Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

The Indonesian Diaspora Network (IDN), Dino Patti Djalal dan Semangat Persatuan

28 Februari 2014   17:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:22 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa penjelajah cukup identik dengan bangsa Indonesia. Suku Padang merupakan contoh yang gemar pergi meninggalkan tanah kelahiran untuk merengkuh sukses, bahkan ada komunitas Minang Sedunia. Selain itu, suku Jawa juga hampir menyebar ke seantero Indonesia, karena mengikuti program transmigrasi. Tindakan menjelajah terkadang lebih sering didasari oleh motif perbaikan kehidupan, khususnya motif ekonomi.

Kongres Diaspora Indonesia (KDI) dan Semangat Persatuan

Penyebaran bangsa Indonesia pun tak hanya terbatas di dalam negeri, bahkan hingga ke mancanegara. Penyebaran bangsa Indonesia di mancanegara kini mulai terdata, karena telah dibentuk IDN. IDN diawali oleh Kongres Diaspora Indonesia yang diselenggarakan di Los Angeles bulan Juli 2012. Kongres tersebut menggoreskan tonggak bersejarah, karena Kongres ini berhasil menyulut suatu identitas dan kebanggaan baru sebagai “Diaspora Indonesia”.

Dalam kongres tersebut untuk pertama kalinya lebih dari 2000 diaspora Indonesia dari 21 negara bertemu dalam satu forum khusus, berembuk selama 2 hari untuk membahas berbagai topik: inovasi dan pendidikan, ekonomi kreatif, restoran Indonesia, soft power, kewirausahaan, citizenship and immigration, pluralisme dan demokrasi, serta isu-isu lain yang relevan. Declaration of Indonesian Diaspora terlahir dari kongres tersebut. Anies Baswedan bahkan menyebut hasil kongres tersebut sebagai sebagai Sumpah Pemuda ke-2 yang berisi visi yang segar mengenai diaspora, dan mengenai masa depan Indonesia.

Kongres Diaspora Indonesia telah secara efektif mengubah profil diaspora Indonesia di luar negeri. Mereka semakin semangat untuk mempersatukan diri kembali, setelah sempat tecerabut dari akar keindonesiaannya. Keberhasilan diaspora Indonesia menumbuhkan inspirasi bagi bangsa Indonesia bahwa komunitas diaspora Indonesia sebagai suatu komunitas yang kaya ilmu, kaya modal, kaya semangat, kaya peluang dan kaya jaringan.

Tindak lanjut dari Kongres Diaspora Indonesia pertama adalah peluncuran buku Life Stories: Resep Sukses dan Etos Hidup Diaspora Indonesia di Negeri Orang merupakan salah satu cara agar data beragam figur diaspora Indonesia dapat lebih mudah diakses oleh masyarakat Indonesia di dalam negeri maupun mancanegara. Menurut salah satu inisiator IDN, Dino Patti Djalal buku tersebut sudah beredar di Indonesia dan mendapat sambutan sangat baik di Indonesia dan juga sudah disebarkan melalui seluruh Perwakilan RI di seluruh dunia.

Indonesian Diaspora Foundation (IDF) dan Kegiatan Sosial Kemanusiaan

IDN selain meluncurkan buku juga membentuk yayasan sosial untuk melakukan beragam program bantuan seperti(1) Computers for Schools (program yang dirancang untuk membantu sekolah-sekolah Indonesia, terutama SD dan SMP di daerah yang belum memiliki komputer); (2) Foster Family One on One Program akan fokus pada upaya pemberantasan kemiskinan di Indonesia melalui kegiatan mentoring dan adopsi oleh keluarga diaspora Indonesia kepada satu keluarga miskin di Indonesia; serta (3) Diaspora to Diaspora Program akan fokus untuk mendukung dan membantu sesama diaspora Indonesia.

Kegiatan sosial kemanusiaan yang dilakukan oleh diaspora Indonesia juga membantu di mancanegara seperti saat terjadi tragedi di AS yang mengusik nurani diaspora. Pada tanggal 20 Juli 2012, di Aurora, Colorado, seorang pemuda bernama John Holmes melakukan penembakan masal dalam bioskop dan membunuh 12 orang, serta melukai sekitar 58 orang lainnya, termasuk 3 anggota keluarga Diaspora Indonesia – Anggiat Mora, Rita Paulina dan putra mereka, Prodeo Patria. Setelah peristiwa itu, diaspora langsung bergerak, terjun ke lapangan untuk bertemu korban, dan memberikan bantuan yang diperlukan dan bersinergi dengan tim dari KJRI Los Angeles.

KDI ke-2 dan “Pulang Kampung”

Kongres Diaspora Indonesia ke-2 di Jakarta bulan Agustus 2013 merupakan ajang pulang kampung bagi diaspora Indonesia untuk melihat sendiri dan berinteraksi langsung dengan pemerintah dan masyarakat Indonesia. Selain itu, KDI ke-2 bagi diaspora Indonesia sebagai perjalanan yang emosional, karena merupakan pertama kalinya beberapa dari mereka pulang ke Indonesia setelah puluhan tahun hidup dan berkarya di mancanegara.

Semakin berkembangnya teknologi informasi komunikasi, makin menegaskan adagium, mendekatkan yang jauh. IDN semakin giat untuk membangun jejaring melalui fasilitas milis, skype, media sosial. Mereka punya kehendak yang kuat untuk bersatu dalam satu gerakan yang lebih terorganisir. Dengan menyatu dalam satu organisasi, maka akan lebih mudah dalam membuat gerakan yang dapat bermanfaat bagi bangsa dan masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun