Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Bola

Carloz Tevez dan Jorge Sampaoli: Akhir Bahagia Sang Nomad

8 Juli 2015   12:08 Diperbarui: 8 Juli 2015   12:08 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beragam torehan manis dibukukan Chili dalam gelaran Copa America 2015. Sebagai tuan rumah Chili berhasil menghapus “kutukan mitos” yang berlangsung selama 14 tahun. Sejak Kolombia menjuarai Copa America 2001, tak ada lagi tim tuan rumah yang sanggup menembus semifinal hingga Chili pada Copa America 2015, sebagai tuan rumah dapat menembus semifinal. Jorge Valdivia, pemain Chili meraih sebagai pencetak assist terbanyak. Selain itu, Eduardo Vargas pemain Chili juga meraih sepatu emas sebagai pencetak gol terbanyak (4 gol) bersama Paolo Guerero, pemain Peru dalam gelaran Copa America 2015.

Tak ada yang lebih manis selain menghapus trauma terhadap tragedi Santiago bagi bangsa Chili. Tragedi Santiago merupakan momen hitam bagi sejarah sepakbola Chili. Pada Piala Dunia tahun 1962, 77 ribu penonton memadati laga semifinal Chili vs Brasil untuk menjadi saksi bahwa generasi La Roja mampu menekuk Brasil, melangkah ke final, dan menjadi juara dunia untuk kali pertama.

Garis nasib menggariskan berbeda. Di Stadion Santiago, harapan rakyat Chili musnah karena La Roja (Chili) dihempaskan Selecao (Brasil) dengan skor 2-4. Airmata pendukung Chili tumpah tak terbendung. Sebagian tak mampu lagi menahan amarah dan kekecewaan dengan bertindak anarkis. Mereka merusak stadion dengan membabi buta. Pada 5 Juli 2015 dini hari WIB Chili kembali lagi ke partai final di Stadion Santiago. Perbedaannya hanya turnamen dan lawan yang dihadapi.

Kibaran bendera Chili terus mewarnai perjuangan tim Chili kontra Argentina di final Copa America 2015. Jorge Sampaoli tahu trauma yang masih membekas pada rakyat Chili. Tragedi Santiago yang belum terhapus dari benak rakyat Chili hingga tim Chili dapat merengkuh trofi internasional kali pertama. Sejak di fase grup racikan strategi Sampaoli berhasil mempertontonkan Chili sebagai salah satu kandidat juara Copa America 2015. Dengan meraih dua kali menang dan seri dengan Meksiko. Chili melaju ke perempat final dengan penuh percaya diri tinggi. Uruguay pun mereka hempaskan dengan skor tipis 1-0. Semifinal pun mereka tapaki. Dengan skor 2-1 mereka hempaskan Peru. Final Copa America 2015 di negara mereka sendiri telah menanti.

Laga Final kembali Chili alami. Di Stadion Santiago rakyat Chili kembali berharap. Menghadapi Argentina sebagai tim unggulan dengan beragam pemain bintang tak gentarkan Sampaoli dan timnas Chili. Mereka seolah tak gentar meladeni permainan Argentina selama 90 menit + extra time. Kibaran bendera pendukung Chili seolah tak henti mengobarkan semangat tempur pemain Chili.

Final pun terpaksa diakhiri dengan drama adu penalti. Argentina seolah menanggung beban berat. Hanya 1 penendang penaltinya yang berhasil, Messi seorang. Sedangkan Chili berhasil menceploskan 4 tendangan penaltinya. Melalui tendangan penalti ala Panenka, Alexis Sanchez menyudahi drama adu penalti final Copa America 2015 dengan tangisan haru dan bahagia untuk rakyat Chili. Inilah gelar pertama timnas sepakbola Chili di ajang internasional. Gelar yang sudah sangat dirindukan rakyat Chili. Gelar yang mampu menghapus trauma kelam tragedi Santiago tahun 1962. Gelar yang mampu mengangkat derajat bangsa Chili bahwa timnas mereka kini sudah sejajar dengan tim Brasil, Uruguay, dan Argentina sebagai peraih trofi Copa America.

Selepas Copa America 2015, timnas Chili makin percaya diri dan penuh gelora semangat menatap kualifikasi Piala Dunia 2018. Sampaoli pun masih membesut timnas Chili. Ia mampu meracik strategi yang sesuai dengan karakter tim. Tim Chili bagai mendarah daging dengan prinsip 5S dari Ken Doherty, pebiliar asal Irlandia (stamina, speed, strength, skill, dan spirit). Kemenangan mereka sudah dapat teridentifikasi sejak di fase grup hingga laga final. Semangat tim Chili untuk memenangi tiap laga seolah tak ada yang dapat menghentikannya. dalam tiap laga. Hanya di laga final Chili terpaksa harus mengalami adu penalti. Padahal dari perempat final hingga semifinal Chili selalu menyudahi laga dalam waktu 2x45 menit.

Copa America 2015 menjadi saksi Chili yang meraih gelar internasional pertama dan 2 orang nomad yang megukir kisah bahagia. Sampaoli berhasil membawa Chili meraih trofi tertinggi dalam level internasional. Sang nomad yang berhasil menghapus trauma bangsa Chili akan tragedi Santiago 1962. Satunya lagi adalah sang nomad yang memang tak ikut serta dalam laga final untuk membawa Argentina meraih trofi kelimabelas Copa America. Ia, kembali kepada cinta pertamanya, klub profesional pertama yang dibelanya seusai gelaran Copa America 2015. Tevez mungkin satu-satunya pemain Argentina yang masih dapat tersenyum bahagia, meskipun tak mengangkat trofi Copa America, karena ia akan menutup karir manis sepakbolanya di Boca Juniors, klub pertama yang dicintai dan tak pernah tergantikan dalam hatinya. Itulah dua nomad yang mengukir bahagia di Copa America 2015. Sampai jumpa di gelaran Copa America selanjutnya.

Sumber Bacaan
Tabloid Soccer, 28 Juni 2014.
Harian Bola, 26 Juni 2015.
www.ca2015.com
http://www.jawapos.com/baca/artikel/19435/Jorge-Sampaoli-dari-Pelatih-Nomaden-Kini-Menangani-Cile
http://www.worldfootball.net/news/_n1634086_/sampaoli-to-stay-with-chile-insist-federation/

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun