koleksi Pribadi
Novel Koleksi Pribadi
Ale dan Anya (Reza Rahardian & Adinia Wirasti) - Sumber Foto: Twitter @adiniawirasti
Ale dan Anya (Reza Rahardian & Adinia Wirasti) - Sumber Foto: Twitter @adiniawirasti
Judul : Critical Eleven

Penulis : Ika Natassa

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal Buku : 344 hlm

Tahun: Cet. ke-13, Juni 2016

ISBN: 978-602-03-1892-9

Orang yang membuat kita paling terluka

Biasanya adalah orang yang memegang

Kunci kesembuhan kita.

(Critical Eleven, Ika Natassa)

Tatapan orang lain adalah neraka, demikian kalimat dari Jean Paul Sartre, filsuf eksistensialis dari Perancis. Betapa dalam hidup manusia, seseorang dapat mendominasi hanya lewat tatapan mata. Dari hanya sebuah tatapan terkadang mampu mengintimidasi, melecehkan atau merenggut kemerdekaan pribadi seseorang.

Untuk konteks lain, ada pula ungkapan dari bahasa Indonesia yang agak mirip dengan ungkapan dari Sartre tersebut, yakni: mulutmu, harimaumu. Hanya gara-gara salah ucap panjang perkara. Kisah Ahok dalam konteks kekinian cukup mampu menggambarkan. Apalagi dalam penyebarluasan pidato Ahok di Kepulauan Seribu silam, ada kesalahan dalam mendengarkan transkrip pidato. Penghilangan kata “pakai” dalam pidato yang berbuntut sangat panjang dan meresahkan untuk beberapa kalangan.

Novel ini pun mendedahkan kisah satu kalimat yang mengubah hubungan Aldebaran Risjad dan Tanya Laetitia Baskoro. Ucapan Ale, “Coba kalau dulu kamu gak terlalu sibuk, mungkin bayi kita masih ada.” Kalimat yang menurut Ale awalnya hanya untuk mengungkapkan kesedihan, ternyata justru dianggap sebagai kalimat yang “membunuh” hidup Anya.

Kalimat tersebut makin menyudutkan Anya. Kesedihannya semakin berlipat ganda. Sedih ditinggal buah hatinya, Aidan. Sedih karena dituduh sebagai penyebab kematian Aidan.

Hati Anya semakin terpuruk. Justru dalam kehilangan yang dalam tersebut, ia butuh dimengerti. Bukan malah disalahkan.

“Dia harusnya memeluk gue, menenangkan gue, menemani gue, tapi lo lihat kan apa yang dia lakukan?” ujar Anya ke Tara (hlm.251).

Keunikan Novel Critical Eleven

Detail dalam novel sungguh tertata rapi. Everything is the detail. The detail is everything. Deskripsi tempat dalam novel mampu membawa pembaca larut dan sungguh mengajak pembaca hadir di tempat itu. Ika sungguh meriset dengan baik tiap latar tempat yang dijadikan sebagai latar dalam novel. Pelukisan Jakarta dalam novel sungguh puitis.

For many of us. Jakarta is not a city. It`s book full of stories (hlm. 144).

Jakarta adalah saksi bisu kisah Ale dan Anya. Dua bangku ketoprak Ciragil yang jadi saksi kencan pertama mereka. Pempek Megaria serta Benhil yang jadi lokasi manis ciuman pertama mereka (hlm.144-145).

Tiap pelukisan lokasi dalam novel benar-benar didukung fakta yang mampu membuat pembaca memperoleh informasi yang kadang baru diketahui kala atau seusai membaca Critical Eleven.

Seringkali kala Ale atau Anya sedang mengisahkan fragmen hidup/ kisah cinta mereka, pembaca dapat pula menemukan perbandingan kisah lain dari film atau musik.

Kala mengisahkan ciuman pertamanya, Anya membandingkan ciuman pertamanya bersama Ale dengan film Never Been Kissed, Love Actually, dan You`ve Got Mail (hlm.145). Pembandingan seperti inilah yang mampu memperkaya. Bonus legit untuk pembaca.

Pun, kisah banyak orang tentang kesukaannya terhadap hujan sebagai magical moment. Anya membandingkan kesukaannya dengan hujan melalui contoh beberapa film seperti Spider Man, The Shawsank Redemption, The Notebook, Breakfast at Tiffany`s (hlm.188) yang menasbihkan hujan sebagai magical ingredient untuk mempertegas suatu adegan baik romantis ataupun sedih.

Kemasan novel Critical Eleven pun agak berbeda. Kertas sampul buku agak tebal dan nyaman untuk ditenteng. Penomoran halaman novel ini pun agak tak biasa, karena nomor halaman diletakkan di bagian ujung tengah buku. Biasanya, nomor halaman novel di bagian bawah loh. Selain itu, pembatas buku yang berupa kartu boarding pass penerbangan sungguh kreatif. Keren. Speechless.

Critical Eleven dan Totto Chan

Novel ini mengurai kehangatan keluarga. Kesederhanaan dan ketulusan cinta antara orangtua Anya dan Ale. Kisah yang makin memperkaya khasanah pembaca bahwa terkadang jatuh cinta dan mencintai bermula dari hal biasa dan sederhana. Kisah ibu dan ayah Anya yang bermula dari seringnya mengantar pulang. Lalu, obrolan antara mereka mulai mengalir. Hingga salah satunya harus berpindah dinas. Kisah cinta orangtua Ale lebih unik sama-sama teman SMP. Terpisah sekian tahun, lalu kemudian bertemu dalam suatu pesta. Benih cinta tumbuh. Hingga mereka memutuskan untuk menikah.

Jika novel Totto Chan dipilih sebagai salah satu buku bacaan wajib dalam fakultas keguruan dan pendidikan di Jepang, maka saya mengusulkan jika novel Critical Eleven dipilih sebagai salah satu buku bacaan wajib untuk pasangan yang akan menikah. Novel Critical Eleven sungguh dapat membekali calon pasutri melalui kisah pergulatan Ale dan Anya dalam memaknai cinta kasih dalam keluarga, mengarungi pasang surut bahtera rumah tangga, memaknai kehilangan anak, dan kesiapan hati serta mental menyambut kehamilan kembali. Selain itu, novel ini juga mengungkapkan bagaimana pola pengasuhan anak dalam keluarga.

Loveable Ale dan Anya

Keunikan novel ini adalah menggunakan sudut pandang 2 tokoh utama (Ale dan Anya) secara bergantian. Penggunaan dua sudut pandang tersebut mampu mengajak pembaca mengetahui karakter utuh Ale dan Anya melalui beragam monolog yang mereka lakukan. Sedikit yang belum dimaksimalkan dalam novel ini adalah dialog. Diperlukan ketekunan membaca agar pembaca mampu merangkai kepingan puzzle kisah Ale dan Anya.

Dialog dalam novel ini cukup sedikit hingga kejadian dramatis kurang maksimal tergambarkan. Sesungguhnya dialog dalam novel dapat lebih mendramatisasi konflik Ale dan Anya. Selain itu, kadang dialog dalam novel dapat mempercepat alur cerita. Minimnya dialog dalam novel bisa membuat penulis jadi berlama-lama mendeskripsikan tokoh, tempat, suasana, atau waktu.

Tokoh Ale dan Anya dalam novel sungguh membuat pembaca jatuh hati. Anya dengan pekerjaannya sebagai konsultan. Kadang tak cukup 24 jam untuk menangani pekerjaannya tersebut. Di sisi lain, Ale yang sangat loveable. Sungguh semakin jantan dengan pekerjaannya sebagai insinyur perminyakan. Ale dan Anya adalah tokoh yang dikembangkan Ika Natassa sejak 2013.

Awalnya kisah dua tokoh tersebut muncul dalam cerpen Critical Eleven, dalam buku kumpulan cerpen Once Autumn More. Hingga di 2015, Ale dan Anya mengisi kisah lembar demi lembar novel Critical Eleven. Ciri khas tokoh kreasi Ika adalah esmud (eksekutif muda) yang secara materi sangat cukup dan mereka fasih berbahasa Inggris. Tak heran, dalam novel Critical Eleven cukup sering dihiasi kalimat-kalimat bahasa Inggris.

Visualisasi Critical Eleven dalam Film

Tiap novelis memiliki kerinduan besar karyanya dialihrupakan dalam media film. Novelisasi film bisa menjangkau lebih banyak penikmat. Sungguh elok membayangkan novel ini dapat diangkat ke layar lebar. Menyaksikan visual sosok Ale yang jadi idaman para perempuan (pemeran Ale adalah Reza Rahardian) dan mengagumi kecantikan Anya (Adinia Wirasti memerankan Anya) yang mampu mengalihkan dunia laki-laki. Visualisasi kehangatan keluarga Ale, Pak Jenderal serta konflik bertahun-tahun antara Ale dan ayahnya. Beberapa adegan dalam novel juga akan lebih dramatis jika diangkat ke visual seperti kala Ale dan Anya di New York, Ketoprak Ciragil yang jadi saksi bisu kencan Ale dan Anya, adegan katakan cinta Ale kepada Anya, adegan kejutan ultah Ale, dan kebingungan Ale memilih cincin.

Hal yang paling seru adalah dapat menyaksikan visual kesibukan Ale di rig (sumur bor). Melihat rotasi pekerjaan Ale: 5/5, lima mingu di offshore (fasilitas produksi minyak) dan lima minggu libur. Keakraban dan obrolan hangat Ale dan ayahnya kala membuat kopi (dari memilih biji kopi, menggiling sampai diseduh) pun lebih hidup dalam bahasa visual. Lalu, kegemaran Ale bermain Lego pun lebih seru jika dikemas secara visual. Hal yang saya tunggu dalam film adalah saat Ale membangun rumah masa depan untuk keluarganya. Perdebatan Ale dengan Paul saat memutuskan model dan biaya pembangunan rumah.

Sedangkan untuk Anya, visualisasi paling ditunggu adalah kedekatannya dengan Tara dan Agnes. Obrolan mereka baik di dunia nyata maupun di dunia maya sungguh asyik dinikmati. Obrolan ringan mereka tentang pekerjaan, rumah tangga, dan kisah cinta mereka dengan pasangan sungguh hangat, penuh lempar candaan, dan saling menguatkan kala salah satu dari mereka sedang terpuruk. Bahasa visual juga menarik ditunggu saat Anya berjuang sendiri memaknai kehilangan Aidan dan dipersalahkan oleh Ale.

Kehangatan keluarga Ale dapat lebih nyata dalam bahasa visual seperti konflik Ale dan ayahnya, seringnya Ale menjadi pengasuh untuk anaknya Raisa, kepandaian ibu Ale memasak, dan bagaimana Ale membimbing adik-adiknya.

Butiran Makna dari Critical Eleven

Usai membaca novel ini, pembaca dapat memetik beberapa makna untuk bekal kehidupan:

  • Berhati-hatilah dalam berkata-kata. Kalimat yang sudah terucap susah ditarik kembali. Apalagi jika ucapan tersebut melukai, maka akan meninggalkan bekas di hati. Ibarat pohon yang sudah dipaku, meski pakunya dicabut dari pohon tersebut, namun bekas/ lubang dari paku masih membekas kuat di batang pohon.
  • Sejauh apa pun pergi, rumahlah tempat kembali. Semewah-mewahnya lingkungan di luar rumah, tak ada yang mengalahkan hangatnya cinta keluarga di rumah. Ungkapan bahasa Jerman indah merangkumnya, wohin gehen wir? Immer nach Hause. (Kemanakah kita pergi? Selalu kembali ke rumah).
  • Dalam suatu hubungan akan terbentang pasang surut. Kesiapan hati dan mental menghadapi pasang surut suatu hubungan perlu dilatih tiap hari. Kuncinya adalah komunikasi.
  • Memaknai kehilangan. Bersyukur dalam kondisi memiliki adalah mudah, namun tetap mampu bersyukur dalam kondisi kekurangan atau kehilangan perlu usaha seumur hidup. Kahlil Gibran pernah berujar, “Orang yang berjiwa besar memiliki dua hati; satu hati menangis dan yang satu lagi bersabar. Menangis karena kehilangan dan bersabar menerima berkat berikutnya dari sang pencipta.
  • Terluka dan sakit hati disebabkan reaksi yang kurang tepat terhadap realitas. Aristoteles mengungkapkan, jika hendak marah: ingatlah kemarahan kita sudah pada orang tepat, dilakukan pada waktu yang tepat, dan kemarahan tersebut disertai dengan alasan yang tepat.
  • Biasakan berbagi. Berbagi kegembiraan menjadikan seseorang semakin merasakan kegembiraan yang berlipat ganda. Sedangkan, berbagi kedukaan akan mengurangi beban.

Menuntaskan membaca novel ini sungguh meninggalkan kesan mendalam. Kekuatan cinta yang meraja dalam diri manusia. Bacalah novel ini secara perlahan! Resapi tiap kisah Ale dan Anya untuk memperkaya hidup. Tak ada yang lebih indah bagi seorang penulis, kala mengetahui karyanya mampu menginspirasi dan mengubah hidup pembacanya. Tuan dan puan mau? Silakan baca Critical Eleven, lalu perhatikan apa yang akan terjadi dalam hidup kita masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun