Mohon tunggu...
bold_guy
bold_guy Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Harga Sebuah Harga Diri

12 Mei 2016   11:53 Diperbarui: 12 Mei 2016   12:09 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya pada 2013, perang batu terjadi pada saat kongres HMI dilaksanakan di Pondok Gede. Seperti yang biasa terjadi, kerusuhan terjadi karena panitia tidak menyediakan tempat menginap dan makan untuk para peserta.

Jadi menurut kalian para peserta yang datang gratis itu bisa dapat makan dan tinggal gratis? Kok tidak logis sama sekali ya permintaan kalian? Ini sama saja mendorong panitia berbuat korupsi dengan meminta sumbangan kepada kakanda-kakandanya alumni HMI, yang kemudian memang terjadi di Riau 2 tahun berikutnya.

Namun sialnya, walaupun sudah mendapat APBD Riau 3 miliar, masih saja rusuh. Tak ayal, Akbar Tanjung kemudian datang dan menenangkan keadaan. Lokasi kongres yang memenangkan Arief Rosyid sebagai Ketum PB HMI itu pun bahkan sampai harus diungsikan ke Depok karena terlalu lama kongres dilaksanakan di Pondok Gede.

Banyak prestasi

Tulisan saya bukan untuk menjelek-jelekan HMI. Kita semua tahu HMI memiliki kader yang prestasinya tidak bisa dipandang sebelah mata. Anggota HMI pun banyak yang menjadi Presiden Mahasiswa di kampus-kampus. Prestasi pribadi para kader pun sudah diakui banyak kalangan. Banyak alumni yang dihasilkan dari himpunan ini. Mereka tersebar di segala lapangan profesi, baik di lingkungan pemerintahan maupun di tengah-tengah masyarakat. Di lembaga-lembaga masyarakat, eksistensi mereka diperhitungkan baik di tingkat pusat maupun daerah. Ada yang mengisi jabatan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Selain itu mereka juga memiliki peranan yang menonjol dalam berbagai bidang, seperti LSM, ormas, dan dunia usaha. Banyak juga kader HMI yang telah jadi pejabat dan membangun negeri ini dengan jujur, sebut saja Jusuf Kalla dan Prof. Mahfud MD.

Kembali ke pernyataan Saut Situmorang. Apa yang salah dengan pernyataannya?

Berikut transkrip Saut Situmorang: Jadi kita tidak sepakat, atau tidak mau melaksanakan. Karena gini, kita tidak akan bisa melaksanakan kontrol tanpa standar, standar itu sudah ada direpublik ini. Keppres mana yang nggak ada, SK mana yang nggak ada, semuanya ada tapi ketika itu mau dilaksanakan semua karakter dan integritas bangsa ini sangat rapuh. orang yang baik dinegara ini mas, jadi Jahat ketika dia sudah menjabat. lihat saja tokoh-tokoh politik kita, itu orang-orang yang pinter semuanya, orang itu orang-orang yang cerdas. saya selalu bilang kalau di HMI minimal dia LK 1 ~ iyakan,, lulus tuh anak-anak mahasiswa, pinter, Tapi begitu menjadi menjabat dia jadi jahat, curang, Lidih, Ini karena apa? karena saya bilang sistem belum jalan, artinya apa, adapun aturan2 itu tidak pernah kita jalankan, ini artinya kenapa karakter dan integritas orang itu berubah, ini persoalan bangsa kita itu yang saya bilang peradaban bangsa kita ini karena apa? karena memang kita tidak mau bermain dari sesuatu yang terkecil.

Kalau melihat perkataan dari transkrip Saut, nampaknya fokusnya adalah orang menjadi jahat setelah menjabat. Sebelum menjabat tidak jahat.  HMI dijadikan contoh, ini organisasi yang mendidik orang jadi baik saat mahasiswa. Disitu ada kata: “kalau” yang berarti adalah kemungkinan, pengandaian, bukan berarti menunjuk bahwa HMI koruptor, walaupun memang benar ada beberapa alumni HMI yang sudah merasakan jeruji penjara karena korupsi.

Memang, dari empat periode pimpinan KPK, dua periode dipimpin oleh kader HMI.  Abraham Samad (Ketua KPK), Abdullah Hehamahua (Penasehat KPK), Busyro Muqoddas (Ketua KPK), Bambang Widjayanto (Wakil Ketua KPK). Tapi, ingatkah kalian bahwa masih lebih banyak alumni yang menjadi pesakitan dan merasakan nikmatnya memakai rompi oranye koruptor. Berikut saya lampirkan kembali daftar kejahatan para penguasa mantan aktivis HMI yang berubah wujud menjadi koruptor di negeri Indonesia Raya ini.

Anas Urbaningrum

Mantan Ketua Umum Pengurus Besar HMI yang juga mantan Ketua Umum Partai Demokrat, terlibat dalam kasus korupsi pembangunan stadion Hambalang di Sentul, Bogor, Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun