Seorang lelaki paruh baya dengan caping dan kaos putih itu tersenyum kepadamu
Di usia beranjak senja lelaki paruh baya masih berkelana
Tiada lelah menempuh derita
Untuk belahan jiwa di singgasana nirwana
Sebatang rokok tingwe masih terselip di antara bibir hitam
Serta kedua kaki kekar mengayuh roda-roda tua
Kamu melambaikan tangan
Memberi asa pada raga yang berharap
Peluh pun menetes pada selembar daun yang berayun ke tanah
Angin dan beratap mentari adalah rumahnya
Tiada sanak saudara dihampar padat samudera
Sendirian lelaki paruh baya menabuh angin dan menjaring matahari
Mengayun langkah menghantam fatamorgana hari
Ketika raga semakin renta dan singgasana nirwana di ujung mata
Mentari pun tunduk meredupkan sinarnya
Pada sebuah becak yang melaju pelan
Solo.26.02.20
Masbom
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H