Kami harus menempuh perjalanan sepanjang 30 Km dari Kampung Lewotobi menuju Desa Nobo- Kecamatan Ile Bura Kabupaten Flores Timur. Dari Nobo, jalur jalan raya yang sudah beraspal, kami menungguh kendaraan menuju Kantor Pos di Boru, pusat Kecamatan Wulanggitang. Tujuan satu untuk mengambil kiriman uang yang dikirimkan dari luar negeri atau dalam negeri.Â
Itulah sepenggal kisah yang penulis  dan warga masyarakat di Kampung Lewotobi Kecamatan Ile Bura alami sekitar tahun 1994. Akses untuk mengambil uang di Kantor Pos merupakan sebuah memori penuh perjuangan yang sangat berat.
Kini, kisah itu tinggal kenangan. Pembukaan akses jalan raya seiring dengan kehadiran pelayanan  mobile perbankan yang telah menjangkau pelosok Desa telah membantu masyarakat untuk mengakses layanan keuangan tanpa kesulitan. Kiriman uang dari keluarga di tanah rantau seperti di Malaysia, Jakarta, Kalimantan, Papua dengan mudah diakses. Contoh Kehadiran layanan BRI Link di setiap Kampung  di Kecamatan Ile Bura- Pemekaran dari Kecamatan Ile Bura  Kabupaten Flores Timur seolah menegaskan bahwa jarak dan waktu bukan lagi merupakan tantangan bagi masyarakat untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik.
Aspek lain dari kehadiran jaringan PRIMA ini adalah, kemudahaan untuk menyetor uang secara tunai di setiap gerai ATM. Dengan kehadiran pelayanan ini, maka budaya menabung pun perlahan membentuk karakter masyarakat untuk  menjadi disiplin dalam pengelolaan keuangan. Ketersediaan fasilitas PRIMA ini bukan saja membantu mobilitas masyarakat tetapi lebih dari itu masyarakat diarahkan untuk hidup dengan nilai-nilai budaya yang lebih disiplin. Melalui kehadiran  Gerai ATM setor Tunai, Penulis merasa sangat terbantu.Â
Pertama, kapan saja penulis dapat  melakukan penyimpanan uang setelah mendapatkan uang hasil penjualan ternak, babi atau bebek. Penulis tidak harus menungguh jam kantor Bank di Buka dan antri di loket. Kedua. Beralihnya budaya menabung di bawa tumpukan pakaian dalam  Lemari atau menyimpan uang di dalam tanah. Dulu biasanya penulis menyimpan uang di lokasi-lokasi ini dan ini rawan diambil oleh saudara- saudari penulis tapi dengan beralih menabung di Bank apalagi didukung dengan fasilitas PRIMA ini maka Budaya Menabung yang sehat dan disiplin sudah menjadi sebuah panggilan untuk hidup yang berdisiplin.
Melalui jaringan PRIMA ini, perlahan masyarakat pun dibiasakan untuk melakukan transaksi Non Tunai. Ini merupakan sebuah proses transformasi yang sangat konstruktif dalam mewujudkan masyarakat yang jujur dan transpran. Penulis sebagai inisiator pembangun Desa berbasis budaya di Desa Lewotobi mendorong pemerintah Desa Lewotobi untuk perlahan melakukan transaksi secara non Tunai.Â
Ada beberapa alasan yakni; Pertama. Melalui transaki Non Tunai secara tidak langsung pemerintah Desa diarahkan untuk melakukan proses secara transparan karena aliran dana dari pihak pemerintah Desa ke pihak supplier atau pihak kedua melalui sebuah sisitim perbankan sehingga muda dilacak jumlah dan penerima. Kedua. Transaksi Tunai rawan penyuapan. Ketika transaksi secara tunai, ada potensi penyuapan di sana seperti pemberian komisi untuk pihak-pihak tertentu.
Bagi penulis, kehadiran jaringan PRIMA Perbankan ini perlahan mendorong masyarakat juga pihak pemerintah Desa dan pemerintah di setiap tingkatan untuk berupaya mewujudkan sebuah tata kelola pemerintahan Desa yang bersih dan transparan. Beralih dari transaksi Tunai ke Non Tunai adalah bentuk keterbukaan dan kejujuran.Â
Jaringan PRIMA di Desa sudah dekat di Desa  mau menegaskan bahwa kehadiran jaringan PRIMA perbankan ini perlahan menumbuhkan sekaligus mengajak masyarakat untuk menghidupi nilai-nilai luhur dalam refleksi konteks pembangunan masa kini, menuju sebuah tatanan peradaban yang modern tanpa kehilangan identitas loKal yakni masyarkat yang lugu, jujur, dan terbuka serta ramah.
Fabianus Boli Uran
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H