Mohon tunggu...
Maksimus Adil
Maksimus Adil Mohon Tunggu... profesional -

Pencinta dunia, pendamba perdamaian dan perindu kesejahteraan bagi semua...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Abad 21

4 Mei 2011   01:58 Diperbarui: 4 April 2017   17:27 4579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Lebih menyukai untuk berinterkasi atau membuka jaringan secara simultan dengan banyak orang.

Lebih menyukai para siswa untuk bekerja secara mandiri daripada bekerja dalam jaringan dan interaksi dengan yang lain.

Lebih menyukai untuk belajar hanya pada waktunya (“just-in-time.”)

Lebih menyukai untuk mengajar “just-in-case” (sesuai dengan materi yang akan diuji).

Lebih menyukai gratifikasi dan hadiah yang bersifat instan.

Lebih menyukai untuk menunda pemberian gratifikasi dan hadiah.

Lebih menyukai pembelajaran yang bersifat relevan, secara instan atau cepat dapat digunakan dan menyenangkan.

Lebih menyukai untuk mengajar berdasarkan tuntunan kurikulum dan tes-tes yang terstandar.

Dari daftar perbedaan antara guru digital immigrant dan siswa digital native yang diuraikan dalam tabel di atas dapat dilihat bahwa lingkungan pembelajaran yang sangat cocok dengan siswa digital native adalah lingkungan pembelajaran yang terkoneksi dengan dunia luar (internet) sehingga memungkinkan siswa untuk mengakses banyak sumber informasi sekaligus. Untuk menjembatani itu maka pembelajaran berbasis laptop adalah pilihan yang sangat sesuai dengan kondisi nyata siswa digital native. Dengan menggunakan laptop (satu laptop untuk satu siswa), guru bebas untuk mengintegrasikan teknologi secara penuh ke dalam pembelajaran, baik dalam bentuk tugas, proyek, maupun pekerjaan rumah siswa lainnya.Program satu laptop per siswa itu harus ditunjang oleh fasilitas internet atau Wi-Fi sehingga siswa dapat mengakses sumber-sumber informasi dengan mudah.

Manfaat Pembelajaran Berbasis Laptop

Model pembelajaran abad 21 menuntut keterlibatan dan penguatan pengalaman belajar bagi semua siswa. Model pembelajaran abad 21 mendorong para guru untuk fokus pada apa dan bagaimana mengajar untuk memenuhi apa yang siswa perlukan untuk mereka ketahui, bagaimana mereka belajar, kapan dan di mana mereka belajar. Hal itu membawa pada pemahaman akan pembelajaran sebagai upaya untuk memampukan, memotivasi, dan menginspirasi semua siswa, lepas dari latar belakang, bahasa, atau disabilities (kekurangan), untuk mencapai kinerja yang diinginkan. Teknologi sangat berguna untuk menyediakan pembelajaran yang sifatnya personal daripada suatu pembelajaran yang sifatnya cocok untuk semua (one-size-fits-all curriculum), tahap-tahap atau langkah-langkah pengajaran (pace of teaching), dan praktek-praktek pembelajaran(instructional practices) yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu.

Para siswa abad 21 hidup dengan teknologi yang memberi mereka akses yang mobile terhadap informasi dan sumber-sumber pengetauan selama 24 jam dalam sehari selama 7 hari (24/7), yang memungkinkan mereka untuk membuat konten berbasis multimedia lalu kemudian membaginya kepada orang lain dan memungkinkan mereka untuk ikut berpartisipasi dalam jejaring sosial online yang menjangkau seluruh dunia untuk berbagi ide, bekerja kolaborasi dengan siswa atau orang lain, dan belajar sesuatu yang baru. Di luar sekolah, siswa bebas untuk mengejar hasrat mereka dengan cara mereka sendiri dan dalam level mereka sendiri. Kesempatan yang mereka miliki tanpa batas (limitless and borderless) dan instan (Transforming American Education: Learning Powered by Technology, 2010).

Kondisi yang digambarkan di atas sudah menjadi kondisi umum yang dapat kita temukan pada anak-anak Indonesia di kota-kota besar dan desa-desa yang sudah terhubung dengan jaraingan komunikasi (telepon) dan pertelevisian. Di mana telepon seluler bisa digunakan, di situ informasi dapat diakses dengan bebas juga oleh siswa-siswi kita.

Untuk menjawab kondisi di atas, dunia pendidikan Indonesia harus mulai berbenah diri. Dunia pendidikan abad 21 harus menjadi acuan dalam pengembangan pendidikan di tanah air dewasa ini. Karena itu, reformasi pendidikan Indonesia menjadi keharusan untuk segera dilakukan. Reformasi itu terutama dalam hal penerapan teknologi dalam pendidikan. Dalam dunia pendidikan abad 21 penggunaan teknologi bukan lagi menjadi sekedar pelengkap atau seadanya tetapi berkembang menjadi media pembelajaran yang utama. Santrock, mengutip Egbert (2009); Kelly, McCain, & Jukes (2009), menegaskan bahwa siswa-siswi dewasa ini bertumbuh dalam dunia yang jauh berbeda secara teknologi dari dunia sekolah orang tua dan kakek-nenek mereka. Jika kita ingin agar siswa-siswi dipersiapkan secara memadai untuk pekerjaan di masa yang akan datang, teknologi harus menjadi bagian yang integral dari sekolah dan ruang-ruang kelas kita.

Dengan teknologi sebagai media utama pembelajaran, maka wajah pendidikan abad 21 juga berubah secara total. Siswa tidak lagi sekedar tong yang akan menerima atau harus diisi oleh guru tetapi mereka telah menjadi aktor utama dalam mencari, menemukan dan menciptakan pengetahuan itu sendiri. Pada awal tahun 1990-an para peneliti pada Center for Applied Cognitive Science dari Ontorio Institute for Studies in Education mengembangkan CSILE (Computer-Supported International Learning Environment) sebuah database pengembangan aplikasi yang memungkinkan siswa untuk secara kolaboratif membangun suatu basis pengetahuan (knowledge base), memasukkan pandangan dan pertanyaan mereka, membandingkan sudut pandang (perspective), dan merefleksikan pemahaman bersama atas gagasan-gagasan mereka (Santrock, 2009: 371).

Mengutip Scardamalia, Breiter, dan Lamon (1994), Santrock (2009: 371) menyatakan bahwa CSILE membantu siswa untuk memahami bagaimana pengetahuan dibentuk secara sosial dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk merefleksikan, merevisi, dan mentransformasikan pemikirian mereka. Siswa-siswi dalam kelas CSILE menunjukkan hasil yang lebih baik dalam tes bahasa dan matematika yang terstandar, memberikan penjelasan yang lebih mendalam atas konsep, lebih bagus dalam memecahkan masalah, dan mempunyai sifat yang lebih positif terhadap pembelajaran daripada siswa-siswi di sekolah-sekolah tradisional.

Pembelajaran berbasis jaringan (baca: intranet dan internet) memungkinkan para siswa membentuk semacam Forum Pengetahuan. Forum Pengetahuan mencakup perangkat pembentukan pengetahuan (knowledge building tools) untuk kolaborasi, pembentukan (constructing), penyimpanan (storing), mendapatkan kembali (retrieving), merujukkan (referencing), mengutip (quoting), dan tracking notes, mengidentifikasikan kesenjangan atau keunggulan (advances) dalam pengetahuan, membentuk gagasan jaringan, dan melihat gagasan-gagasan dan jaringan-jaringan ide dari perspektif yang berbeda-beda (multiple perspectives) (Santrock, 2009: 371).

Sejalan dengan tuntutan dunia pendidikan yang semakin maju dan kompleks maka penerapan pembelajaran berbasis laptop sebagaimana digambarkan di atas memang sangatlah tepat. Di beberapa tempat di dunia, pembelajaran berbasis lapop telah mulai dilaksanakan, dan mereka telah melihat manfaatnya sebagaimana diuraikan berikut ini.

Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan laptop oleh siswa di sekolah membawa banyak keuntungan (Belanger, 2001). The Laptop Learning Challenge tahun 1999 yang disponsori oleh Toshiba dan National Science Teacher’s Association (http://www.nsta.org/programs/laptop/index.htm)menemukan bahwa penggunaan laptop sangat inovatif dalam pelajaran matematika dan sains pada kelas K-12 (setara dengan SMU kelas III di Indonesia). Dari proyek itu ditemukan bahwa siswa dapat menggunakan laptop untuk memfasilitasi kerja kelompok, menganalisis data dengan segera di laboratorium, melakukan investigasi atau penelitian ilmiah di lapangan daripada di dalam ruangan kelas.

Evaluasi terhadap Proyek Copernicus, suatu pelopor program (pilot program) laptop multi-distrik di Seattle, Washington, seperti yang dikutip Belanger (2001), menemukan bahwa laptop sangat baik untuk digunakan dalam aktivitas menulis, mengerjakan proyek, dan presentasi (Fouts & Stuen 1997). Manfaat lainnya adalah membuat spreadsheets untuk memcahkan problem matematika, membuat book reports, membuat presentasi secara kreatif dengan menggunakan software seperti PowerPoint atau HyperStudio atau KeyNote. Siswa juga dapat secara rutin atau berkala mengumpulkan tugas mereka dengan menggunakan floppy disk atau terhubung (connect) ke server atau jaringan sekolah agar para guru dapat memeriksa, me-review, memberi komentar atau catatan pada pekerjaan mereka (siswa).

Belanger (2001), mengutip beberapa studi yang telah dilakukan beberapa pakar menegaskan beberapa manfaat dari penggunaan laptop. Manfaat dari penggunaan laptop adalah meningkatkan motivasi siswa (Gardner 1994, Rockman 1998), terciptanya lingkungan ruang kelas yang lebih berpusat pada siswa (Stevenson 1998, Rockman 1998), dan tingkat kehadiran siswa yang lebih baik jika dibandingkan dengan sekolah yang tidak menggunakan laptop (Stevenson, 1998).Dalam studinya tentang pelopor program laptop (laptop pilot program) di Beaufort, South Carolina, Stevenson (1998) juga mencatat bahwa siswa yang menggunakan laptop menunjukkan tingkat pencapaian akademis yang semakin baik selama sekolah menengah, dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan laptop yang prestasinya cenderung menurun selama periode yang sama. Manfaat penggunaan laptop secara akademis sangat signifikan pada populasi siswa yang bermasalah (at-risk student population).

Dalam studinya tentang penggunaan laptop pada kelas sains sekolah menengah pertama, Fisher dan Stolarchuk (1998) menemukan bahwa tiap-tiap kelas yang menggunakan laptop di mana keterampilan dan proses menemukan (process of inquiry) mendapat perhatian atau penekanan mempunyai pengaruh yang paling positif terhadap sikap dan pembelajaran siswa. Menurut Rockman, mayoritas guru dari sekolah berbasis laptop melaporkan adanya suatu peningkatan baik dalam pembelajaran kooperatif dan pembelajaran yang berbasis proyek (project-based instruction). Riset yang lainnya tidak mendukung manfaat penggunaan laptop dalam pendidikan.

Gardner (1993) menemukan bahwa pengaruh laptop setelah satu tahun pada sekolah yang paling marjinal dalam pelajaran matematika, sains, dan menulis menunjukkan perbaikan atau peningkatan. Fisher dan Stolarchuk melaporkan adanya suatu hubungan yang lebih positif antara laptop dan sikap siswa dibandingkan dengan antara laptop dan pencapaian akademis. Riset penggunaan laptop dalam dunia pendidikan baru saja dimulai; Beberapa sekolah K-12 (setingkat SMU) telah menggunakan laptop dalam proses pembelajaran mereka. Hal yang masih harus dilihat adalah apakah riset tambahan (additional research) akan menemukan pengaruh jangka panjang dari penggunaan laptop pada pencapaian dan outcome siswa.

Pelaksanaan proyek satu laptop per siswa di Henrico County Public School (HCPS) (http://en.wikibooks.org/wiki/One-to-One_Laptop_Schools/Henrico)ternyata juga sangat menggembirakan. Pengelola sekolah sangat yakin bahwa para siswa HCPS akan menjadi warga abad 21 yang kompeten. Lebih dari 27.000 siswa Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas bersama para guru mereka memiliki sebuah laptop untuk digunakan di sekolah dan di rumah. Program satu laptop untuk satu siswa memungkinkan tiap-tiap siswa memiliki akses yang sama terhadap piranti-piranti (pendidikan) abad 21. Sejak program ini dilaksanakan, pejabat sekolah telah mencatat adanya peningkatan hasil belajar siswa (student’s rising grades), dan yang lebih penting lagi peningkatan minat sekolah mereka. “Sulit dipercaya bahwa laptop telah membawa perubahan pada siswa-siswi kami”, kata sang kepala sekolah Aaron Spence. “Kini siswa-siswi kami jauh lebih teratur dan memiliki akses terhadap konten pendidikan yang sangat kaya dari laptop mereka dan halaman web untuk assignment yang dibuat para guru. Para guru dan administrator sekolah juga telah menyadari bahwa sejak program satu laptop per siswa dimulai, kehadiran siswa di sekolah semakin meningkat dan para siswa semakin terlibat dalam kegiatan kelas karena selain material pembelajaran yang tradisional, mereka kini mengalami suatu proses pembelajaran yang dinamis dan interaktif juga.

Semua yang diuraikan di atas menunjukkan apa yang telah ditemukan dalam penelitian terdahulu berkaitan dengan manfaat pembelajaran berbasis laptop. Dari temuan-temuan itu kita dapat menyatakan bahwa tujuan dari program satu laptop per siswa tidak lain untuk mengantisipasi tantangan abad 21 dalam dunia pendidikan dan dunia kerja sekaligus juga meningkatkan hasil siswa dalam belajar.

Sisi Negatif Penggunaan Laptop yang harus diantisipasi

Segala sesuatu yang dilakukan manusia secara berlebihan akan memberi dampak negatif pada dirinya. Makan berlebihan bisa menyebabkan kegemukan atau gampang terserang penyakit tertentu. Demikian juga dengan menggunakan laptop secara berlebihan pasti memberi dampak tertentu pada penggunanya. www.lovepanky.com mencatat beberapa efek samping penggunaan laptop secara berlebihan terhadap kesehatan seperti pain in the neck, shoulders cramp, twitching and swelling in the fingers, vision fatigue, spine and nerves, the hot laps, R.S.I. (Repetitive Strain Injury).Russell Huebsch (dalam ‘Laptop Radiation Effect’ – online) mencatat bahwa satu-satunya dampak penggunaan laptop terhadap kesehatan adalah “thermal radiation” yang juga dikenal dengan “heat”, tetapi hal itu dianggap tidak berbahaya. Menurut penelitian dari Universitas Mexico yang dikutip Russel, heat atau efek panas yang dihasilkan laptop yang diletakkan pada pangkuan dapat menyebabkan ketidak-suburan pada pria dan wanita.

Namun harus diakui, sebagai mana dilansir BBC News (BBC NEWS | Technology | Wi-fi health fears are 'unproven')bahwa para ahli belum sepakat mengenai dampak penggunaan laptop terhadap kesehatan. Meskipun demikian, penemuan yang dipaparkan Gary Small, M.D. dan Gigi Vorgan (tanpa tahun terbit) dalam ebook mereka yang berjudul “iBRAIN - Surviving the Technological Alteration of the Modern Mind” patut untuk diperhatikan. Sebagian dari temuan mereka telah disinyalir dalam hasil penelitian yang dipaparkan di atas. Berikut ini adalah beberap dampak penggunaan laptop yang diuraikan Gary Small dan Gigi Vorgan.

Pertama, mengutip “the Los Angeles Times”, seorang pekerja yang telah bekerja selama 19 tahun pada perusahaan komputer dipecat dari pekerjaannya karena mengunjung ‘sexual chat room’ pada jam istirahat (Small, Gary & Gigi Vorgan, 50).

Kedua, Studi terbaru dari Standford University menemukan 14% dari pengguna komputer mengabaikan sekolah, kerja, keluarga, makan, dan tidur agar tetap online (Small, Gary & Gigi Vorgan, 50).

Ketiga, Pengguna komputer atau laptop dapat kecanduan seperti kecanduan alcohol. Tanda-tandanya (Small, Gary & Gigi Vorgan, 53) adalah orang selalu memikirkan tentang aktivitas onlinenya atau secara konstan online (preoccupation), baru merasa puas bila telah online dalam jangka waktu yang lama (tolerance), orang tidak bisa berhenti online (lack of control), bila terpaksa (berusaha) untuk berhenti menggunakan internet menyebabkan tidak bisa istirahat atau tidur, gampang marah, mut berubah (withdrawal), orang cenderung online melebihi waktu yang direncanakan dan itu terjadi berulang-ulang (staying online). Selain hal-hal yang telah disebut di atas, tanda-tanda kecanduan dapat dilihat dari munculnya sekurang-kurangnya satu dari tiga ciri-ciri berikut:

1.Risk of functional impairment, Internet dapat menyebabkan orang kehilangan pekerjaan, pendidikan, kesempatan karir, dan relasi yang penting dengan orang lain.

2.Concealment, pengguna berbohong kepada orang lain agar aktivitas yang dilakukannya di Internet tidak ketahuan.

3.Escape, orang melarikan diri dari perasaan yang tidak nyaman, masalah, atau gagal dalam hubungan dengan orang lain dengan online di Internet.

Keempat, Terobsesi dengan situs-situs porno (Small, Gary & Gigi Vorgan, 58). Situs-situs porno hanya 4% atau website yang menyediakan material seksual hanya 4% dari total website yang ada. Namun 1/3 dari pengguna internet terlibat dalam berbagai bentuk aktivitas seksual online.

Kelima, Perjudian illegal (Small, Gary & Gigi Vorgan, 59). Survey yang dilakukan pada tahun 2005 menemukan bahwa 4% penduduk Amerika terlibat dalam jdui online.

Keenam, Distraksi (Small, Gary & Gigi Vorgan, 64). Khusus untuk orang yang mempunyai resiko genetic, teknologi digital dapat menyebabkan attention defivit disorder (ADD) atau attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Philip Chan dan Terry Rabinowitz dari Brown University (Small, Gary & Gigi Vorgan, 66) menemukan bahwa remaja yang bermain Internet video games selama lebih dari satu jam per hari mempunyai symptom ADHD atau tidak dapat kosentrasi yang lebih besardari mereka yang tidak melakukannya. Mengakses video game di Internet dapat pula menimbulkan masalah di sekolah.

Studi yang lain menemukan bahwa kecanduan internet pada anak usia sekolah dasar (SD) secara signifikan dapat meningkatkan symptom seperti ADHD atau ketidak-mampuan untuk konsentrasi. Peneliti dari “Kaohsing Medical University di Taiwan pada tahun 2007 menemukan bahwa kecanduan Internet berkaitan secara signifikan dengan ADHD. Peneliti dari Korea juga menemukan bahwa 20% dari anak-anak dan remaja yang kecanduan Internet secara relatif menunjukkan gejala-gejala menderita ADHD.

Penutup

Lepas dari dampak negatif yang mungkin dapat diderita oleh generasi abad 21 yang sangat akrab dengan laptop, kehadiran laptop dalam ruang-ruang kelas sangat mendesak dan diperlukan. Siswa-siswi abad 21 sangat terikat dengan peralatan digital ini, karena mereka tumbuh dan berkembang bersamanya. Itu sebabnya akan terasa aneh dan tidak pas bila perangkat ini tidak hadir dalam ruang-ruang kelas mereka.

Dampak negatif yang dapat muncul dapat diantisipasi dan diatasi dengan penerapan aturan-aturan yang harus ditaati oleh semua pihak. Aturan-aturan itu pun memerlukan keterlibatan siswa bersama guru dalam pembentukannya. Orang tua juga harus terlibat secara aktif dalam mengawasi proses belajar anak-anaknya dan perangkat digital juga memungkinkan hal itu untuk dilakukan dengan mudah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun