Mohon tunggu...
Bomi Bimo
Bomi Bimo Mohon Tunggu... -

jadikanlah satu tindakanmu yang bermanfaat, dari pada puluhan nasehat yang kau berikan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bukan Romeo dan Juliet...

20 Maret 2011   03:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:37 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku terpengarah bahwa diantara tamu yang hadir aku melihat sosok yang aku kenal, dia adalah orang tua yanti. Begitupun dengan mereka terkejut melihat kehadiran kami terutama yanti, dan kamipun bertanya-tanya ada apa gerangan.?? Yang aku tahu bahwa kehadiranku dirumah yanti tidak pernah mendapatkan respon yang baik.

Ibukku menangis pilu ketika melihatku, dan menceritakan bagaimana ayah sangat merindukanku karena aku tahu bahwa selama ini ayahlah yang selalu memanjakanku dari anak semata wayangnya. Ibuku bercerita apa yang selama ini yang dikekangkan kepadaku adalah suatu perbuatan keliru dan ayah menyadarinya itu dan berharap aku untuk segera pulang tapi apa mau dikata Tuhan punya rencana lain.

Ibuku juga memperkenalkan sosok yang selama ini menjadi musuhku yang tidak lain adalah orang tua yanti, dan menceritakan bahwa kepada merekalah kelak putrinya di jodohkan kepadaku. Aku terkejut, begitupun dengan mereka termasuk ibukku. Karena selama ini baik aku dan yanti selalu ditentang untuk behubungan, dan selama ini juga tak ada seorangpun diantara kami mengetahuinya. Aku terkulai lemas, antara penyesalan dan rasa bersalah terhadap ayahku dan semua itu tak ada gunanya...

Untuk pertama kalinya aku meneteskan air mata. Aku buka kain yang menutupi wajah ayahku, suatu sosok seorang ayah berwajah pucat pasi dengan raut wajah yang sendu. Kucium wajah itu, dan setetes air mataku jatuh dikening wajah ayahku dan sebuah tangan halus menyeka dengan perlahan membersihkan kening wajah ayahku tak lain adalah yanti. Wajah ayu itupun basah oleh air matanya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun