Belakangan ini banyak orang yang sedang mengalami anxiety. Mereka merasa gelisah akan hidupnya.
Merasa bahwa hidupnya sangat tidak berguna atau payah bila dibandingkan oleh orang lain seumurannya.
Akhirnya mendorong stress berlebihan dan kesehatan mental terganggu. Kemudian berpikir bahwa dia memang tidak pantas untuk hidup.
Ada beberapa faktor yang membuat anxiety ini muncul. Pada artikel ini kita akan membahas dua faktor umum saja yaitu media sosial dan keluarga.
1. Media Sosial
Parahnya hal ini berasal dari media sosial. Sebuah aplikasi yang seharusnya membuat manusia semakin terkoneksi
Sebuah aplikasi yang seharusnya menjadi solusi bagi kebutuhan manusia. Kini berubah menjadi masalah.
Semua berawal dari perbandingan sosial. Ketika membuka media sosial tentu kita disuguhkan berbagai macam konten.
Sesuai dengan konsep aplikasinya yaitu sharing. Banyak sekali tampilan kehidupan orang lain yang terlihat sempurna.
Mereka mengunggah achievement, kebahagiaan, dan pengalaman hidupnya yang menarik. Hal ini tidak kita lihat pada diri kita.
Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) menciptakan rasa takut ketinggalan sehungga merasa terpaksa harus ikut tren baru.
Mulailah kita membandingkan diri dan bertanya mengapa hidupku tidak sebaik mereka? Apakah hidup ini memang tidak adil?
2. Keluarga
Keluarga merupakan orang yang paling dekat dengan kita serta memiliki hubungan koneksi erat.
Sebuah kelompok sosial pertama yang berhubungan dengan kehidupan kita mulai dari kecil sampai dewasa.
Namun, anehnya malah keluarga menjadi sumber anxiety karena sering membandingkan diri kita dengan orang lain.
Dasarnya datang dari orang tua yang selalu membandingkan anaknya dengan anak orang lain.
"Lihat tuh anak orang sudah begini sudah begitu, sudah punya ini dan punya itu". Kata tersebut terngiang di kepala
Menganggu pikiran sekaligus menyayat hati. Keluarga yang seharusnya memberikan penguatan dalam menjalani hidup.
Kenyataannya ikut menyakiti diri kita. Rasa sakitnya lebih besar dibandingkan faktor yang lain.
3. Solusi
Apa yang harus kita perbuat? Perlukah kita bersedih terus padahal waktu terus berjalan tanpa peduli kesedihan kita?
Pertama kita harus sadar bahwa hidup memang tidak adil serta tidak seimbang kemudian berusaha hidup dengan fakta itu.
Mau membandingkan diri sendiri dengan orang lain? Mengapa tidak sekalian saja bandingkan hidupmu dengan Rafathar dan Cipung?
Sejak kecil mereka sudah banyak uang, tidak seperti kita. Mampukah kalian menyainginya? Hal itu malah membuat kalian semakin stress.
Tak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain. Lebih baik bandingkan diri kita sekarang dengan diri kita yang dulu.
Apakah diri kita sekarang sudah lebih baik dari diri kita yang dulu? Itu sudah cukup sebagai tolak ukur sukses.
Apakah kita lebih produktif sekarang dan lebih punya banyak skill sekarang daripada diri kita dulu?
Cukup sudah itu menjadi tolak ukur. Apabila media sosial dan perkataan keluarga membuat kita tidak nyaman.
Tentu lebih baik kita filter untuk menjadi motivasi saja tetapi tetaplah tolak ukurnya adalah diri kita sendiri dibandingkan diri kita yang dahulu.
Bila membandingkan diri dengan orang lain maka tak ada habisnya. Tidak mungkin kita mencapai kebahagiaan dan ketenangan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI