"Kenapa, Son? Tidak mengerjakan tugas?"
"Bukan, Ton. Aku tadi ..." belum selesai Sono menjawab pertanyaan Tono, tiba-tiba ....
Wheerr ....
Terlihat seorang anak remaja sebaya bersepeda motor ngebut dari arah timur dan bertindak ugal-ugalan di jalan. Anak itu memotong jalan sepeda Sono ketika hendak menyeberang ke selatan dan menyerempet roda depan sepedanya.
Braakkk ....
Terdengar bunyi benturan benda keras. Sono berusaha menahan sepedanya yang oleng agar tidak jatuh. Dia berhenti dan dlihatnya tidak ada yang rusak pada sepedanya. Dengan menahan amarah Sono menatap anak remaja tersebut yang juga berhenti tidak jauh darinya.
"Hei, kamu, kesini ...!" teriak Sono.
Remaja itu menoleh sebentar dan tersenyum sinis pada Sono. Kemudian dia menyingsingkan lengan bajunya seolah-olah ingin menantang Sono. Tampak sebuah gambar tatto di lengan kirinya. Sebentar kemudian pergi memacu sepeda motornya ke arah barat. Karena terbakar emosi Sono langsung mengejarnya. Tono pun mengikutinya dari belakang.
"Mengapa anak itu memperlihatkan gambar tattonya? Sepertinya Sono tidak memperhatikan tatto itu. Siapa remaja bertatto itu?" kata Tono dalam hati.
Remaja itu memacu motornya di jalanan yang ramai dengan bunyi knalpot nyaring memekakkan telinga. Sepeda motornya berjalan zig-zag menghindari pemakai jalan yang lain dan melanggar lampu merah. Sono memacu sepedanya berusaha mengejar remaja itu. Tapi dia kehilangan jejaknya ketika remaja itu tiba-tiba membelokkan motornya ke sebuah gang kecil masuk ke dalam perkampungan.
"Sudahlah Son, sabar, tidak usah dikejar. Kita hampir sampai," Tono mengingatkan sahabatnya.