Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Setelah Hujan Turun Membasahi Bumi

7 September 2018   20:36 Diperbarui: 7 September 2018   22:16 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum semburat jingga di batas cakrawala.
Mentari masih sedikit memancarkan sinarnya.
Terlihat laki-laki bersayap berdiri di tepian surga.
Tengak-tengok pandangan matanya kebawah.


Mencari sebuah telaga yang indah di hamparan bumi.
Entah kenapa laki-laki itu tidak terbang ...
Dia memilih meletakkan sayapnya.
Dan bergelantungan pada sulur-sulur dahan tanaman surga.


Satu tangan berpegangan pada salah satu sulurnya.
Dia tersenyum memberikan suatu isyarat.
Pada para bidadari di surga.
Dia menuangkan galon-galon air berwarna-warni.


Yang terikat pada tiap-tiap sudut surga.
Sementara itu di dalam surga ...
Para bidadari menunggu di belakang pintu pagarnya.
Berhembus sejuk angin surga.


Dan mengalir air dari tiap-tiap sudutnya.
Dari sebuah teras rumah di bumi.
Terlihat indah larik pelangi.
Setelah hujan turun membasahi bumi.

Solo.7.9.2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun