2. Sampaoli dan Kekuatan Impian
Melakukan suatu hal yang dicintai dalam kehidupan idaman setiap individu. Do what you love, love what you do. Jorge Sampaoli pelatih timnas Chili saat ini merasakan bahwa sepakbola adalah hal yang dicintainya, namun ia tak sempat berprestasi melakukan hal yang dicintai tersebut kala masih menjadi pemain sepakbola. Pada usia 19 tahun ia sudah harus menerima nasib bahwa cedera kaki pada bagian fubia dan tibia telah merenggut paksa karir sepakbolanya di klub Newell’s Old Boy. Cedera tersebut menjauhkan Sampaoli dari dunia yang dicintainya, sepakbola.
Baru pada usia 36 tahun ia kembali ke dunia sepakbola, dunia yang amat dicintainya. Ia kembali bukan sebagai pemain, melainkan sudah menyandang status sebagai pelatih tim klub lokal di negaranya, Argentina Club Atletico Belgrano de Arequito. Akibat emosi tak terkendali yang merasa keputusan wasit tak adil, ia terlibat kericuhan dalam suatu pertandingan. Sampaoli menumpahkan kekesalannya tersebut dengan memukul wasit. Tindakan tak sportif. Tindakan yang membuatnya diskorsing tak dapat mendampingi timnya di pinggir lapangan.
Pelatih mana yang sanggup dipisahkan dari tim saat timnya sedang bertanding. Dengan kecerdikannya Sampaoli memanjat pohon di luar stadion dan tetap mampu memantau timnya serta memberikan instruksi strategi kepada para pemainnya. Foto yang memperlihatkan usahanya tetap mendampingi tim dalam masa skorsing diabadikan oleh fotografer media Argentina Capital de Rosario bernama Sergio Toriggino.
Foto tersebut mengubah nasib Sampaoli, karena fotonya yang sedang bergelantungan di pohon dilihat Presiden Newell’s Eduardo Lopez. Dia lantas menawari Sampaoli untuk membesut klub amatir lainnya, Argentino (de Rosario). Beragam klub lokal amatir di negaranya terus dibesut Sampaoli hingga tahun 2001.
Â
A. Lompatan Karir Kepelatihan Profesional
Jorge Sampaoli, pelatih yang lahir di Santa Fe, Argentina, 55 tahun silam mengawali karir pelatih profesional bersama klub Liga Peru Juan Aurich pada 2002. Sejak itu, ia tak pernah berhenti melatih klub profesional. Ia dikenal sebagai sosok pelatih nomaden. Rerata klub yang dibesutnya hanya berlangsung semusim. Tragisnya, belum ada satu pun gelar yang diberikan Sampaoli untuk klub yang ditanganinya.
Lompatan karir melatihnya pun tiba. Kala membesut klub Universidad de Chile pada 2011–2012. Dalam kurun waktu yang singkat tersebut, Sampaoli mampu mencetak treble winners, yaitu: menjuarai Torneo Apertura 2011, Torneo Clausura 2011, dan Copa Sudamericana. Prestasi tersebut yang menghantarkan Sampaoli didaulat untuk membesut timnas Chili. Seorang jurnalis terkenal di Chili, Gabrielle Marcotti membandingkan gaya melatih Sampaoli dengan mantan pelatih Argentina Marcelo Bielsa. Marcotti menilai, Bielsa dan Sampaoli sama-sama workaholic. Itu bisa dilihat dari bagaimana dia menghabiskan waktu di lapangan.
’’Dia sudah ada di tempat latihan pada pagi sekitar pukul 08.30 dan tidak akan meninggalkan kamp latihan sebelum malam pukul 21.00. Saat tiba di rumah, dia kembali berurusan dengan sepak bola, menonton DVD terkait dengan analisis sepak bola di komputernya,’’ beber Marcotti.
B. Ketekunan Berbuah Manis