Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kekeliruan Pemahaman tentang Pramuka di Balik Musibah Susur Sungai Sempor

23 Februari 2020   11:18 Diperbarui: 23 Februari 2020   11:20 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dok. BNPB/Kompas.com

Ini adalah pemahan yang sangat fatal keliru. Alam ini tidak pernah bisa ditaklukkan oleh manusia, meski dengan peralatan dan kemampuan manusia secanggih apapun. 

Menjadi seorang anggota Gerakan Pramuka tidak untuk gagah-gagahan dengan melakukan kegiatan di alam terbuka, misal susur sungai, caving, cross country, arung jeram, mendaki gunung, berkemah di alam terbuka, dan kegiatan lainnya, hanya untuk menaklukkan kondisi ekstrim alam di sana.

Dia harus bisa menentukan dan mengambil keputusan secara pribadi maupun kelompok/tim bahwa kegiatan yang akan dilakukan itu membahayakan keselamatan atau tidak. Dia harus bisa meminimalisir resiko dan seandainya terjebak dalam situasi ekstrim (kondisi berbahaya dan mengancam keselamatan jiwanya) selama kegiatan apakah cukup pengetahuan dan kecakapannya untuk bisa survive (bertahan hidup) dan keluar dari kondisi itu atau sampai bantuan datang.

Sepertinya semua itu tidak dipersiapkan oleh kakak-kakak pembina di SMPN 1 Turi Sleman. Dan tidak menutup kemungkinan juga terjadi di sekolah lain karena Pramuka telah menjadi kegiatan ekstrakurikuler. Pengetahuan tentang manajemen resiko dan teknik survival (bertahan hidup di alam terbuka/bebas) harus diberikan secara benar agar peserta didik mempunyai kemampuan dan kecakapan untuk itu. 

Bahwa harus sesegera mungkin dibenahi pemahaman tentang Gerakan Pramuka dan pendidikan kepanduan bagi peserta didik di tingkat sekolah menengah. Harus ada pemahaman yang benar tentang Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Pramuka dan Metode Kepramukaan sesuai dengan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka. 

Supaya Pramuka sebagai sebuah gerakan juga tidak merasa ikut dirugikan, mengingat kegiatan susur Sungai Sempor yang dilakukan siswa-siswa tersebut mengatas namakan dan memakai atribut kepramukaan.

Seperti kata Guritno, Kepala Pusat Informasi Nasional Gerakan Pramuka, "Kalau yang dirugikan selain korban, tentu saja organisasi Pramuka sendiri, karena kalau setiap kegiatan mengikuti dan patuh terhadap aturan main atau petunjuk penyelenggaraan yang sudah ditetapkan Kwarnas, seharusnya bisa meminimalisir risiko." (Kompas.com, 22 Feb 2020)

Akhir kata penulis menyampaikan rasa dukacita yang mendalam bagi para korban dan keluarga korban. Semoga kedepannya
musibah itu tidak akan terulang kembali, minimal bisa diminimalisir.

Salam

Solo.23.02.20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun