Seorang remaja berumur 15 tahun, Steve Hammod, memulai tulisannya tentang True Brotherhood demikian: True brotherhood is one of the most powerful forces in the world. And it’s something the world greatly needs. Jesus showed us what brotherhood really is by doing three different things:
1.Loving his “brothers;”
2.Respecting everyone;
3.Bringing out the best in everyone.
Dengan pembukaan yang singkat, jelas, dan padat ini Steve memaparkan seluruh sifat dari persaudaraan sejati. Persaudaraan sejati adalah kebutuhan utama umat manusia dalam relasinya satu sama lain. Persaudaraan sejati itu akan menjadi kekuatan yang luar biasa dahsyatnya dan akan mengubah wajah dunia manakala manusia hidup di dalamnya.
Upaya untuk mewujudkan persaudaraan sejati telah berlangsung sekian lama. Tetapi hingga kini kebencian, keserakahan, keputus-asaan, dendam, peperangan dan lain-lain masih meraja lela di muka bumi ini. Persaudaraan sejati ternyata masih jauh dari jangkauan, meski riak-riak kehadirannya terus kita rasakan.
Arti Persaudaraan Sejati.
Akar dari konsep persaudaraan sejati adalah konsep saudara. Kita semua sangat familiar dengan kata ini. Saudara sangat berkaitan dengan pertalian darah antar individu dalam suatu masyarakat. Namun, itu hanya satu aspeknya atau arti sempit dari kata itu. Saudara juga kita pahami secara lebih luas, sebagai sesama manusia, siapa saja yang ada di sekitar kita yang karena satu dan lain hal terjalin erat dengan kita.
Santo Fransiskus Assisi memahami kata saudara secara jauh lebih luas daripada siapa pun. Ia melihat seluruh ciptaan sebagai saudara dan saudarinya (lihat Kidung pujian Saudara Matahari atau Gita Sang Surya). Bersama Bapak Fransiskus Assisi kita patut melihat bahwa segala sesuatu yang ada di dalam alam raya yang maha besar ini, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan saling berhubungan (interrelated) karena semuanya mempunyai akar dan sumber yang satu dan sama yakni yang ilahi sang pencipta sendiri. Karena itu sepatutnya semua unsur ciptaan hidup dalam keharmonisan dan keseimbangan, keharmonisan dalam hubungan antar manusia dan antar manusia dengan alam dan seluruh isinya.
Dari sudut biblis kata saudara ini mempunyai makna yang sangat dalam. Kata “saudara” dalam bahasa Ibrani (Blog Hery Setyo Adi, 2009) adalah ‘akh’ (alef-qames-khet). Dalam tulisan Ibrani kuno setiap piktograf melambangkan suatu ide. Orang Ibrani biasa berpikir konkret, sehingga ide abstrak pun digambarkan dengan sesuatu yang konkret. Huruf ‘alef’ adalah sebuah gambar kepala sapi jantan yang bertanduk (konkret). Orang Ibrani menggunakannya sebagai symbol ‘kekuatan’ (abstrak). Sedangkan huruf ‘khet’ adalah sebuah gambar dinding tenda (konkret) yang melambangkan ‘pemisah; dan ‘pelindung’ (abstrak). Dengan demikian kata ‘saudara’ atau ‘akh’ dalam bahasa Ibrani berarti ‘dinding yang kuat’ atau ‘pelindung yang kuat’.
Orang Ibrani di masa lalu hidup sebagai suku bangsa nomaden. Kondisi ini tidak memungkinkan mereka untuk membangun rumah permanen. Tenda adalah rumahnya. Bagian-bagian tenda meliputi atap, dinding, dan pintu. Dinding adalah bagian samping tenda. Fungsinya untuk memisahkan antara bagian dalam dan bagian luar tenda, di samping sebagai pelindung bagi orang yang tinggal di dalamnya dari serangan binatang buas. Dinding tenda itu terbuat dari “tenunan” bulu domba yang dirajut dengan kuat.
“Saudara” yang dianalogikan dengan dinding tenda, memiliki peran dan fungsi “melindungi”. Ia harus melindungi segenap anggota keluarga dari pihak lain yang mengancam jiwa mereka. Jika ada musuh yang menyerang, maka ia akan berdiri di posisi antara musuh dan keluarganya. Ia tidak akan membiarkan musuh tersebut berhadapan langsung dengan keluarganya. Ia rela menjadi “tameng” bagi keluarganya, asal nyawa keluarganya selamat. Dengan demikian kata “saudara” mengandung makna bersedia berkorban, bahkan rela mati bagi saudara yang lain.
Pemahaman kata saudara dalam perspektif Ibrani ini sangat sejalan dengan apa yang dikatakan Steve pada bagian awal tulisan ini. Saudara mengandaikan cinta, hormat, dan melakukan yang terbaik bagi orang-orang lain di sekitar kita.
Sementara orang mengatakan bahwa kata “saudara” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskrit (saya belum menemukan referensi tertulis tentang ini), yakni SA (ESA) dan UDARA (Saya belum berhasil menemukan sumber yang dapat dipertanggung jawabkan tentang ini). SA artinya satu dan UDARA artinya ibu, rahim, perut. Karena itu ‘saudara’ artinya mereka yang menyusui pada ibu yang satu dan sama, berbagi rahim, hidup dalam satu rumah, menanggung penderitaan dan membagi kegembiraan bersama. Kalau pandangan ini ditarik lebih jauh, dengan menempatkan ibu bumi sebagai rahim dan penyalur kehidupan (susu) maka semua penghuni alam semesta adalah sesama saudara.
