Mohon tunggu...
ryan syaifurrachman
ryan syaifurrachman Mohon Tunggu... lainnya -

menulis untuk berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi dan Batu Akik

28 Maret 2015   14:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:52 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

JOKOWI DAN BATU AKIK

-Sejarah selalu melipat kebenaran di ruang gelap  –

Filosopi politik dalam konteks operasionalitas akan selalu sama dan sebangun walaupun di terapkan pada domain kehidupan yang berbeda, yaitu menyebarluaskan opini untuk mempengaruhi persepsi publik terhadap sebuah entitas personal maupun kebendaan agar terlihat lebih positif,bernilai dan luarbiasa.

Fenomena Jokowi pada saat momentum Pilpres, merupakan salah satu bukti nyata. Jokowi efect menjadi magnet sekaligus kekuatan yang memiliki daya sentrifugal yang monumental,yang menjadikan orang dengan dengan kekuatan rasionalitas kelas einstein sekalipun menjadi banal dan rela menyimpan rasionalitas nya di laci paling bawah memori mereka demi terlihat seolah-olah rasional,demi terkesan gaul dan fungky .

Ruang kesadaran rakyat sebagai pemilih dibombardir oleh kekuatan politik pencitraan yang bernama media dan legitimasi dari beberapa personal yang beratribut tokoh. Dengan modus operandi memforsir sisi –sisi positif yang memang ada maupun yang bersifat imajiner  dan melipat sekaligus  menyembunyikan sisi negatif dari sebuah entitas dari jangkauan pengetahuan publik, sehingga tercipta sebuah pola persepsi yang ideal dan tanpa cela.

Itulah yang terjadi pada Jokowi di benak para Jokowi Lover. Jokowi menjelma menjadi sosok mitologi alih – alih pemimpin biasa dari bangsa manusia yang hatta memiliki banyak kekurangan,kelemahan dan sisi gelap dalam kehidupan nya dan jauh dari paripurna. Dengan itu memilih jokowi adalah harga mati dan berkelindan dengan bangunan rasionalitas dan juga trend yang ada,dan tidak memilih Jokowi adalah tabu dan hanya dilakukan oleh oorang – orang yang irasional,pro status quo dan anti kemajuan.

Begitupun dengan fenomena batu akik yang booming pada saat ini. Apabila kita secara cermat mengelaborasinya, dibalik menyeruak deman atau bahkan kegilaan orang akan batu akik, sepertinya ada operasi “politik” dibelakangnya. Citra batu akik dipoles sehingga bisa mempengaruhi atau bahkan memanipulasi persepsi, bahwa batu akik menjadi berharga dan bernilai serupa batu mulia. Sehingga harga dan kelasnya menjadi naik dengan signifikan bahkan terkadang jauh diatas jangkauan rasionalitas kita pada umumnya.

Seperti batu akik saat ini begitu juga Jokowi pada saat pilpres. Polesan kekuatan –kekuatan pembentuk pencitraan dengan sangat masif beroperasi memproduksi citra positif jokowi dan melipat sisi negatif nya di ruang gelap. Jokowi secara ujug – ujug menjadi sosok serupa manusia setengah dewa,tanpa cela dan nyaris paripurna, sehingga dengan sangat dasyatnya memanipulasi kesadaran dan kemudian menghipnotis pemilihnya menjadi loyalis yang secara membabi buta memuja sekaligus mencela  calon selain jokowi dan orang – orang yang mendukunya. Padahal sejatinya dibalik kelebihan akan selalu ada kekurangan, tapi bagi sebagian orang saat itu Jokowi adalah nabi  yang kekurangan dan kelemahannya sudah di ma’sum oleh Tuhan,sehingga tak akan salah dan selalu tak akan pernah salah.

Idiom waktu adalah penentu yang sejujurnya, seperti juga batu akik maka deman jokowi perlahan tapi pasti seiring berjalanya zaman akan sirna. Ketika pesona pencitraan perlahan mulai padan digerus oleh realitas yang sebenarnya,maka pada titik itulah akan mulai nampak yang sebenarnya. Sejarah akan mencatat,hal yang dilipat dan disembunyikan perlahan akan muncul dipermukaaan. Masyarakat pada saatnya,akan diperlihatkan oleh sejarah bahwa Jokowi sebagaimana juga demam batu akik merupakan sebuah entitas hasil polesan,yang keindahan,keberhargaan dan kebernilainnya bukanlah sesuatu yang  sejati dan sebenarnya, dia hanya barang dagangan yang nilai  dan kelasnya bukan ditentukan oleh nilai subtansinya melainkan hasil manipulasi kekuatan – kekuatan yang ingin menjadikannya bernilai ekonomi. Seperti batu akik yang hanya sekedar batu,maka Jokowi juga hanyalah sekedar Jokowi,manusia biasa yang kelemahan dan kekurangan nya jauh diatas kelebihannya, dan sekarang nampak nyata dari cara Jokowi memimpin negeri ini. Menjadikan  Indonesia sejahtera dan  negeri yang gemah ripah loh jinawi bagai jauh panggang dari api. Jokowi melaui berbagai kebijakannya lebih tampak nyata hanya seorang petugas partai dan budak bagi para pemilik modal yang membayari kekuatan media yang membesarkan citranya.

Tapi ada beda Jokowi dan batu akik, walaupun nilainya sama – sama hasil polesan ,tapi nilai kebermanfataan batu akik bagi kehidupan rakyat jauh lebih terasa dan tampak nyata dibanding Jokowi. Ketika Jokowi sebagai presiden belum bisa memberikan manfaat bagi rakyatnya,batu akik walalupun benda mati, realitasnya lebih bisa menghidupi rakyat yang “demam” terhadapnya.ketika kegilaan kepada batu akik, bagi sebagian orang bisa menjadikan berdaya secara ekonomi,maka kegilaan pada Jokowi pada saat pilres hanya bisa menjadikan semakin gila akibat kebijakan – kebijakan yang tak pernah memberikan manfaat bagi rakyat malah cenderung menyengsarakan rakyat. Kalau sudah begini saya sukamerasa sedih dan terasa sakitnya tuh disini. Ah andai waktu pilpres batu akik mencalonkan diri saya pilih batu akik dibanding Jokowi, hidup batu akik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun