Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Manis dan Pahit di Secangkir Mocha

16 Desember 2013   15:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:52 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul: The Mocha Eyes

Penulis: Aida M.A

Penerbit: Bentang Pustaka

Tahun terbit: Cetakan 1,Mei 2013

Jumlah halaman: x + 250 hlm

Menemukanmu dalam secangkir cinta

’Secangkir kopi yang pahit’ begitulah Muara menggambarkan hidupnya. Kepahitan juga tetesan air hujan selalu menyakitkan hati, mengingatkannya kepada masa lalu. Masa lalu yang munculkan kekecewaan dan rasa bersalah. Semua itu yang membuat Muara tertekan hingga dia menjadi sosok yang tertutup, jarang tersenyum dan tak lagi ramah kepada orang lain.

Muara tak betah bekerja. Dia bagai kutu loncat. Berpindah dari satu tempat kerja ke tempat kerja. Hidupnya tak lagi menentu. Tak ada semangat hidup dalam hatinya hingga dia beberapa kali dipecat. Lalu, dia berada satu titik saat dikirim mengikuti pelatihan kerja di Puncak. Dari situlah awal hidup Muara kembali bergulir. Perkenalannya dengan Fariz, seorang motivator yang kata-katanya mampu menghujam Muara saat dia mempresentasikan sebuah persoalan seolah-olah kata-kata tersebut ditujukan untuk Muara. Kebaikan Fariz kepada banyak perempuan dianggap Muara sebagai womanizer hingga dia tak mudah mempercayai Fariz.

Muara masih belum mau membuka hati untuk laki-laki. Kekerasan hati Muara membuat Fariz mengubah strategi. ”Apabila aku tak bisa melupakannya, berarti aku harus mulai mendekatinya,” ujar Fariz. Berawal pertemuan di toilet, lalu Fariz menemukan Muara sedang meminum kopi. Kisah berlanjut. Ketulusan Fariz lambat laun berhasil menarik perhatian Muara. Hatinya mulai sedikit terbuka. Hal-hal yang membuatnya trauma sudi dia bagikan kepada Fariz.

Kisah Muara diiringi dengan senggukan tangis. Fariz khusyuk mendengarkan, lalu dia memberikan kata-kata yang mampu mengembalikan kepercayaan diri Muara. Pedihnya kisah Muara sampai membuat Fariz berujar dalam hati, ”Ya Tuhan. Aku berharap bukan itu yang terjadi dalam hidupnya.” Seminggu setelah mencurahkan masalah yang membuatnya trauma kepada Fariz. Muara terlahir kembali. Dia kembali menjadi dirinya yang sesungguhnya. Senyum ceria, cerdas dan ramah yang sempat menghilang dari hidupnya sudah kembali. Perubahan dirinya amat terasa hingga dia mendapat promosi menjadi store manager. Saat hidup Muara mulai tertata, mantan kekasihnya yang telah mengkhianati datang untuk meminta Muara menjadi kekasih hatinya.

Kedatangan sang mantan dalam hidup Muara sempat membangkitkan debar yang dulu kerap dirasakan, namun hati kecilnya bersuara lain. Muara menyadari bahwa dia jatuh cinta kepada Fariz. Penasaran kelanjutan kisah mereka? Apakah Muara akan kembali dengan sang mantan atau memilih Fariz? Ayo segera baca novel The Mocha Eyes, tuntaskan rasa penasaranmu.

[caption id="attachment_309058" align="aligncenter" width="300" caption="koleksi pribadi"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun