E-Learning dan Solusi Pendidikan di Indonesia  Â
Saat ini HarukaEdu bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi untuk menyelenggarakan program kuliah e-learning S1 dan S2. Tawaran program kuliah e-learning tersebut merupakan jalan keluar bagi seseorang yang cukup dengan dana, fasilitas internet melimpah, tapi terkendala dengan waktu kuliah secara tatap muka. Naidu (2006) mendefinisikan e-learning sebagai penggunaan secara sengaja jaringan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar dan mengajar.
Model penyelenggaraan e-learning terbagi dalam tiga bentuk, yaitu adjunct,mixed, dan fully online (Rashty,1999).
Model adjunct merupakan proses pembelajaran tradisional plus. Pembelajaran masih didominasi tatap muka, namun ditunjang pengayaan materi/ tugas bersumber dari internet.
Model mixed memosisikan sistem penyampaian materi/ tugas secara daring (online) sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran.
Model fully online menyajikan semua interaksi pembelajaran dan penyampaian bahan ajar terjadi secara daring (online).
Dari jelajah informasi yang dilakukan penulis tertarik dengan kuliah e-learning yang ditawarkan HarukaEdu.Penulis pernah menempuh pascasarjana, namun banyak kendala tatap muka hingga berujung tak tuntas. Kala kuliah pascasarjana tatap muka kadang penulis terkendala dengan dosen pembimbing tugas akhir yang kesulitan mengatur jadwal konsultansi, karena menjadi dosen terbang di beberapa kampus. Kendala kesulitan mengatur jadwal dengan dosen pembimbing, kemungkinan besar dapat diatasi dengan sistem teknologi informasi dan komunikasi yang disiapkan oleh kuliah e-learning. Kehadiran HarukaEdu merupakan solusi kreatif untuk pendidikan Indonesia dalam rangka menjembatani masyarakat yang hendak meningkatkan kompetensi, namun terkendala waktu untuk kuliah di kelas tatap muka.
MEA dan Keberhasilan E-Learning
      Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menuntut Indonesia bergegas untuk memperbaiki diri karena mutu pendidikan tenaga kerja tanah air masih cukup rendah. Hingga Febuari 2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau di bawahnya tercatat sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia.
      Kehadiran e-learning merupakan suatu konsekuensi logis seiring meningkatnya teknologi informasi dan komunikasi dan semakin meningkat kesibukan tiap orang, namun ingin meningkatkan kompetensi keahlian dan peningkatan karir. Agar kuliah e-learning dapat berhasil diperlukan kerja sama antara dosen, konsultan teknologi informasi, dan desainer pembelajaran. Dosen bertanggung jawab untuk pemilihan strategi pembelajaran, konsultan teknologi informasi berkonsentrasi untuk menentukan fitur-fitur yang diperlukan agar pengalaman belajar sesuai dengan platform, dan desainer pembelajaran dituntut mampu menerjemahkan tujuan pembelajaran melalui pilihan teknologi yang tersedia.
      Selain itu, keberhasilan e-learning perlu mempertimbangkan pendekatan determinisme sosial yang berkenaan transformasi sosiokultural (Wirasti,2013). Transformasi tersebut meliputi nilai efisiensi, displin, akurasi, etos belajar, dan berkembangnya kultur belajar mandiri. Walaupun perangkat keras e-learning di Indonesia sudah baik, akan sulit pembelajar e-learning berhasil secara optimal, jika di kalangan mereka tidak memiliki kultur belajar mandiri.