Pernah ditakuti tiap berada di depan gawang lawan. Pernah menjadi top skor di ajang Liga Eropa dengan dua tim berbeda (FC Porto dan Atletico Madrid. Pernah dijuluki el tigre (harimau) karena keganasan dalam mencetak gol, tapi kini harimau tersebut sedang tak bertaji sepertinya. Radamel Falcao pun harus ikhlas klub AS Monaco melepas dirinya untuk dipinjamkan ke Manchester United. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih.
Di MU el tigre justru pernah diturunkan statusnya dari pemain utama ke tim U-21 MU. Louis van Gaal kurang puas dengan kinerja el tigre. Kebuasannya dalam hal mencetak gol bagai harimau ompong. Penurunan status hingga ke tim yunior MU tak mematahkan semangatnya. Ia tetap berlatih serius dan bekerja keras untuk mengembalikan kebuasan mencetak gol.
Â
Bayang-bayang Trauma Cedera
Sepak bola adalah olahraga yang penuh dengan kontak fisik. Tackling keras dalam sepak bola kadang bukan hanya dapat menghentikan laju pemain lawan, melainkan juga dapat menghentikan karir pemain tersebut. Marco van Basten adalah salah satu contoh pemain yang terpaksa mengakhiri karir akibat tackling keras dari belakang pemain lawan. Kasus Basten menjadi dasar komite wasit FIFA untuk memasukkan tackling dari belakang sebagai pelanggaran berat. Kartu merah ganjarannya.
Kebuasan el tigre, Falcao mencetak gol menurun drastis semenjak pulih dari cedera. Mungkin itu salah satu alasan ia dipinjamkan ke MU. Apesnya semenjak awal musim kepindahan Falcao di MU, ia hanya mampu menorehkan empat gol. Naluri mencetak golnya mendadak sirna. Trauma cedera masih membayang bagi Falcao. Cedera parah yang diperoleh saat bersama AS Monaco merupakan cedera yang menjadi momok besar bagi pesepakbola. Ya, cedera yang menimpa Falcao adalah cedera ACL (anterior cruciate ligament).
ACL adalah jaringan ikat menyilang di bagian lutut. Jaringan ikat tersebut menahan lutut bersama dengan posterior cruciate ligament (PCL), jaringan ikat menyilang di belakang lutut. Tingkat keberhasilan operasi ACL sangat besar. Bobby N Nelwan, dokter spesialis ortopedi mengungkapkan bahwa operasi ACL mudah, tapi proses pemulihannya yang berat karena perlu sembilan bulan serta pesepakbola harus memiliki mental yang kuat untuk menjalani program pemulihan setelah operasi (Kompas, 12 Maret 2015).
Â
Kesendirian Falcao?
Selepas operasi ACL pesepakbola perlu didampingi agar kembali memiliki mental bertanding. Sebab operasi ACL memang cepat memulihkan fisik yang cedera, namun mental bertanding di lapangan perlu waktu untuk kembali seperti sedia kala. Falcao kemungkinan besar bermasalah saat pemulihan mental bertanding pasca operasi ACL. Tiada individu yang terus memompa semangatnya agar mental bertandingnya kembali. Keragu-raguan Falcao dalam berebut bola, mengambil kesempatan dalam kemelut di depan gawang bagai sirna.
Di Copa America 2015, penggemar sepakbola dan pendukung tim Kolombia menjadi saksi bahwa Kolombia benar-benar paceklik gol. Tim Kolombia hanya mampu mencetak 1 gol. 1 gol Kolombia yang tercipta pun bukan berasal dari seorang striker. Padahal di tim Kolombia bercokol striker kelas dunia, Jackson Martinez dan Radamel Falcao. Selain itu, bercokol pula peraih Puskas Award 2015 dan top skor Piala Dunia 2014, James Rodriquez.
Dalam 3 pertandingan di grup C Copa America 2015 pelatih Kolombia, Jose Pekerman selalu memberikan kepercayaan penuh pada Falcao sejak menit awal babak pertama. Ketakutan terulang lagi cedera masih terlihat pada Falcao dalam 3 pertandingan di grup C. ia cenderung bermain aman, enggan berduel dalam merebut bola atau berduel dengan bek lawan di depan gawang. Falcao yang dahulu buas di muka gawang lawan bagai harimau ompong. Apakah keganasan mencetak golnya mungkin hanya sejarah masa lalu atau Copa America 2015 akan mencatat kembalinya keganasan Falcao dalam mencetak gol?
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H