Tahun 2007 aku pertama kali mengenal facebook. Rekan kerjaku yang mengenalkan aplikasi dunia biru itu sekaligus membuatkan akun untukku. Dan akun itu masih aku gunakan hingga sekarang meski telah beberapa kali ganti password. Katanya sih untuk keamanan akun itu sendiri.
Waktu itu aku belum begitu paham tentang facebook. Kata temanku waktu itu dengan aplikasi ini aku bisa mengekspresikan diriku. Dengan menuliskan status 'apa yang sedang aku pikirkan'. Menceritakan masa lalu, keinginan dan harapan, atau sekedar say hello pada teman. Dari hal sepele hingga masalah serius bisa dituliskan di aplikasi facebook ini.
Dari situ aku mulai menulis. Ya ... hanya menulis ... itu saja! Kata-kata sepele, tulisan receh, atau pamer-pamer sedikit disertai foto-foto seadanya. Waktu itu aku berusaha untuk bisa online dan menulis status saat jam istirahat kerja, sambil ber-say hello dengan teman-temanku dulu.
Begitu juga saat di rumah, disela-sela kesibukanku mengurus si kecil. Kebiasaan baru ini benar-benar telah menjadi candu bagiku. Aku terus menulis status. Aku mulai merangkai kata menjadi beberapa kalimat pendek untuk menceritakan pengalaman singkat keseharianku.Â
Kalimat-kalimat itu terus berkembang menjadi cerita-cerita pendek menghiasi halaman profilku. Cerita itu berdasar kisah nyataku maupun cerita fiksi khayalanku. Sebagian besar teman facebooku mengapresiasi secara positif.
Mereka menyukai cerita dan tulisanku. Beberapa di antara mereka menyarankan agar mengumpulkan cerita-ceritaku itu untuk dibuat sebuah buku. Ini saran ide yang menarik dan aku menginginkannya.
Tapi apa ada penerbit buku yang mau menerbitkan dan mencetak ceritaku dalam sebuah buku? Bagai pungguk merindukan bulan. Aku bukanlah seorang penulis. Aku hanya  penulis status facebook.
Tulisan dan ceritaku hanya sebuah diskripsi dan narasi yang tidak bisa dibandingkan dengan cerpen-cerpen yang telah dibukukan oleh penerbit dan banyak penggemarnya.
Tapi hobi tetaplah hobi, yang bagiku akan memberi kepuasan batin tersendiri setelah selesai menulis dan aku posting di facebook. Hanya dengan modal pulsa telepon waktu itu, aku sudah bisa menulis dan dibaca oleh teman-temanku.
Beberapa tahun kemudian aku mengenal platform khusus untuk menyalurkan hobi menulisku. Salah satunya Kompasiana ini, meskipun baru dua tahun ini aku mempunyai akun aktif. Dan baru dua tulisan opiniku menjadi headline di sana. Semoga aku masih bisa membuat tulisan yang bagus lagi di Kompasiana ini.
Tapi ide untuk membuat buku terus menggelitik anganku. Aku harus membuat buku untuk mengumpulkan cerita-cerita yang telah aku tulis. Meski buku itu nantinya hanya menjadi koleksi pribadiku saja.
Beberapa penerbit indie aku ketahui menawarkan paket penerbitan buku secara mandiri. Tentu saja dengan membayar sejumlah uang. Memang untuk itu aku harus menafkahi hobiku agar terwujud anganku membuat buku.
Dan sampai akhir tahun 2019 ini baru dua buku yang telah aku buat. Satu buku berisi kumpulan cerpenku. Salah satu ceritanya pernah aku tayangkan di Kompasiana dan senangnya diriku waktu itu meskipun admin hanya memberi label cerpen pilihan, bukan cerpen headline. Satunya lagi berupa buku cerpen antologi, yang aku buat bersama penulis-penulis lain.
Kedepannya aku masih perlu menafkahi hobiku jika ingin aku jadikan buku lagi. Untuk membuat buku itu aku memang harus merogoh kocek, karena aku bukan penulis terkenal yang tulisannya selalu dinantikan oleh penerbit buku.
Aku hanya seorang pekerja yang mempunyai hobi menulis status, menulis cerita di wattpad dan Kompasiana. Dan yang pasti aku tetap ingin membuat bukuku sendiri.
Salam.
Solo.07.01.2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H