"Papi ... selamat ulang tahun!"
Sebuah kalimat sakral yang hanya akan aku dapatkan setahun sekali. Sebuah kalimat yang selalu aku nantikan terucap dari ayah ibu, sanak saudara dan teman dekat. Disertai  sebungkus kado dan roti ulang tahun. Bahagia rasanya saat itu. Tak lupa sederet doa singkat maupun panjang pun dilangitkan melengkapi kebahagiaanku saat itu.
Bertahun-tahun aku merasakan itu semua. Seakan kebahagian hanya akan menjadi milikku selamanya karena akan berulang di setiap tahunnya.
Tapi hari ini aku merasa diingatkan. Bahwa ibukulah yang justru begitu menderita bahkan sampai bertaruh nyawa dibalik kabahagian yang setiap tahun hanya ditujukan padaku.
Aku sendiri juga lupa apakah aku bahagia saat dilahirkan dulu. Apakah aku dilahirkan dengan senyuman menghiasi wajahku? Karena justru tangisankulah yang diharapkan terdengar saat aku dimunculkan di dunia fana ini.
Hari ini aku juga merasa diingatkan, sudahkan aku membagi atau bahkan memberikan semua kebahagiaan dan doa-doa ini pada ibuku.
Selamat ulang tahun untuk diriku sendiri semoga panjang umur, sehat, bahagia, dan barokah di sepanjang sisa usia untuk ibuku ....
Solo.29.10.21
Masbom
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H