Mohon tunggu...
Christian Bona
Christian Bona Mohon Tunggu... Lainnya - Suka Menulis

Menulis sebagai sarana berbagi pandangan dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Perguruan Tinggi dan Masa Depan Indonesia

20 Juni 2020   15:30 Diperbarui: 20 Juni 2020   16:32 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      Perguruan Tinggi merupakan salah satu garda terdepan Indonesia agar dapat maju karena menghasilkan lulusan yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang baik agar dapat maju. Namun, ada suatu halangan yang membuat hal ini sulit terwujud. Halangan tersebut adalah budaya yang melekat di perguruan tinggi selama ini. Sebuah budaya yang dapat membuat pendidikan kita akan selalu tertinggal dengan negara lain. Budaya tersebut terjadi secara turun-temurun dan dimaklumkan oleh hampir sebagian orang tetapi tidak mustahil untuk diubah.

      Budaya dimana dosen tidak pernah salah sehingga di kelas mahasiswa takut untuk menyanggah dan mempertanyakan teori yang dibawakan dosen karena dapat membuat mahasiswa tidak disukai oleh dosen. Ada dosen yang ketika mengajar hanya menjelaskan slide presentasi dan memberikan tugas lalu menyuruh mahasiswa menyelesaikannya. Padahal teori dan penjelasan tersebut dapat dibaca melalui referensi dari buku dan internet. Mahasiswa membutuhkan arahan dosen mengenai suatu uraian penyelesaian masalah berdasarkan perspektif orang yang berpengalaman dibidangnya. Pengalaman dan sudut pandang orang yang berpengalaman itu yang tidak dapat dibaca melalui buku dan referensi sehingga menjadi bekal untuk menciptakan inovasi baru. 

       Nilai mahasiswa ada di tangan dosen, stigma itulah yang melekat di diri mahasiswa sehingga banyak membuat mahasiswa mencari perhatian dosen bahkan sampai menjilat dosen demi mendapatkan nilai yang bagus. Budaya ini tampak terlihat jelas saat mahasiswa berada di semester akhir, banyak dosen yang sulit ditemui mahasiswa untuk melakukan bimbingan. Untuk mempermulus hal tersebut, mahasiswa ada yang membawakan hadiah berupa barang dan makanan agar mempermudah jalannya skripsi. Ketika pernah memiliki masalah dengan dosen, mahasiswa akan mendapat nilai yang jelek dan dipersulit untuk lulus sehingga penilaian dilakukan secara subjektif bukan objektif terhadap kinerja mahasiswa. Namun, mahasiswa yang dekat dan baik dimata dosen akan mendapat nilai yang baik dan akan dipermudah untuk lulus.

      Dampak dari hal ini membuat budaya menjilat atasan di dalam pekerjaan seperti yang sering kita lihat disekitar kita untuk mendapatkan jabatan dan kepentingan pribadi karena hal ini telah terbukti berhasil dilakukan di lingkungan kampus. Sumber daya manusia yang seperti ini tidak akan bisa membawa perubahan terhadap masa depan Indonesia karena hanya menghasilkan lulusan yang hanya pandai mengejakan tugas pekerjaan tanpa membawa inovasi baru. Tidak ada inovasi atau kreatifitas solusi yang dapat ditawarkan untuk kemajuan Indonesia akibat budaya tersebut.  

      Jika dosen mau untuk menerima pendapat mahasiswa dan kebebasan untuk berpikir dengan cara lain dalam memandang masalah. Jika dosen mau untuk mendengarkan ide baru yang mungkin terdengar aneh dari mahasiswa dalam memandang suatu masalah dengan tidak langsung menyalahkan ide tersebut karena tidak sesuai teori yang ada setidaknya didengarkan dulu baru dikoreksi. Jika dosen mau untuk merangkul dan berdiskusi dengan mahasiswa tentang suatu topik skripsi yang dikerjakan. Maka akan tecipta suatu masa depan cerah untuk ini. Ide baru akan lahir, inovasi akan berkembang, kecintaan terhadap pendidikan akan semakin menguat. Lulusan perguruan tinggi akan menghasilkan angkatan generasi baru yang membawa gagasan baru terhadap masalah yang ada, Indonesia akan berkembang dan maju karena kualitas sumber daya manusia dari perguruan tinggi semakin bagus kualitasnya. Pasti Indonesia bisa lebih baik lagi.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun