Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berasuransi Siapa Takut?

14 April 2015   17:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:06 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa Eropa termasuk bangsa yang melek asuransi. Untuk menyeleksi calon menantunya sang mertua di Eropa menanyakan apakah mereka memiliki asuransi. Bagi keluarga-keluarga di Eropa asuransi adalah suatu kebutuhan primer. Kegagalan dalam seleksi saat hendak meminang anak mereka dapat disebabkan si calon menantu belum memiliki asuransi. Sebaliknya, asuransi belum menjadi kebutuhan di Indonesia.

Sebagian pemegang polis asuransi di Indonesia berasuransi bukan dilandasi karena kesadaran pribadi. Sebagian besar karena diharuskan oleh bank atau lembaga pembiayaan. Menurut data dari AAUI (Asosiasi Asuransi Umum Indonesia) baru sekitar 20% persen dari total aset di Indonesia yang dilindungi asuransi. Selain itu, menurut data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) terungkap pada kuartal II-2013 total tertanggung asuransi jiwa baru 54,55 (87,19 juta orang). Rekaman data AAUI dan AAJI menandakan kesadaran berasuransi belum mengakar di masyarakat Indonesia.

Kesadaran saya untuk berasuransi mulai tumbuh, karena mendengar kisah keluarga teman yang mengalami kesulitan ekonomi akibat ditinggal mendadak tulang punggung keluarga tanpa bekal atau pegangan yang mencukupi untuk melanjutkan roda kehidupan. Tahun 2006 saya mulai bekerja di institusi pendidikan. Hanya 3 bulan saya menikmati gaji secara utuh. Bulan keempat saya memutuskan mengikuti polis asuransi dari perusahaan asuransi terbesar dan ternama dari dataran Inggris. Perbulan 500 ribu. Kebutuhan memiliki rumah pun muncul setelah bekerja. Tepat di tahun 2014 pengajuan kredit rumah disetujui oleh pihak bank.
Nikmatnya Berasuransi

Masalah muncul, karena uang muka rumah kurang. Teringat pada polis asuransi saya yang sudah lewat dari 5 tahun. Kebetulan polis asuransi saya bukan hanya asuransi jiwa, melainkan juga terdapat instrumen investasi.

Segera saya menghubungi agen asuransi untuk menanyakan apakah bisa mengambil uang asuransi untuk tambahan uang muka rumah. Tanpa bertele-tele ia menanyakan berapa uang yang hendak diperlukan. Lalu, ia mencatat nomor rekening bank untuk pihak asuransi mentransfer. Selang dua hari ada SMS masuk dari pihak asuransi yang memberitahukan sudah mentransfer dana yang saya butuhkan. Akhirnya uang muka rumah dapat saya lunasi.

Selain asuransi pertama, saya juga memiliki asuransi kedua sejak tahun 2012 dari sebuah perusahaan asuransi yang 80% sahamnya dimiliki oleh pihak Australia. Sang agen asuransi berhasil membujuk saya untuk menyisihkan uang 10 ribu perhari dikalikan 30 hari, itulah polis asuransi kedua yang saya beli. Kedua asuransi tersebut merupakan salah satu cara “sedia payung sebelum hujan” alias untuk berjaga-jaga.

Kedekatan sang agen dengan calon nasabah yang berbicara dari hati ke hati merupakan faktor penambah hingga membulatkan tekad saya untuk berasuransi. Masih rendahnya kesadaran berasuransi dan kepemilikan polis asuransi di Indonesia menjadi tantangan industri asuransi. Apakah perusahaan asuransi mampu mengedukasi penduduk di Indonesia untuk lebih menyadari terhadap pentingnya berjaga-jaga? Selain itu, apakah para agen asuransi sebagai ujung tombak terdepan mampu membujuk dan berbicara dari hati ke hati pada para calon nasabah asuransi? Jika mampu, maka bukan hal yang mustahil tiap penduduk di Indonesia memiliki satu polis asuransi. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun