Mohon tunggu...
bola bundar
bola bundar Mohon Tunggu... -

Menendang bola bola kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Sakit dan Marah Setelah Timnas Tersingkir

1 Desember 2012   15:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:21 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah pertautan saya dan timnas selama ini menjadi kisah dahaga tak terpuaskan. Harapan untuk berjaya selalu berujung kecewa.

Kali ini terulang di Piala AFF 2012. Indonesia gagal ke semifinal karena ditekuk Malaysia, seteru abadi kita, 2-0.

Sakit dan kecewa. Tapi kekecewaan kali ini terasa lebih dalam, bahkan bercampur kemarahan. Karena kegagalan kali ini juga disumbang atau bahkan disebabkan oleh sekelompok orang yang dengan gagah berani memakai kata penyelamat dan Indonesia. Nyatanya ketika Indonesia memanggil, ketika tanah air membutuhkan, mereka mangabaikan. Mereka lebih memilih menjaga pemainnya tetap di klub untuk sekedar mengikuti turnamen entah apa pentingnya.

Kecewa. Pahit. Perih. Tapi, ah, hidup memang tak adil. Tanya saja pada mereka para korban lumpur Lapindo itu, yang akar dan penghidupannya terrenggut oleh keluarga pengusaha yang kini juga jadi penyokong utama kelompok yang merasa jadi penyelamat sepak bola indonesia. (Entah sepak bola indonesia mana yang mereka maksud ketika tim nasional yang membawa nama bangsa saja tak mereka pedulikan).

Hidup memang pedih dan tak adil. Tapi kita harus tabah dan siap. Karena yang lebih buruk mungkin akan menimpa kita.Kelak salah satu dari keluarga itu, berkat uang dan pengaruhnya, bisa jadi penguasa negeri ini. Belum terbayangkan kekcewaan dan kepedihan seperti apa lagi yang akan sebagian (besar) dari kita rasakan karenanya. Tapi bulu kuduk tak terasa sudah merinding karenanya.(*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun