Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Bola

Bang Toyib dan Lionel Messi

29 Juni 2016   14:12 Diperbarui: 29 Juni 2016   14:14 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Airmata diciptakan Tuhan sepaket dan melekat dalam diri manusia. Airmata adalah penyembuh dan pembasuh untuk jiwa yang dilanda duka. Hak bagi tiap orang untuk menangis dan mengeluarkan airmata tanpa perlu takut dan malu dicap cengeng.

Tak semata sedih, terkadang airmata pun dapat tak sadar menetes kala mengalami keharuan atau mendapat kejutan yang tak terduga yang mampu mengaduk-aduk emosi.

Tak Mudah Menjadi Bintang!

Menjadi terkenal dan diidolakan banyak orang sungguh tak mudah. Mereka takkan memberi celah sedikit pun untuk kegagalan sang idola. Beban untuk selalu memperoleh kesuksesan terkadang bisa membuat sang idola mengalami “kegilaan”. Jika tak memiliki pelarian yang tepat terkadang ia bisa mengakhiri sendiri hidupnya. Bayangan untuk selalu sempurna dan sukses adalah pembunuh yang tak kentara. Kurt Cobain yang selalu ingin tampil sempurna dalam tiap karya dan penampilan panggungnya tak sanggup lagi menerima fakta: senantiasa ada ketidaksempurnaan dalam hidup. Ia mungkin lupa menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik sang pencipta. Ia pun mengakhiri hidup dengan menembak dirinya sendiri.

Setali tiga uang dengan Lionel Messi. Banyak orang mengidolakannya. Mereka menuntutnya untuk selalu tampil sempurna. Mereka lupa menyadari bahwa Messi pun masih manusia biasa, yang terkadang bisa tergelincir dan meleset dari target. Legenda hidup sepak bola Argentina Diego Maradona pun dalam suatu wawancara pernah mengungkapkan bahwa Messi sebaiknya tak perlu pulang ke Argentina jika tak membawa trofi Copa America Centenario 2016. Tak disadari bahwa ungkapan Maradona menimbulkan beban psikologis kepada skuad timnas Argentina, terlebih untuk diri Messi.

Tenggelam dalam Frustasi

 “Kalau boleh, saya akan menukar lima gelar pemain terbaik dunia dengan satu gelar bersama Argentina. Akan tetapi, di kamar ganti, saya berpikir, inilah saatnya saya meninggalkan timnas. Sepertinya ini bukan takdir saya. Saya sudah berusaha keras mendapat trofi bersama Argentina. Akan tetapi saya gagal,” ungkap Messi dengan lirih.

Dunia pun tercengang dengan keputusan Messi untuk pensiun dini dari timnas Argentina. Dalam suatu foto di Facebook terdapat seorang balita perempuan yang merasakan kesedihan Messi kala mendapati kenyataan timnas Argentina kembali menelan kekalahan kali kedua dari Chili dalam adu penalti. Balita tersebut mengusap airmata Messi yang menetes, meskipun antara ia dan Messi dipisahkan dengan layar kaca televisinya di rumah. Iya, balita tersebut sedang menonton Messi yang berurai airmata dan ia pun merasakan kesedihan tersebut. Dengan spontan ia mengusap airmata Messi dengan selembar tisu. Sungguh teramat dalam tindakan balita tersebut. Seorang balita pun mengerti arti kesedihan.

Berbeda dengan sebagian orang dewasa, justru cukup banyak yang tak memahami kesedihan Messi. Mereka mencemooh Messi sebagai pecundang. Tak sedikit pula yang menganggap Messi baper (terbawa perasaan) dan terlalu emosional dalam membuat keputusan pensiun dini dari timnas. Maradona yang sempat melontarkan pernyataan untuk tak perlu pulang kepada Messi dan kawan-kawan jika tak membawa trofi Copa America, justru menyayangkan keputusan Messi pensiun dari timnas. “Messi tidak boleh pergi. Dia masih punya peluang untuk meraih gelar juara bersama Argentina. Memang dia sudah menjalani periode yang sulit. Namun, seharusnya itu dijadikan pelajaran ke depannya,” ujar Maradona.

Bang Toyib dan Messi

Tiga kali puasa
 Tiga kali lebaran
 Abang tak pulang pulang
 Sepucuk surat tak datang
 Sadar-sadarlah abang  ingat anak istrimu
 Cepat-cepatlah pulang semua rindukan dirimu

Lirik lagu dangdut berjudul Bang Toyib cukup melekat di penikmat musik. Tentang seorang suami yang tak kunjung pulang. Anak dan istrinya menanti penuh harap dan rindu. Nasib Messi pun ibarat Bang Toyib. Demikian kira-kira kisah Messi yang dibuatkan lirik:

Empat kali final

Empat kali perhelatan (Copa America 2007, Piala Dunia 2014, Copa America 2015, Copa America Centenario 2016)
Messi tak pulang pulang
Sepucuk trofi tak datang
Sadar-sadarlah Messi, ingat Argentina

Tanpamu, Argentina tak berarti
Cepat-cepatlah pulang, kamu tetap yang terbaik, bertahanlah Messi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun