Bulan bersolek di atas awan
Memberi gambarmu di waktu itu
Dalam sisi ruang batinku yang terjebak sunyi
Tercipta nelangsa saat kaki membawamu pergi
Menikmati angin dan langkah-langkah sepi
Gemuruh besi tua itu mengingatkan aku kembali
Akan sebuah kenangan yang terpahat dalam palung hati.
Ternyata waktu pun tak mampu mengubah hari
Saat satu sisi terlahir memecah sunyi
Seperti camar yang merindukan matahari
Dan kunang-kunang yang selalu bersinar dikegelapan hati
Meski uban telah memutihkan rambutku
Hanya cinta yang akan membawaku kembali
Karena sentuhan hangat dan kerlingan matamu
Perjalanan panjang bersamamu
Terlintas dan terjebak di rentang hari
Saat duduk bersama di dalam kereta
Kamu memandang bulan yang sedang bercermin di salah satu kaca jendelanya
Dan bercerita tentang masa indah dulu
Saat bulan dua berumur dua puluh sembilan hari
Kuncup-kuncup melati putih pun mekar kembali
Terwujud keinginan saat hampa merindukan pagi
Aku harus menepi karena biduk telah ditambatkan
Perjalanan panjang ini tak pernah sepi
Saat fatamorgana membuka hari
Terpuruk aku di sini namun sekejap harus bisa berdiri kembali
Aku teringat pada janjiku yang terikat
Bahwa kamulah satu-satunya sandaran hati
Meski kenangan itu tak bisa memudakan usia
Tetapi cinta yang akan membawaku kembali
Kupegang erat dan kuhalangi waktu
Agar aku dapat pergi dan kembali bersamamu
Meski jalanku hampa tapi tak pernah kuragu
Untuk menghirup rindu yang mengalir ke ujung mata
Solo.01.03.20
Masbom
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H