Sono berhasil menangkap tangan anak itu. Dia mengangkat dan memelintirnya hingga senjata itu terlepas jatuh ke tanah. Dengan masih memegang tangan anak itu segera Sono membalas dengan tendangan ke arah perut.
Buukk ....
Anak itu terpental dan jatuh terduduk di tanah juga. Melihat ke dua anak genk tersebut tersungkur ke tanah, pengunjung Sekaten baru berani mendekat dan memisahkan mereka. Datang juga seorang Ibu dan anak gadisnya bersama petugas keamanan Sekaten.
"Ke dua anak itu baru saja mencopet dompet saya," kata Ibu itu menunjuk ke dua anak genk yang masih terduduk di tanah sambil menahan sakit di tubuhnya.
Petugas keamanan segera memeriksa dan menemukan beberapa dompet di saku ke dua anak genk tersebut. Rupanya mereka sering mencopet di arena Sekaten ini. Dibantu beberapa pengunjung, petugas keamanan Sekaten membawa mereka ke pos pemeriksaan.
Mereka berjalan melewati Sono dan Tono dalam jarak yang cukup dekat. Sejenak mereka berhenti dan saling beradu pandang. Anak itu menatap tajam pada Sono dan Tono secara bergantian. Pandangannya berhenti dan memperhatikan sebuah kalung yang melingkar pada leher Sono. Kalung dengan bandul dari kulit berwarna hitam dan bertuliskan dua huruf kapital BM berwarna kuning.
"Awas! Urusan kita belum selesai. Kita akan bertemu lagi. Mati kau berdua!" kata salah seorang anak genk mengancam Sono dan Tono.
"Kita lihat saja!" kata Sono masih dengan emosinya.
Sementara Tono hanya bisa menepuk-nepuk pundak sahabatnya untuk meredakan emosinya.
Solo.15.11.2018