Berdasarkan pemahaman di atas maka persaudaraan sejati berarti suatu pertalian antar individu yang saling menghargai, menghormati, mencintai, melindungi. Suatu pertalian yang mendorong orang untuk melakukan hal-hal terbaik yang dapat dia lakukan untuk sesamanya tanpa pretensi untuk mencari keuntungan pribadi. Banyak tokoh yang telah menjalani hidup seperti ini. Yesus Kristus orang Nazareth patut menduduki posisi puncak untuk ini, dan Dialah model bagi suatu kehidupan di dalam ikatan persaudaraan sejati. Tokoh-tokoh lainnya yang bisa kita masukkan adalah Santo Fransiskus dari Assisi, Ibu Theresa dari Kalkuta, Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, Paus Yohanes Paulus II dan masih banyak lagi.
Untuk dapat membangun persaudaraan sejati pertama-tama kita perlu menegakkan suatu relasi yang benar dengan sesama dan lingkungan. Mengikuti Gabriel Marcel, kita mesti dapat membangun relasi subyek – subyek ( I – thou bukan I – it) dengan sesama kita. Engkau dan aku adalah sejajar. Di sana tidak ada dominasi dan kontrol. Kedua, hubungan yang sejajar itu diberi unsur cinta dan hormat lalu kemudian diperkaya dengan kehendak yang kuat untuk selalu melakukan yang terbaik bagi sesama dan linkungannya.
Tantangan Dalam Mewujudkan Persaudaraan Sejati
Terwujudnya persaudaraan sejati adalah impian semua orang. Bahkan inti pesan yang disampaikan para nabi dalam kaitannya dengan hubungan antara manusia adalah demi terwujudnya persaudaraan sejati itu. Dalam perspektif Kristianitas, Yesus memberikan diri-Nya sebagai saudara semua orang. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang memberikan nyawanya bagi sahabt-sahabatnya (Yoh 15:13).
Sepanjang sejarah telah lahir banyak karya cipta manusia yang menunjukkan betapa besarnya impian manusia akan terciptanya suatu persaudaraan sejati di muka bumi ini. Tersebut sebagai contoh, selain karya Santo Fransiskus yang telah disebut di atas, karya John Lenon dengan lagunya Imagine. Dalam lagu ini, John Lenon menyatakan impiannya akan dunia yang damai dan satu untuk semua, sekaligus menyebut beberapa hal yang bisa kita sebut sebagai tantangan utama dalam upaya mewujudkan persaudaraan sejati di muka bumi ini. Meskipun kita perlu mengkritisi lagunya itu, namun kita patut mengapresiasi impian besarnya akan suatu dunia yang lebih baik bagi semua.
Sejatinya agama tidak bisa menjadi penghalang terwujudnya hidup dalam damai dan persaudaraan. Bila agama dijalankan sesuai dengan ruhnya, maka dampaknya adalah hidup dalam perdamaian dan persaudaraan. Itulah barangkalai yang disebut sebagai surga di bumi. Perhatikan penggalan lirik lagu imagine berikut:
Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace...
You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as one
Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man
Imagine all the people
Sharing all the world...
Nafsu untuk memupuk harta benda, kerakusan dan ketamakan adalah salah satu tantangan terberat bagi terwujudnya persaudaraan sejati. Kerakusan dan ketamakan itu membuat orang menutup mata terhadap penderitaan sesamanya. Bila itu terjadi, maka Love, respect, dan do the best thing for others seperti yang tengarai Steve sedang menjauh dari kita.
Jeritan hati Ella Wheeler Wilcox (1850 – 1919) dalam puisinys ‘True Brotherhood’ patut kita renungakan. Ella dengan lugas menyatakan dalam puisi singkatnya itu apa wujud persaudaraan sejati yang didambakannya, seperti berikut:
God, what a world, if men in street and mart
Felt that same kinship of the human heart
Which makes them, in the face of flame and flood,
Rise to the meaning of true Brotherhood.
Dunia akan terasa lebih indah bila persaudaraan sejati menjadi semangat dalam menjalin hubungan antara tiap-tiap individu dan antar individu dengan alam sekitar kita. Semangat kesetaraan dan kesederajaatan, solidaritas dan toleransi terhadap sesama dan lingkungan alam sekitar harus dikuatkan untuk dapat mengatasi segala tantangan yang dapat menghalangi terwujudnya persaudaraan sejati. Karena itu, bersama Marion Dutton Savage (1913) kita patut menghunjukkan doa berikut:
Teach us, O Lord, true brotherhood,
In daily thought and deed,
That we may tread with humble heart,
The path where Thou dost lead.
Give us the courage, Lord, to fight
With Thee all greed of gold,
To fight until Thy kingdom’s won,
Thy kingdom long foretold.
Love then shall reign supreme o’er all,
O’er heart and mind and hand,
Eternal love and brotherhood
In all this storm tossed land.
With vision clear and steadfast heart
So let us follow Thee,
E’en though it be that weary road
Which leads to Calvary.
Akhirnya, Semoga semangat persaudaraan sejati merajai dunia kita…
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI