Mohon tunggu...
Boge... Boge
Boge... Boge Mohon Tunggu... -

tidak ada di TWIT tidak punya FB,email ilang lagi (gak bisa akses )....jadinya semua yg dari aku adalah PALSU.(tersisa hanya kompasiana ini saja hehehehe,nasib-nasib )

Selanjutnya

Tutup

Puisi

" Putih Hitam Coklat Kita "

21 Agustus 2011   04:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:35 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sungguh ini tentang dia,

Tidak jauh masih dalam istananya empat puluh dalamnya,

Tepat dibawah kakimu dengan ribuan belalaian sehalus rabut belah dua  menyerap ubun-ubun dibentang maya fatamorgana,

Bahkan kasat mata  benderang menjulur sampai ribuan lembah tanah berlautan pasir,

Melewati peradaban menjulang ber AC dibawah nol derajat,

Satu serakahnya menyerap darah negri-negri hingga  darah tanah  zaitun ,

..........................

Usahlah bertanya ,

Jika ditanahmu semua tidak lagi sama,

Saat semua berubah -  engkaupun terheran para cerdikpun pura tidak paham,

Karena tanah tidak lagi pernah menjajikan - melainkan slogan  dan kata termanis kalimat terindah,

bahkan ada ucapan  terbata kehabisan darah,

Meski pun rerumputan jua terserap - darahnnya,

Karena engkau sudah tidak memiliki apalagi,

segala bukan punyamu lagi,

Mungkin harap juga tak bernyali lagi ,

Terampas sudah -- terhisap lagi  tergadai mungkin,

..............

Jika IBU memiliki airmata ,maka keringlah sudah,

Sesurut  aliran  bengawan solo  " mengalir sampai jauh............................."

Menyisakan,

Makhluk-makhluk asing  pinggir selokan meyeblah lintasan,

(atau malaikat  kecil berserakan bagai kutu tanpa harga - negri sebelah : kata  sang teman )

Pemangsa sampah  - dan racun sisa,

Alien yang tidak berasal darimana penghuni rumah kertas persis bawah  pencakar langit,

Hanya jelata tiada mengerti - saat segala darah negri  terhisap perebutan oleh entah ,

PENJARAHAN  dan penjajahan  takan pernah usai   dahulu  - kini - dan esok,

Hingga kering  darah negri siapa

....................................

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun