Pertarungan politik menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Bangkalan semakin memanas. Berbagai macam strategi dan intrik berpolitik dilakukan untuk mendapatkan suara masyarakat terbanyak, tentu dengan menggunakan segala cara. Termasuk juga menggaet dukungan dari berbagai kepala desa-kepala desa di Kabupaten Bangkalan. Manuver politik kali ini datang dari "sosok misterius" di balik kekuasaan yang ternyata sampai saat ini masih terbaca. Ya, dinasti kekuasaan itu sekarang belum runtuh.
Adalah Fuad Amin, tersangka koruptor yang kini mendekam di penjara Sukamiskin beberapa kali kedapatan tidak ada di selnya. Fuad Amin berulang kali kepergok keluar dari penjara dengan alasan sakit, padahal ingin menguatkan Abd Latif Amin Imron yang berhadapan dengan dua calon lain, Imam Bukhori dan Farid Alfauzi. Fuad Amin menguatkan Latif melalui kepala desa-kepala desa yang masih berada di lingkaran dinasti kekuasaan itu.
Naluri ingin tetap mempertahankan kekuasaannya masih ada dalam diri Fuad Amin. Pemberian restu kepada Abd Latif untuk maju di Pilkada Bangkalan menguatkan anggapan bahwa Fuad Amin masih ingin mempertahankan trah lama di Bangkalan. Kalau kita boleh jujur, betapa bengisnya kekuasaan Bangkalan saat itu ketika "tangan tak terlihat" membungkam suara-suara kritis dari masyarakat hanya untuk mengamankan kedudukan dan dinasti kekuasaan Fuad Amin.
Apakah kita lupa dengan penembakan yang nyaris membunuh aktivis Madura Corruption Watch Mathur Husairi itu? Apakah kita tidak ingat dengan pembantaian kepada empat orang aktivis dengan cara dibacok dan disiram air keras? Apakah kita lupa dengan berbagai teror-teror mengerikan yang menghantui masyarakat saat itu? Ya, Fuad Amin melalui orang-orangnya lah yang saat itu melakukan berbagai cara (bahkan dengan menghilangkan nyawa) untuk mempertahankan kekuasaan dan trah kekeluargaannya di Bangkalan. Betapa bengisnya!
Kini Fuad Amin menunjuk dan merestui Abd Latif untuk "bertarung" di Pilkada Bangkalan 2018 untuk mempertahankan trah kekeluargaan melalui kekuasaan. Lagi dan lagi. Meme-meme politik dukungan Fuad Amin kepada Abd Latif Amin Imron kini sudah bertebaran di media sosial. Kuatnya hubungan kekeluargaan antara Fuad Amin dan Abd Latif Amin Imron kini dibentuk dengan term "barokah". Masyarakat Bangkalan kini dibuat takut oleh karma, tulah, bala' dan semacamnya ketika tidak memilih lingkaran Fuad Amin. Masyarakat kini dibuat buta oleh kata "barokah" itu.
Padahal dalam politik tidak ada yang bersih. Meski teori politik kadang muluk, tapi dalam praktiknya tetap saja licik. Harta, tahta adalah alasan semua orang (dari keturunan siapapun, dari golongan apapun) untuk memenuhi nafsu kekuasaannya lewat politik. Meski dengan beragam cara, melanggar hukum, melanggar etika, melanggar konstitusional kita. Kita sudah menyaksikan praktik berpolitik penguasa Bangkalan yang tidak berperikemanusiaan.
Menghancurkan Imam Bukhori dan Mematikan Farid Alfauzi
Strategi Fuad Amin memenangkan Abd Latif sudah terbaca sejak dulu. Apakah kita masih ingat dengan ‘nasib’ Imam Bukhori? Bagaimana perlakuan KPUD Bangkalan kepada Imam Bukhori saat itu? Jangan kita lupa, pada Pilkada Bangkalan dua periode (terutama 2012) lalu, Imam Bukhori berulang kali “dijatuhkan” lewat pengambilan suara melalui kepala desa. Pemilih fanatik Ra Imam dihancurkan, dimana pada 12 Desember 2012 silam Imam Bukhori bersama pasangannya Zainal Alim “dilempar” dari persaingan Pilkada Bangkalan 5 hari menjelang pemilihan, hingga Makmun Ibnu Fuad lah yang jadi pemenang.
Pendukung Imam Bukhori, hati-hati. Bukan mustahil Imam Bukhori dikecewakan kembali oleh KPUD Bangkalan dengan mengeluarkannya dalam percaturan politik Bangkalan. Imam Bukhori, seperti pada tahun-tahun sebelumnya, adalah kandidat kuat di Bangkalan yang memiliki banyak pendukung fanatik dan tidak pernah berhenti menyuarakan perubahan untuk Bangkalan lebih baik.
Alasan kuat Fuad Amin menghancurkan pendukung Imam Bukhori, pertama, karena khawatir kekayaan “simpanan” yang tersebar di beberapa desa itu akan habis. Jumlah 414 miliar rupiah yang disita oleh KPK itu tentu bukan nominal seluruhnya, melainkan tentu masih ada banyak sumber lain yang dimiliki Fuad Amin.
Kedua, Fuad Amin juga khawatir keluarga Bani Fuad tidak lagi menjadi orang nomor wahid di Bangkalan sehingga mempersempit ruang geraknya. Tentu saja, Fuad Amin tidak mau hal ini terjadi karena keterbatasan ruang gerak, juga akan membuat Fuad mustahil mengembalikan aset yang selama ini telah dikumpulkannya.
Sumber dana dimatikan. Lewat kekuasaan para kiai, Fuad Amin ingin mencoba membongkar kharisma Ra Imam Bukhori dengan mengendalikan para santri agar bahwa yang terbaik adalah keturunan dari Bani Fuad. Sumber dana itu terbukti benar melihat calon wakil Ra Imam sekarang ini yaitu Ra Mondir, benar benar kehabisan dana. Dosa Makmun Fuad (Ra Momon) teramat banyak terhadap Ra Mondir.
Ketiga, Imam Bukhori memiliki banyak pendukung fanatik yang sudah lama membanggakan sosok Imam Bukhori. Konsolidasi Fuad Amin menemui kepala desa-kepala desa, selain kepada KPUD Bangkalan, adalah bukti dari alasan-alasan itu semua. Jika kekuatan kepala desa di Bangkalan sudah dikuasi, otomatis para pendukung Imam Bukhori dapat mudah dikendalikan sehingga bisa mengembalikan kekuasaan melalui Abd Latif Amin Imron.
Hati hati untuk Ra Imam. Sekali lagi, kecurangan pemilu akan dimungkinkan terjadi mengingat kedekatan Kanjeng Fuad dengan KPUD Bangkalan sangat erat.
Fuad Amin juga mematikan langkah Farid Alfauzi. Sebagai “orang baru”, Fuad Amin sangat tidak ingin Farid Alfauzi masuk ke dalam percaturan politik di Bangkalan. Jika orang baru tersebut masuk bahkan menang di Pilkada Bangkalan, maka tentu akan berganti pada trah baru. Fuad Amin, yang masih memiliki pendukung kuat saat ini di Bangkalan, jelas masih menginginkan trah lama-nya untuk kembali berkuasa di pemerintahan Bangkalan, terutama di dalam struktur kekuatan kepala desanya.
Beredarnya isu bahwa dua calon, Imam Bukhori dan Farid Alfauzi terkuat di Bangkalan saat ini, maka bukan tidak mungkin Fuad Amin menggunakan cara-cara lama. Pendukung Farid Alfauzi, juga ingat. Jangan bangga dulu. Sangat mungkin Fuad Amin mematikan langkah Farid Alfauzi dengan “mendepaknya” dari Pilkada Bangkalan 2018 dengan cara yang tidak terduga, bahkan dalam waktu yang dekat dengan pemilihan. Kedekatan antara Fuad Amin, Abd Latif dan KPUD Bangkalan sangat memungkinkan pendepakan Farid Alfauzi dalam Pilkada Bangkalan pada Juni mendatang.
Itulah alasan dan strategi Fuad Amin dalam menghancukan pendukung Imam Bukhori dan mematikan langkah Farid Alfauzi dalam percaturan Pilkada Bangkalan 2018 ini. Meski di dalam penjara, jangan salah mengartikan bahwa Fuad Amin tidak berdaya. Tanpa kita ketahui bersama, Fuad Amin melakukan pertemuan-pertemuan rahasia dengan orang-orang yang masih bertahan dan mempertahankan pilihan politiknya di Bangkalan, tentu itu disalurkan oleh saudara dekatnya, Abd Latif Amin Imron.
Kalau kita harus jujur, kita benar-benar tidak ingin cengkeraman kekuasaan Fuad Amin kembali terjadi di Bangkalan. Mengingat politik sangat licik, Imam Bukhori dan Farid Alfauzi harus benar-benar bersatu melawan segala kemungkinan yang akan terjadi. Pendukung dari keduanya harus benar-benar berhati-hati.
Ingat! Ini bukan soal Farid atau Imam yang menang menjadi bupati, tetapi soal bagaimana masyarakat Bangkalan mempunyai pikiran terbuka untuk melawan dinasti politik Fuad Amin di Bangkalan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI