Pagi ini masih seperti pagi kemarin
Jalan ini masih  berwajah tapak , penuh lumpur di kalah musim hujan
Kami telah menapak sekian kali tak terhitung waktuÂ
Tapak menuju ladang berpapasan embun
 tapak pulang memikul pakan kambing
berpapasan dalam sahutan anak petani
 Pagi ini masih menyimpan rindu
Pondok  tua menyimpan kenanganÂ
Mengenang tangan tua bergetar memasak
Ia yang terus menenun  sarung
Ia yang terus menggarap ladang bebatuan
Â
Ada batu berdiam sunyi di tengah ladang
Aku pun tenggalam dalam kesunyiannyaÂ
Merasakan kesunyian nuha telo di selat bergelombang
Sembari menanti nyanyian senja, teriring  kicauan burung
Â
Di atas kesunyian batu aku merasakan aliran pesanÂ
Setia teguh berdiri
Meskipun sekian rasionalisasi  mengajakmu dalam argumen membenarkan
Suara Batinmu harus lebih kuat berbisik
Aku
Ketika tiba waktunyaÂ
Kukisahkan  pada putri petani tentang sebuah kisah
Tetap Teguh Berdiri
Kota Karang, 14 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H