Pada era digital seperti sekarang, mendapatkan informasi menjadi lebih mudah daripada sebelumnya. Dengan beberapa sentuhan jari, kita dapat menjelajahi berbagai pengetahuan yang tidak terbatas. Pencarian di internet memberikan akses cepat ke jutaan halaman web yang berisi berbagai topik dan sumber daya. Mulai dari artikel ilmiah hingga berita terbaru, dari panduan praktis hingga tutorial video, semuanya tersedia secara mudah dan dapat diakses oleh siapa saja di seluruh dunia. Untuk itu penulis akan mencoba menjelaskan mengenai Teori Epistemologi dan Teori Positivisme dan implementasinya dalam menerima informasi di era digital.
Menurut Adib (2011) Teori Epistemologi merupakan salah satu cabang dari teori Filsafat. Epistemologi menjelaskan mengenai ilmu pengetahuan dan bagaimana memperolehnya. Ada beberapa metode dalam epistemologi dalam memeproleh ilmu, salah satunya metode problem solving. Metode problem solving memiliki langkah-langkah yaitu identifikasi, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, mengorganisasikan dan menganalisis data, menyimpulkan, dan melakukan verifikasi. Jika dikaitkan dengan pentingnya literasi pada era digital langkah-langkah problem solving pada teori epistemologi dapat digunakan untuk menyaring informasi yang kita dapat, berikut penjelasan langkah-langkahnya:
- Identifikasi, artinya mengenali apa, bagaimana, kapan, di mana, siapa, dan
- Merumuskan hipotesis, artinya menyatakan pendapat sementara melalui identifikasi sebelumnya.
- Mengumpulkan data, artinya mengumpulkan data dari pendapat dan identifikasi yang diperoleh.
- Mengorganisasikan dan menganalisis data
- Menyimpulkan, artinya menarik kesimpulan akhir dari data yang telah dianalisis.
- Melakukan verifikasi, artinya memeberi pernyataan final antara benar dan salah.
Berdasarkan langkah-langkah di atas ketika kita mendapat informasi kita tidak langsung percaya, diperlukan identifikasi, perumusan hipotesis, pengumpulan bukti, pengorganisasian dan analisis data, simpulan, lalu yang terakhir verifikasi apakah informasi yang diterima memang benar atau tidak. Â
Selain epistemologi, dalam Hubungan Internasional terdapat satu teori yang berfokus pada bukti-bukti empiris yaitu Teori Positivisme.Â
Teori positivisme diartikan sebagai sebuah pendekatan epistemologi dalam hubungan internasional yang menyiratkan legitimasi dari metodologi. Karena bersifat ilmiah makan teori yang dihasilkan merupakan analisis berdasarkan penemuan, percobaan, pengamatan (empiris). Jadi, jika dikaitkan dengan pentingnya literasi di era digital, maka sudah seharusnya kita tidak langsung mempercayai infromasi yang didapatkan di sosial media tanpa ada bukti-bukti pendukung atau penguat dari penemuan, percobaan, dan pengamatan.Â
Contoh jika terdapat berita dengan headline "Presiden Putin Mempunyai Utang 2 Miliar pada AS", sebagai orang yang kritis kita tidak boleh menyebarluaskan langsung berita tersebut tanpa ada pembuktian. Kita perlu membaca isi berita tersebut untuk mengidentifikasi, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyimpulkan kebenarannya terlebih dahulu.
Dari pempaaran yang telah penulis jelaskan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penting bagi kita untuk selalu bersikap kritis dan bijak dalam mengatur informasi yang kita terima dan bagikan. Kemahiran literasi digital menjadi amatlah penting agar kita dapat menyaring, menyortir, dan menilai informasi secara cermat.Â
Teori Epistemologi dan Teori Positivisme dapat dijadikan acuan bahwa kebenaran/ilmu memerlukan proses pembuktian begitupun dengan informasi yang kita terima sehari-hari. Kita harus dapat bersikap kritis menegenai asal muasal informasi dan memeriksa kebenarannya sebelum menyebarluaskan informasi lebih jauh.
Adib, M. 2011. Filsafat Ilmu: Ontologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H