Pemilu kali ini tidak hanya tentang pemilihan presiden. Rakyat Indonesia juga memiliki tanggung jawab untuk memilih para calon legislatif, baik di tingkat kota maupun provinsi. Di tahun 2024, jumlah calon legislatif terus meningkat setiap tahunnya, dengan penyebaran yang semakin merata dari segi gender, suku, dan agama. Persaingan untuk merebut kursi menjadi semakin sengit, terutama mengingat keberadaan kursi tersebut membawa banyak berbagai benefit, seperti pendapatan besar dan fasilitas yang melimpah, jika seseorang terpilih.
Politik uang menjadi senjata ampuh, seperti nasi goreng yang bikin ngiler di tengah malam. Tidak jarang kita melihat baliho-baliho besar dengan wajah-wajah para kandidat yang terpampang di setiap sudut kota, menciptakan pemandangan yang kacau dan kadang-kadang mengganggu mata.
Memang, mempertahankan kursi ini jauh lebih berat daripada sekadar mendapatkannya. Para petahana harus rela memutar otak dan menjalankan berbagai trik politik demi mempertahankan kekuasaan mereka. Bayangkan saja, mereka berusaha mempertahankan kursi seolah sedang berada dalam sebuah pertandingan balap kursi yang tak ada habisnya!
Tapi ingat, dalam perjalanan panjang ini, tidak semua caleg bisa meraih kesuksesan. Seperti kisah tragis di tahun 2009, di mana 7736 caleg dilaporkan mengalami stres karena gagal. Siapa sangka, fenomena itu bisa terulang kembali di tahun 2024. Maka dari itu,
Kursi panas atau bukan, yang pasti dalam pertempuran politik ini, segala kemungkinan bisa terjadi. Tapi yang terpenting, mari kita sikapi dengan bijak memilih calon pilihan anda. Ingatlah "Kursi panas kalo gak kuat bisa pindah tempat"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H