Mohon tunggu...
bola bundar
bola bundar Mohon Tunggu... -

Menendang bola bola kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Serial Harry's Law yang Menawan

9 November 2012   15:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:42 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini film seri yang diputar stasiun televisi NBC. Tapi aku melihatnya lewat DVD.

Ketika pertama melihat sampulnya reaksi pertamaku adalah gelengan. Tak menarik, sepertinya. Di sampul itu terlihat wanita tua, tambun dan sudah mulai beruban, tengah memegang pistol besar. Toh, setelah pilihan serial lain yang menarik rata-rata sudah terambil, akhirnya ia kubawa pulang.

Ternyata ceritanya menarik. Tentang seorang pengacara paten yang kehilangan arah. Di usinya yang mula senja ia pun memuluh menemukan jalan baru. Nasib menuntun dia menjadi pengacara kriminal. Dengan berpraktek dari toko sepatu di daerah kumuh yang didominasi warga kulit hitam.

Harriet Korn, namanya, secara tak terduga memiliki pesona di balik penampilan fisiknya yang tak menarik. Ia seperti menjadi wajah lain di dunia hukum: representrasi pengacara yang lebih peduli pada aspek kemanuisaan ketimbang hukum. Dan ucapan-ucapan dia saat membuka atau menutup sebuah pembelaan menjadi daya tarik utama film ini.

Kita pun dihantar untuk merenungkan pergulata pikir antara yang benar menurut hukum, yang adil menurut nurani. Keduanya, di ruang sidang, justru kerap tak seiring sejalan. Dan kita pun diperkaya lewat orasi dia di depan juri.

Tak hanya kita yang terpesona. Juri juga kerap tersihir oleh tuturan dan kedalaman pesan yang dia sampaikan. Karenanya, kasus yang dianggap jaksa sangat kuat, sehingga ia tak mua bernegosiasi soal besaran hukuman, justru kerap dimenangkan oleh Nenek Harry ini.

Puck, seorang jaksa menyebalkan, akhirnya bahkan kehilangan kontrol diri setelah terus menerus dikalahkan oleh Harry. Ia kehilangan kehormatan, juga pekerjaannya. Tapi, ketika ia terjatuh, Harry justru yang pertama mengulurkan tangan untuk memberi bantuan, juga pertemanan.

Ini serial yang biasa-biasa saja, sebenarnya. Tapi darinya, kita bisa belajar banyak tentang nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, serta arti kalah-menang.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun